TEMPO.CO, Jakarta - Florence, di Tuscany, merupakan salah satu destinasi populer di Italia. Jutaan wisatawan mengunjungi kota itu setiap tahunnya. Namun kini dilanda overtourism sehingga pemerintah memperkenalkan aturan baru untuk mengatasinya.
Walikota Florence, Sarah Funaro, memperkenalkan 10 aturan untuk mengatasi overtourism. Peraturan tersebut mencakup pelarangan barang-barang tertentu dari pusat bersejarah kota dan kendaraan yang tidak lazim oleh pemandu wisata di area di mana lalu lintas mobil dibatasi. Termasuk larangan penggunaan kotak kunci di gedung-gedung dan penggunaan pengeras suara oleh pemandu wisata.
"Pesan yang ingin kami sampaikan adalah kami peduli terhadap kota kami, dan kami peduli agar Florence menjadi menarik, namun yang terpenting, layak huni bagi penduduknya,” kata Walikota Sara Funaro.
Tujuan mengatasi overtourism
Baru-baru ini, penduduk setempat melakukan protes dengan memasang tanda 'X' merah di atas kotak kunci. Kotak kecil berisi buku digital ini, digunakan oleh pemilik apartemen sewaan jangka pendek seperti Airbnb untuk meninggalkan kunci bagi para tamu.
Penduduk setempat kecewa, kota yang dikenal dengan palazzi ikonik kini diubah menjadi pusat persewaan liburan jangka pendek, menggusur penduduk dan bisnis jangka panjang. Belum lagi tingkah laku turis yang membuat penduduk lokal geram. Salah satunya peristiwa yang melibatkan seorang turis wanita terekam menirukan tindakan seksual di patung Bacchus.
Dewa Kota Florence menambahkan, peraturan baru tersebut sebagai respon terjadap wisatawan yang tidak berkelanjutan. "Kota ini tidak lagi mampu mendukung, tanpa melemahkan nilai warisan budayanya dan melihat kelayakan huni secara keseluruhan terganggu, begitu banyak aktivitas dan sarana untuk keperluan wisata eksklusif yang terkonsentrasi hanya di Florence," kata dewan kota.
Meskipun terjadi pandemi, jumlah pengunjung ke kota ini telah bangkit kembali secara mengesankan. Lebih dari 7,8 juta orang telah mengunjungi Florence sejauh ini pada tahun 2024.
Tuan rumah G7
Penerapan aturan bau wisatawan tersebut bertepatan dengan Italia yang menjadi tuan rumah bagi para menteri pariwisata G7 di Florence. Bahkan ini juga menjadi kesempatan baik untuk meningkatkan reputasi Florence sebagai tujuan wisata utama. Menurut ISTAT, biro statistik nasional, Italia mencatat jumlah pengunjung tertinggi pada tahun 2023, dengan 134 juta kedatangan dan 451 juta orang menginap di hotel atau akomodasi terdaftar lainnya.
Laporan tersebut juga mengungkapkan bahwa ada 17 persen lebih banyak wisatawan yang memilih akomodasi non-hotel dibandingkan tahun lalu, menurut laporan ISTAT bulan Juni.
Menurut laporan Statista, destinasi liburan populer di Italia sedang berkembang pesat, dengan pariwisata memberikan kontribusi signifikan sebesar 10,5 persen terhadap PDB pada tahun 2023. Kota ini juga menerapkan pajak pengunjung harian pada tahun ini, sebagai upaya mengendalikan lonjakan pengunjung.
Menteri Pariwisata Daniela Santanche mengakui bahwa beberapa kota seni sedang berjuang dengan jumlah pengunjung yang berlebihan. Namun, ia juga menekankan bahwa Italia secara keseluruhan belum sepenuhnya memanfaatkan potensi pariwisatanya dan membutuhkan tambahan 50 juta pengunjung setiap tahunnya.
“Kita bisa tumbuh lebih besar lagi, kita bisa berkembang lebih jauh lagi dan industri pariwisata benar-benar bisa menjadi industri unggulan bangsa kita,” tegasnya.
DAILY EXPRESS | NEWS AU | NDTV