Nelayan di Raja Ampat. (YKAN)REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – The Nature Conservancy (TNC) dan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), menghelat lokakarya Global Ocean Innovation Challenge perdana.
Agenda ini menjadi tonggak penting bagi penguatan inovasi laut di Indonesia. Forum ini mempertemukan peserta dari lembaga pemerintah, LSM, rintisan (startup), komunitas pesisir, dan mitra swasta.
Khususnya untuk merancang solusi teknologi untuk mendukung pengelolaan kawasan konservasi laut yang efektif dan pengelolaan perikanan berkelanjutan. Agenda itu dihelat 27–29 Oktober 2025 di Bali.
Direktur Konservasi Ekosistem Direktorat Jenderal Pengelolaan Kelautan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Firdaus Agung, memaparkan Global Ocean Innovation Challenge sebuah inisiatif global yang bertujuan menstimulasi ide-ide dari para inovator untuk merancang teknologi.
Serta menutup kesenjangan informasi yang selama ini menjadi hambatan utama dalam konservasi laut. Global Ocean Innovation Challenge diluncurkan di Asia Pasifik pada pertengahan 2025, dengan Indonesia sebagai pusat uji coba pertama.
Wilayah ini termasuk rumah bagi lebih dari 75% spesies terumbu karang dunia dan sumber pangan jutaan orang. Global Ocean Innovation Challenge juga membuka babak baru dalam kolaborasi lintas sektor untuk menjawab tantangan konservasi laut dengan cara yang inovatif dan berbasis teknologi.
Indonesia, dengan kekayaan hayati lautnya dan komitmen nasional untuk melindungi 97,5 juta hektare kawasan perairan pada 2045, menjadi lokasi ideal untuk memulai proyek percontohan yang menggabungkan sains, teknologi, dan kearifan lokal.
Firdaus menyampaikan dukungannya terhadap Global Ocean Innovation Challenge, dan berharap agar inovasi yang dihasilkan dapat menjembatani kebijakan dengan implementasi di lapangan.
Ia menilai, inisiatif Global Ocean Innovation Challenge ini memperlihatkan bagaimana teknologi dapat memperkuat efektivitas pengelolaan kawasan konservasi laut, sejalan dengan visi 30x45.
Visi 30x45 adalah inisiatif nasional Indonesia untuk menetapkan 30% dari wilayah perairan pesisir dan laut Indonesia atau setara 97,5 juta hektare, sebagai kawasan konservasi pada tahun 2045.
“Ini langkah penting menuju target perlindungan 97,5 juta hektare kawasan laut tahun 2045,” terang Firdaus, melalui keterangan tertulisnya.
Global Ocean Innovation Challenge berupaya mempercepat skala dan dampak solusi konservasi terhadap tantangan pengelolaan kawasan konservasi perairan.
Seperti penangkapan ikan berlebih, kurangnya data pengelolaan, degradasi habitat laut, serta penurunan ketahanan pesisir.
Dengan integrasi teknologi diharapkan dapat menutup kesenjangan data dan meningkatkan kapasitas pemantauan serta penegakan di lapangan. Khususnya di kawasan konservasi dan sektor perikanan skala kecil.
Kawasan konservasi Raja Ampat. (YKAN)
Rancangan Tiga Fase
Program ini dirancang dalam tiga fase. Fase pertama, yang berlangsung hingga tengah 2026, berfokus pada identifikasi tantangan utama, pemilihan teknologi, dan pelaksanaan percontohan atau pilot di Indonesia.
Fase kedua akan dihelat di akhir 2026 dengan mereplikasi hasil di Indonesia ke beberapa lokasi lainnya di Asia Pasifik. Langkah ini menekankan pada peningkatan efektivitas pengelolaan kawasan konservasi dan perikanan industri berkelanjutan.
Hasil dari uji coba tersebut akan menjadi dasar pengembangan solusi berskala global di fase ketiga yang juga bertujuan membuka jalan komersialisasi bagi teknologi terpilih.
Direktur Pembinaan Penataan Ruang Laut Direktorat Jenderal Penataan Ruang Laut KKP, Amehr Hakim, menyampaikan salah satu fokus utama kolaborasi dan keselarasan Global Ocean Innovation Challenge yaitu program ocean monitoring system.
Saat ini tengah dikembangkan Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kemampuan pemantauan kondisi ekosistem laut. Amehr menegaskan pergeseran teknologi ini memiliki arti strategis yang penting.
Menurutnya sistem pemantauan laut terpadu akan menjadi fondasi pengelolaan kawasan konservasi berbasis data.
Teknologi yang dikembangkan diharapkan dapat selaras dan terintegrasi dengan ocean monitoring system di level nasional dan ocean big data yang sedang dibangun KKP.
Pihaknya membuka ruang bagi berbagai inovasi teknologi mutakhir. Seperti kecerdasan buatan, pembelajaran mesin, dan digital twin. Tujuannya mendukung pengelolaan kawasan konservasi dan Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) secara lebih efektif.
“Pendekatan yang menyeluruh ini dapat memperkuat visi 30x45 menuju laut yang sehat dan produktif,” jelas Amehr.
Menyadari besarnya investasi yang dibutuhkan untuk adopsi dan replikasi teknologi, ia menekankan keberlanjutan inovasi ini memerlukan strategi pembiayaan lintas sektor yang terarah dan berkelanjutan.
“Pengembangan teknologi hanya akan berkelanjutan jika didukung sumber pendanaan yang beragam dan dapat diprediksi,” imbuhnya.
Karena itu, lanjutnya, selain memastikan dukungan dari anggaran nasional (APBN) dan daerah (APBD), terutama untuk biaya operasional infrastruktur pemantauan di tingkat lokal, kolaborasi ini juga membuka peluang dukungan pembiayaan dari sumbe lain.
Mulai Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH), lembaga swadaya masyarakat, sektor swasta, serta para investor berdampak (impact investors).
“Sinergi pembiayaan ini sangat penting memastikan inovasi yang dikembangkan dapat diimplementasikan secara efektif, dan berdampak luas,” lanjutnya.
Menuju Implementasi dan Dampak Nyata
Dalam lokakarya di Bali, para peserta berkolaborasi mengidentifikasi tantangan utama dalam pengelolaan kawasan konservasi dan perikanan skala kecil.
Setelah itu, mereka juga menggali dan merumuskan berbagai ide solusi inovatif.
“Melalui Global Ocean Innovation Challenge, kami ingin mempercepat adopsi teknologi yang memiliki potensi besar dalam menjawab tantangan paling mendesak bagi laut dunia.” kata Tamara Singh, Penasihat Senior untuk Program Regional TNC.
Ia mengatakan Indonesia tempat yang ideal untuk memulai karena di sini inovasi dapat bersentuhan langsung dengan realitas. Terlebih dengan beragam masyarakat pesisir yang hidup berdampingan dengan laut setiap hari.
“Kami berharap lahir model konservasi yang bisa menginspirasi kawasan lain di dunia,” tambahnya.
Pada akhir lokakarya, para peserta telah mengidentifikasi dan memprioritaskan teknologi yang berpotensi mengatasai tantangan utama yang dihadapi oleh masyarakat pesisir, LSM, serta sektor publik dan swasta.
Pada kesempatan itu, dipaparkan pula peta jalan untuk menguji beberapa solusi inovatif pada awal 2026 di Indonesia sebagai lokasi percontohan pertama di Asia Pasifik.
TNC dan YKAN akan mengonsolidasikan konsep-konsep yang muncul dan didiskusikan dengan KKP agar selaras dengan kebutuhan dan program prioritas pemerintah.
Direktur Program Kelautan YKAN, Muhammad Ilman, menekankan pentingnya keseimbangan antara teknologi, kebijakan, dan pemberdayaan masyarakat.
Menurutnya Global Ocean Innovation Challenge ruang kolaboratif yang memastikan inovasi teknologi selaras dengan kebutuhan sosial dan ekologis.
“Ketika masyarakat pesisir, pemerintah, dan inovator duduk bersama, kita menciptakan solusi yang bukan hanya canggih, tetapi juga berakar pada kebutuhan di lapangan,” ungkapnya.
Dengan pendekatan lintas sektor dan berbasis kebutuhan, Global Ocean Innovation Challenge menjadi model baru kolaborasi antara teknologi dan konservasi yang siap menginspirasi dunia.
Kilas YKAN
Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) adalah organisasi nirlaba berbasis ilmiah yang hadir di Indonesia sejak 2014.
YKAN memberikan solusi inovatif demi mewujudkan keselarasan alam dan manusia melalui tata kelola sumber daya alam yang efektif.
Serta mengedepankan pendekatan non konfrontatif, serta membangun jaringan kemitraan dengan seluruh pihak kepentingan untuk Indonesia yang lestari.
Yan Andri

3 hours ago
12












































