Dua Guru Besar DKUI Dicopot dari Posisi Strategis di RSCM. Buntut Kritik Kebijakan Kemenkes?

7 hours ago 6

Ilustrasi | kreasi AI

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM — Aktif bersama 158 guru besar FKUI yang bersuara kritis terhadap kebijakan Menteri Kesehatan RI, dua guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Siti Setiati dan Theddeus O.H. Prasetyono, harus melepaskan jabatan struktural mereka di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Namun, Kementerian Kesehatan memastikan langkah itu murni urusan organisasi dan tidak berhubungan dengan sikap kritis keduanya.

Siti Setiati, dokter spesialis penyakit dalam konsultan geriatrik, dilepas dari jabatan Kepala Clinical Epidemiology and Evidence-Based Medicine (CEEBM) RSCM-FKUI. Sedangkan Theddeus O.H. Prasetyono, ahli bedah plastik rekonstruksi dan estetik, tak lagi menjabat Kepala Indonesian Clinical Training and Education Center (ICTEC) RSCM-FKUI.

Keduanya sebelumnya tampil dalam aksi pernyataan sikap 158 guru besar FKUI yang mengkritik kebijakan Menkes Budi Gunadi Sadikin, di Gedung FKUI, Jakarta, pada 16 Mei 2025.

Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes, Aji Muhawarman, mengatakan pergantian posisi itu terjadi semata demi penyegaran manajemen internal. “Tidak ada kaitannya dengan aksi atau isu lain,” ujar Aji saat dikonfirmasi, Jumat (4/7/2025).

Direktur Utama RSCM, Supriyanto, menegaskan rotasi jabatan merupakan dinamika biasa dalam organisasi. Ia menolak menyebutnya sebagai pencopotan. “Keduanya hanya dirotasi. Mereka masih memiliki jabatan fungsional di RSCM,” kata Supriyanto di Jakarta Pusat, Kamis (3/7/2025).

Menurut Supriyanto, Siti Setiati bahkan sudah sejak lama menyampaikan keinginannya melepas jabatan Kepala CEEBM karena telah lebih dari satu dekade memimpin unit tersebut. Adapun Teddy — panggilan Theddeus — sudah 15 tahun memimpin ICTEC. “Rotasi ini tidak ada hubungannya dengan sikap mereka terkait kebijakan kesehatan. Keputusan rotasi juga sudah dipertimbangkan sejak Maret,” tegasnya.

Dikonfirmasi terpisah, Siti Setiati membenarkan pergantian dirinya sebagai kepala CEEBM. Namun ia menolak anggapan ada kaitan dengan aksi para guru besar. “Saya sudah terlalu lama memimpin unit itu, dan memang sudah waktunya berganti,” ujar Siti, Selasa (1/7/2025).

Senada, Theddeus pun memastikan penggantian dirinya murni alasan organisasi. Ia menyebut masa kepemimpinannya di ICTEC memang sudah cukup panjang. “Saya tidak melihat ada kaitan apa pun dengan aktivitas dua bulan terakhir,” kata Teddy.

Theddeus mengungkap ia bahkan diganti per 1 Mei 2025, dua pekan sebelum pernyataan sikap para guru besar FKUI. “Jadi tidak ada hubungan antara penggantian saya dengan sikap kritis yang muncul di FKUI,” katanya.

Dekan FKUI, Ari Fahrial Syam, juga mengakui adanya pencopotan jabatan struktural kedua guru besar tersebut. Namun ia menilai apabila pencopotan itu memang karena sikap kritis, semua pihak yang terlibat dalam aksi sudah menyadari konsekuensinya. “Teman-teman sudah siap dengan risiko apa pun dari perjuangan ini,” ucap Ari, Rabu (2/7/2025).

Sebelumnya, Siti Setiati dan Theddeus termasuk di antara 158 guru besar FKUI yang menyoroti kebijakan Kementerian Kesehatan. Mereka menilai, sejumlah kebijakan berpotensi menurunkan mutu pendidikan dokter dan dokter spesialis, yang pada akhirnya berdampak pada kualitas pelayanan kesehatan masyarakat.

Siti menilai pendidikan dokter bukan sekadar pelatihan teknis, melainkan proses akademik panjang yang terintegrasi dengan rumah sakit pendidikan. Ia juga mengingatkan, penyelenggaraan pendidikan dokter di luar sistem universitas tanpa sinergi yang baik akan menciptakan ketimpangan kualitas dokter dan meningkatkan risiko kesalahan medis.

Selain itu, para guru besar FKUI meminta pemerintah tidak mengorbankan keselamatan pasien demi target politik sesaat. Mereka juga mendesak agar profesi dokter dilindungi dari framing negatif yang dapat menurunkan kepercayaan publik terhadap tenaga kesehatan dalam negeri.

Teddy turut menyoroti risiko penurunan kepercayaan masyarakat terhadap dokter Indonesia akibat labelisasi negatif, yang menurutnya bisa dimanfaatkan oleh pelayanan kesehatan dari negara lain.

Dalam pernyataan sikapnya, para guru besar FKUI juga menekankan pentingnya kolegium kedokteran sebagai lembaga independen yang mengatur standar mutu pendidikan, sertifikasi, dan resertifikasi profesi dokter.

Meski rotasi jabatan terjadi di tengah sorotan publik, baik Kemenkes maupun manajemen RSCM menegaskan tidak ada motif politik dalam pergantian dua guru besar FKUI tersebut. [*]

Berbagai sumber

Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |