Ketegangan Tak Kunjung Reda, Terkini Korea Utara Komentari Kisruh Politik di Korea Selatan

4 weeks ago 35

TEMPO.CO, Jakarta - Ketegangan antara Korea Selatan (Korsel) dan Korea Utara (Korut) belum mereda. Ketegangan berlanjut setelah Presiden Korsel Yoon Suk Yeol pada pekan lalu secara tersirat menyebut Korut adalah alasan di balik kegentingan politik di negaranya. Ia menuduh partai-partai oposisi berkolusi dengan pasukan anti-negara dari “Utara”.

Pernyataan itu seiring keputusan Presiden Yoon membuat langkah mengejutkan mengumumkan darurat militer pada Selasa, 3 Desember 2024. Keputusan itu disampaikan melalui siaran langsung di televisi nasional pada tengah malam dan memicu reaksi di seluruh negeri. Namun, kondisi darurat hanya bertahan beberapa jam sebelum dicabut oleh Majelis Nasional Korsel.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Presiden Yoon mengklaim bahwa deklarasi darurat militer diperlukan guna melindungi negara dari ancaman yang dia sebut berasal dari oposisi pro-Korut. Dalam pidatonya itu, orang nomor satu di Korsel itu menuduh partai-partai oposisi menyandera proses legislatif dan mengancam stabilitas nasional.

“Saya menyatakan darurat militer untuk melindungi Republik Korea yang merdeka dari ancaman pasukan komunis Korea Utara, membasmi kekuatan anti-negara yang mencabut kebebasan rakyat, serta menjaga tatanan konstitusional kita,” ujar Yoon.

Bungkam selama sepekan, pemerintah Korut akhirnya buka suara. Melalui KCNA, media yang dikelola pemerintah setempat, Korut menerbitkan sebuah artikel sindiran tentang “kerusuhan sosial” yang berkembang di “Selatan”. KCNA menyindir darurat militer Korsel sebagai tindakan gila yang mengingatkan pada kudeta selama berapa waktu sebelumnya.

“Boneka Yoon Suk Yeol, yang telah menghadapi krisis serius pemerintahan dan pemakzulan, mengumumkan darurat militer secara tak terduga dan melepaskan senjata kediktatoran fasis kepada rakyat,” tulis KCNA pada Rabu, 11 Desember 2024, seperti dikutip Reuters.

Kedua negara ini secara teknis masih berperang setelah meletup perang Korea pada 1950-1953. Ketegangan kedua negara meningkat sejak awal 2024. Belakangan Korut tampaknya sudah ancang-ancang bila terjadi pertempuran.

Negara yang dipimpin Kim Jong Un itu sejauh ini telah memasang ranjau darat dan mencabut lampu jalan di sepanjang sisi jalur darat Gyeongui dan Donghae, perbatasan kedua negara. Korut juga mencabut bantalan rel kereta api di sisi utara dua jalur kereta api tersebut sebagai upaya untuk menghapus warisan kerja sama dan pertukaran antar Korea.

Tak hanya itu, Korut juga mengirim balon sampah dan menyebabkan kebakaran di Seoul, Korsel. Pyongyang, sebutan pusat pemerintahan Korsel, meluncurkan sekitar 120 balon berisi sampah ke arah perbatasan pada Ahad, 15 September 2024. Sekitar 40 balon telah mendarat di Korsel, terutama di Provinsi Gyeonggi utara dan ibu kota negara.

Sebelumnya, Korut juga diklaim telah menembakkan rudal balistik dari wilayah perairan timur pada Kamis, 12 September 2024. Peluncuran rudal balistik ini terjadi hanya beberapa hari setelah Presiden Korut Kim Jong Un menyatakan tekadnya untuk meningkatkan kapasitas senjata nuklir negaranya secara signifikan dan mempersiapkan pasukan untuk berperang.

Peluncuran rudal tersebut juga bertepatan dengan pembicaraan keamanan global yang melibatkan pejabat pertahanan dari berbagai negara, termasuk Amerika Serikat dan Jepang, pada Rabu, 11 September 2024. Adapun militer Korsel melaporkan bahwa salah satu rudal tersebut mengalami masalah dan hilang dari radar setelah menempuh jarak sekitar 120 kilometer.

Selain itu, Korut dilaporkan telah menembakkan sekitar 80 peluru artileri ke zona perbatasan maritim pada November 2024. Rudal Korut itu ditembakkan saat Menteri Pertahanan dari Seoul dan Washington berjanji untuk meningkatkan kerja sama dalam menghadapi rudal Korut. Peluncuran rudal ini merupakan yang pertama dalam dua bulan terakhir, setelah Korut menembakkan dua rudal balistik pada 1 Juli 2024.

Ketegangan di Semenanjung Korea kian meningkat akhir-akhir ini setelah Korut meledakkan beberapa ruas jalan dan jalur kereta api di sisi perbatasan Korsel pada Oktober lalu. Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (JCS) mengatakan beberapa ruas jalan dan jalur kereta api di utara yang terhubung ke Korea Selatan diledakkan pada tengah hari.

Sebelumnya, pada 9 Oktober 2024, Korut mengatakan akan secara permanen menutup dan memblokir perbatasan selatan dengan Korsel. Korut menyatakan tindakan tersebut akan memisahkan sepenuhnya wilayah Korut dari wilayah Korsel.

Menanggapi hal itu, pada Senin 14 Oktober 2024, Seoul telah mempersiapkan langkah Korut yang ingin meledakkan kawasan perbatasan. Militer Korsel juga melepaskan tembakan peringatan di selatan garis demarkasi militer yang memisahkan kedua negara tetangga.

Tak hanya itu, Korsel menuding Korut memasang ranjau darat dan penghalang di sepanjang perbatasan. Mereka juga mengaku telah melihat Korut melakukan pekerjaan tambahan dengan peralatan berat pada Senin, 14 Oktober 2024. Sementara itu, Kementerian Unifikasi Korsel mengecam keras tindakan militer Korea Utara sebagai tindakan anti-unifikasi.

“Kami mengecam keras tindakan Korea Utara sebagai tindakan anti-unifikasi dan anti-nasional yang menolak aspirasi rakyat dan penduduk kami di Korea Utara untuk melakukan unifikasi,” kata Kementerian Unifikasi pada Kamis, 10 Oktober 2024.

Perang secara lisan keduanya juga meningkat setelah Korut menuduh saingannya mengirim pesawat tanpa awak ke Pyongyang. Korut pada Jumat, 11 Oktober 2024, mengatakan pesawat tanpa awak tersebut telah menyebarkan sejumlah besar selebaran anti-Korea. Mereka menyebut langkah itu sebagai provokasi politik dan militer yang dapat menyebabkan konflik bersenjata.

Khumar Mahendra, Savero Aristia Wienanto, Sita Planasari, Daniel Ahmad, Eiben Heizar, dan Independent berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |