Fakta-fakta Aksi Indonesia Gelap: Keikutsertaan Penggemar K-Pop, Puluhan Tuntutan hingga Kericuhan

12 hours ago 10

TEMPO.CO, Jakarta - Unjuk rasa bertajuk Indonesia Gelap kembali digelar pada Jumat, 21 Februari 2025 di area Patung Kuda, Jakarta. Adapun aksi yang diadakan lebih dari lima jam ini diinisiasi oleh sejumlah masyarakat sipil guna melanjutkan serangkaian aksi Indonesia Gelap yang sudah dimulai kelompok mahasiswa beberapa waktu lalu.

Diketahui, informasi terkait aksi tersebut dibagikan oleh akun media sosial X @barengwarga. Seruan aksi Indonesia Gelap itu mengajak seluruh elemen masyarakat, mulai dari buruh, mahasiswa, kelompok emak-emak, hingga sopir ojek online untuk turun ke jalan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berikut beberapa peristiwa yang dirangkum Tempo dari pelaksanaan aksi Indonesia Gelap pada Jumat.

Dihadiri Emak-emak hingga Penggemar K-Pop 

Humas Koalisi Masyarakat Sipil Tegar Afriansyah mengatakan setidaknya akan ada 2.500 massa aksi Indonesia Gelap. Mereka berkumpul di sekitaran Taman Ismail Marzuki dan berjalan rombongan ke Patung Kuda, Jakarta.

Menariknya, penggemar serta pecinta K-pop juga ikut turun ke jalan hari itu. "Beragam elemen gerakan masyarakat sipil hari ini turun ke jalan, seperti NGO, buruh, mahasiswa, bahkan ada teman-teman (pecinta) K-pop," kata Tegar.

Sementara itu, Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) tidak ikut turun ke jalan dalam aksi Indonesia Gelap lanjutan tersebut. Koordinator BEM SI Herianto menyatakan bahwa puncak aksi Indonesia Gelap sudah rampung pada 20 Februari kemarin.

"Kami tidak ikut turun hari ini karena sesuai surat instruksi, bahwa Kamis adalah aksi puncaknya," kata Herianto saat dihubungi pada Jumat, 21 Februari 2025.

Koalisi Masyarakat Sipil Bawa Puluhan Tuntutan

Dalam aksi Indonesia Gelap ini, Koalisi Masyarakat Sipil membawa puluhan tuntutan kepada pemerintahan Prabowo dan Gibran. Di antaranya mendesak pemerintah untuk segara mengesahkan RUU yang pro rakyat seperti RUU Masyarakat Adat, RUU Perampasan Aset, hingga RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga. Mereka juga menolak undang-undang yang tidak berpihak ke rakyat, misalnya UU Mineral dan Batubara hingga Tatib DPR.

Tuntutan lainnya yaitu mengevaluasi kebijakan pemangkasan anggaran, kebijakan program Makan Bergizi Gratis, kebijakan soal tunjangan kinerja dosen, kabinet gemuk, hingga mengevaluasi proyek strategis nasional yang bermasalah.

Masyarakat sipil juga akan menuntut pemerintah untuk membatalkan sejumlah kebijakan, yaitu pembahasan RUU TNI dan Polri, Danantara, hingga perluasan lahan untuk proyek food estate.

Hujan Sempat Mengguyur di Pertengahan Aksi

Hujan mengguyur kawasan Patung Kuda,Jakarta Pusat, yang menjadi pusat aksi Indonesia Gelap, pada Jumat sore, 21 Februari 2025. Para penjual jas hujan langsung berlarian menawarkan dagangannya dengan harga Rp 10 ribu kepada massa aksi yang mayoritas tidak membawa perlengkapan seperti payung dan jas hujan.

Setelah mayoritas massa menggunakan jas hujan plastik, orasi dilanjutkan. Lalu, sekitar pukul 16.15 WIB, ada suara ledakan petasan yang berasal dari massa. Polisi yang berjaga pun langsung bersiap siaga menggunakan atributnya.

Pada pukul 16.22 WIB, hujan masih mengguyur kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat. Namun, para massa aksi tetap berdiri dan menyuarakan pendapatnya. 

Kericuhan Pecah di Penghujung Aksi Tanpa Korban

Sebagian massa aksi melempar petasan ke arah aparat kepolisian di penghujung aksi Indonesia Gelap. Peristiwa itu terjadi saat Koalisi Masyarakat Sipil membubarkan diri usai menyampaikan aspirasinya.

Mobil komando yang dibawa Koalisi Masyarakat Sipil perlahan mundur meninggalkan lokasi aksi. Diikuti sejumlah massa aksi dari pelbagai elemen. Namun, sebagian yang lain melanjutkan aksinya.

Mereka melemparkan petasan ke arah polisi dan membakar pembatas jalan. Jarak antara massa aksi dengan polisi sekira 3 kilometer. Posisi mereka dipisahkan dengan beberapa barrier beton.

Dari kejauhan, polisi mengimbau kepada sebagian massa aksi untuk tidak merusak fasilitas umum. "Pembatas jalan adalah fasilitas lalu lintas untuk masyarakat," kata seorang polisi melalui pengeras suara. Namun, imbauan itu tak digubris oleh massa aksi. 

Kericuhan aksi usai sekitar pukul 20.30 WIB. Massa membubarkan diri tanpa terlibat bentrok dengan aparat. Berbagai kerusakan dan sampah yang timbul akibat kericuhan segera dibersihkan oleh petugas. Jalan sekitar Patung Kuda yang sempat ditutup telah dibuka kembali.

Novali Panji Nugroho dan Advist Khoirunikmah berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |