Dubes Heri: Ambisi Perdagangan Karbon RI Bukan Sekadar Nominal, Tapi Komitmen Nyata untuk Masa Depan Hijau

17 hours ago 8

(Beritadaerah-Jakarta) Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang, Heri Akhmadi, menegaskan bahwa target Indonesia meraih nilai perdagangan karbon sebesar 65 miliar dolar AS atau sekitar Rp1.073 triliun bukanlah sekadar angka, melainkan sebuah langkah strategis dalam membangun masa depan yang berkelanjutan.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Konsul Jenderal RI Osaka, John Tjahjanto Boestami, mewakili Dubes Heri dalam forum bisnis bertajuk *Forest Carbon Trade and Forest Products* di Paviliun Indonesia, Osaka Expo 2025, Jumat (9/5/2025). Kegiatan ini digelar oleh KBRI Tokyo bekerja sama dengan APHI, HIMKI, dan IPPA.

“Melalui dukungan platform IDXCarbon serta kerja sama erat dengan Jepang lewat Mutual Recognition Arrangement (MRA), target ini dapat dicapai pada 2028,” ujar John.

MRA yang diteken Indonesia dan Jepang pada 2024 memungkinkan kolaborasi dalam pengembangan dan pengakuan kredit karbon yang transparan dan akuntabel. Jepang sendiri menjadi mitra strategis dalam upaya ini.

“Dengan dukungan dari para pemegang izin hutan di bawah APHI, Indonesia siap meningkatkan proyek-proyek berbasis karbon, dari pemanfaatan hutan lestari hingga perluasan penanaman mangrove. Kolaborasi, investasi, dan kepercayaan menjadi kunci keberhasilan ekosistem karbon ini,” tambah John.

IDXCarbon, sebagai platform resmi perdagangan karbon Indonesia, tercatat mengalami peningkatan pengguna sebesar 22 persen pada kuartal pertama 2025, dengan total 111 pengguna aktif dan tujuh proyek karbon yang sudah diperdagangkan.

Forum juga menekankan pentingnya percepatan harmonisasi teknis MRA, termasuk dalam aspek validasi, registrasi, serta sistem MRV (Measurement, Reporting and Verification) dalam kerangka *Joint Crediting Mechanism* (JCM) dan Sistem Pengurangan Emisi Indonesia (SPEI). Jepang bahkan telah membentuk JCM Implementation Agency (JCMA) pada April 2025 untuk memperkuat upaya pengurangan emisi sebesar 200 juta ton.

Sejumlah dokumen kerja sama berhasil ditandatangani dalam forum ini, mencakup proyek pelestarian keanekaragaman hayati, pengembangan biomassa, serta program pengiriman tenaga kerja terampil Indonesia ke Jepang. Salah satunya adalah Letter of Intent (LoI) antara APHI dan JIFPRO (Japan International Forestry Promotion and Cooperation Center).

Ketua Umum APHI, Indroyono Soesilo, menyampaikan bahwa ekspor produk kehutanan Indonesia ke Jepang mencapai USD301,29 juta atau sekitar Rp4,9 triliun. Produk utama meliputi panel kayu, kertas, dan furnitur.

“Kami akan mengarahkan produk berbasis hutan alam ke pasar khusus, dan terus mendorong ekspansi sektor furnitur, kertas, serta energi biomassa,” jelas Indroyono.

Berdasarkan data APHI, total ekspor produk kayu Indonesia pada 2024 mencapai USD12,63 miliar (sekitar Rp208,6 triliun), yang sebagian besar didukung oleh Sistem Verifikasi Legalitas dan Keberlanjutan Kayu (SVLK). Jepang, bersama China, Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Korea, termasuk dalam lima besar pasar ekspor utama.

Forum bisnis di Osaka ini turut dihadiri perwakilan kementerian kehutanan dan lingkungan dari Indonesia dan Jepang serta para pelaku industri dari kedua negara, memperkuat komitmen bersama dalam membangun ekonomi hijau berbasis sumber daya alam yang berkelanjutan.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |