TEMPO.CO, JAKARTA - Bilangan matematika terdiri dari berbagai jenis, salah satunya adalah bilangan cacah. Bilangan cacah merupakan konsep dasar dalam matematika yang sangat penting untuk dipahami sejak awal.
Namun, banyak orang yang masih bingung mengenai bilangan cacah dimulai dari angka berapa. Untuk mengetahui tentang angka bilangan cacah, dan sifatnya, simak ulasan berikut ini, ya.
Angka Bilangan Cacah
Bilangan cacah adalah sekumpulan bilangan yang digunakan untuk menghitung atau menunjukkan jumlah objek dalam suatu kelompok.
Bilangan cacah juga sering disebut sebagai bilangan asli non-negatif. Dengan kata lain, bilangan cacah adalah bilangan yang dimulai dari angka 0 dan seterusnya, seperti 0, 1, 2, 3, 4, dan seterusnya.
Jadi, jawaban atas pertanyaan "bilangan cacah dimulai dari angka berapa?" adalah bilangan cacah dimulai dari angka 0. Hal ini membedakan bilangan cacah dari bilangan asli, yang biasanya dimulai dari angka 1.
Dalam matematika, bilangan cacah tidak hanya dikenal dengan definisinya, tetapi juga memiliki lambang khusus yang digunakan untuk menggambarkan himpunan bilangan ini.
Lambang yang digunakan untuk bilangan cacah adalah W yang merupakan singkatan dari Whole Numbers. Lambang ini menunjukkan bahwa bilangan cacah adalah sekumpulan angka yang mencakup 0, 1, 2, 3, dan seterusnya tanpa batasan negatif atau pecahan.
Sifat Bilangan Cacah
Ada 3 sifat bilangan cacah, yakni:
1. Tertutup untuk Penjumlahan dan Perkalian
Salah satu sifat penting yang perlu dipahami tentang bilangan cacah adalah sifatnya yang tertutup terhadap operasi penjumlahan dan perkalian.
Sifat tertutup ini berarti bahwa hasil dari operasi penjumlahan atau perkalian dua bilangan cacah akan selalu menghasilkan bilangan cacah atau bilangan bulat.
Artinya, jika dua bilangan cacah dijumlahkan atau dikalikan, hasilnya tidak akan keluar dari himpunan bilangan cacah.
Contoh dari sifat tertutup dalam penjumlahan bilangan cacah adalah ketika dua bilangan cacah ditambahkan.
Misalnya, jika Anda menambahkan angka 2 dan 2, hasilnya adalah 4, yang juga merupakan bilangan cacah. Dalam hal ini, hasil penjumlahan 2 + 2 = 4 tetap berada dalam himpunan bilangan cacah.
2. Asosiatif
Sifat kedua dari bilangan cacah adalah sifat asosiatif. Sifat ini menyatakan bahwa hasil dari penjumlahan atau perkalian tiga bilangan cacah akan tetap sama, meskipun cara pengelompokkan bilangan tersebut berbeda.
Artinya, urutan atau cara kita mengelompokkan bilangan tidak mempengaruhi hasil akhirnya. Sifat asosiatif ini berlaku baik dalam operasi penjumlahan maupun perkalian bilangan cacah.
Untuk lebih memahami sifat asosiatif dalam penjumlahan bilangan cacah, mari kita lihat contoh berikut:
(2×3)×4=24
2×(3×4)=24
Pada kedua contoh di atas, meskipun cara pengelompokkan perkalian bilangan cacah berbeda dengan pengelompokkan pertama, hasil akhirnya tetap sama, yaitu 24.
Ini menunjukkan bahwa operasi perkalian bilangan cacah juga bersifat asosiatif, yang berarti cara pengelompokkan bilangan tidak mempengaruhi hasil perkalian.
3. Distributif
Terakhir, sifat bilangan cacah adalah distributif. Sifat ini menjelaskan bahwa hasil dari operasi bilangan cacah, baik itu penjumlahan, pengurangan, perkalian, hingga pembagian, dapat "disebarkan" atau dibagi menjadi beberapa bagian tanpa mengubah hasil akhirnya.
Rumus umum yang menggambarkan sifat distributif adalah sebagai berikut:
(a+b)×c=(a×c)+(b×c)
Artinya, jika kita mengalikan jumlah dua bilangan dengan bilangan lain, kita bisa mengalikan setiap bilangan yang ada dalam tanda kurung terlebih dahulu, lalu menjumlahkan hasilnya.
Sebagai contoh:
(2+3)×2=10
Dengan menerapkan sifat distributif dalam operasi bilangan cacah, kita akan memperoleh hasil yang sama jika mengikuti rumus di atas. Prosesnya menjadi seperti ini:
(2×2)+(3×2)=4+6=10
Aulia Ulva, berkontribusi dalam artikel ini.