TEMPO.CO, Jakarta - Bank Dunia mengatakan pada Kamis, 15 November 2024, bahwa konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hizbullah telah menyebabkan kerusakan dan kerugian sebesar $8,5 miliar (sekitar Rp 135 triliun) di Lebanon, dengan angka akhir yang diperkirakan akan jauh lebih tinggi seiring dengan berlanjutnya konflik.
Dipicu perang Gaza, konflik ini telah berlangsung selama hampir satu tahun sebelum Israel melakukan serangan pada September, menghantam Lebanon dengan serangan udara dan mengirim pasukan ke selatan.
Dalam sebuah laporan yang diterbitkan kemarin, Bank Dunia memperkirakan bahwa konflik yang sedang berlangsung antara Hizbullah dan Israel telah menyebabkan kerugian ekonomi sebesar $ 5,1 miliar bagi Lebanon antara 8 Oktober 2023 dan 27 Oktober 2024.
Kerugian tersebut "sebagian besar terkonsentrasi di sektor perdagangan, pariwisata, dan perhotelan, serta sektor pertanian," kata laporan tersebut.
Kerusakan fisik langsung di Lebanon mencapai setidaknya $3,4 miliar, menurut Penilaian Kerusakan dan Kerugian yang dilakukan oleh Bank Dunia.
Analisis ini memproyeksikan PDB riil Lebanon akan mengalami kontraksi setidaknya 5,7 persen pada 2024 karena konflik, dibandingkan dengan pertumbuhan 0,9 persen dalam skenario tanpa konflik, sebuah angka yang sangat besar untuk sebuah negara yang masih terguncang oleh dampak keruntuhan finansial lima tahun lalu.
"Hal ini menambah lima tahun kontraksi ekonomi yang tajam dan berkelanjutan di Lebanon yang telah melampaui 34 persen dari PDB riil, kehilangan pertumbuhan ekonomi yang setara dengan 15 tahun," kata Bank Dunia.
Perumahan adalah sektor dengan kerusakan yang paling banyak dilaporkan, diperkirakan mencapai $2,8 miliar, dengan lebih dari 99.000 unit rumah rusak sebagian atau seluruhnya, menurut Bank Dunia. Sekitar 81 persen dari rumah-rumah yang hancur terletak di distrik Tyre, Nabatiyeh, Saida, Bint Jbeil dan Marjayoun.
Pertanian, yang terutama terkena dampak di wilayah selatan Lebanon, kehilangan lebih dari $1,1 miliar selama 12 bulan, disebabkan oleh hilangnya panen yang disebabkan oleh kerusakan tanaman dan ternak serta pengungsian para petani, demikian menurut laporan tersebut.
Kerusakan di bidang perdagangan mencapai $178 juta, dengan kerugian ekonomi diperkirakan mencapai $1,7 miliar, kerugian di bidang pendidikan diperkirakan mencapai $215 juta, sementara kerugian di bidang lingkungan mencapai $221 juta, tambahnya.
Sektor kesehatan mengalami kerugian yang diperkirakan mencapai $338 juta, sementara pariwisata dan perhotelan, salah satu pendorong ekonomi utama Lebanon, mengalami kerugian sebesar $1,1 miliar, menurut laporan Bank Dunia.
Konflik ini memiliki implikasi sosial dan lingkungan yang lebih luas di Lebanon dan telah memperburuk kerawanan pangan, demikian menurut laporan tersebut.
"Biaya akhir dari kerusakan dan kerugian Lebanon yang terkait dengan konflik diperkirakan akan jauh melebihi yang disajikan dalam penilaian ini," tambahnya.
Pada 1 Oktober, Israel memperluas konflik dengan meluncurkan serangan darat ke Lebanon selatan dan terlihat meledakkan seluruh wilayah di sekitarnya.
Bank Dunia memproyeksikan penurunan 6,6 persen pada pertumbuhan PDB riil Lebanon untuk tahun 2024 karena konflik yang meningkat, memperburuk krisis ekonomi yang dimulai pada tahun 2019 dan telah menjerumuskan sebagian besar penduduk ke dalam kemiskinan.
Lebih dari 3.100 orang telah terbunuh oleh Israel di Lebanon dan lebih dari 13.800 orang terluka dalam serangan Israel sejak Oktober 2023, menurut otoritas kesehatan Lebanon.
REUTERS | MIDDLE EAST MONITOR