Komplit Ihwal Demensia: Penyebab Hingga Pencegahan

2 days ago 7

TEMPO.CO, Jakarta - Demensia adalah gangguan yang menyebabkan hilangnya fungsi kognitif, seperti kemampuan berpikir, mengingat, dan bernalar, sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari seseorang.

Dilansir dari Mayoclinic, istilah ini merujuk pada kumpulan gejala yang mempengaruhi daya ingat, pemikiran, dan interaksi sosial. Gejala-gejala tersebut bukan bagian normal dari penuaan dan dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, bukan satu penyakit tunggal. Biasanya, demensia dimulai dengan kehilangan daya ingat, yang sering menjadi tanda awal. Namun, kehilangan ingatan saja tidak selalu menandakan demensia, karena dapat dipicu oleh kondisi lain.

Tingkat keparahan demensia bervariasi, mulai dari tahap ringan, di mana fungsionalitas seseorang masih cukup baik, hingga tahap berat, di mana penderita bergantung sepenuhnya pada orang lain untuk menjalani aktivitas dasar, seperti makan. Demensia lebih sering terjadi pada usia lanjut, dengan sekitar sepertiga dari orang berusia 85 tahun ke atas mengalaminya. Meski demikian, banyak orang mencapai usia 90-an tanpa tanda-tanda demensia.

Penyebab Demensia

Demensia bukanlah bagian alami dari proses penuaan, melainkan terjadi ketika penyakit merusak sel-sel saraf di otak. Sel-sel saraf ini bertugas menyampaikan pesan antara berbagai area otak dan ke bagian tubuh lainnya. Ketika kerusakan sel saraf semakin banyak, kemampuan otak untuk berfungsi secara optimal pun berkurang.

Demensia juga dapat dipicu oleh berbagai penyakit, yang mempengaruhi otak dengan cara berbeda dan menyebabkan bermacam jenis demensia. Jenis-jenis demensia meliputi Alzheimer, demensia vaskular, demensia dengan Lewy bodies (DLB), dan demensia frontotemporal.

Gejala Demensia

Gejala dan tanda demensia muncul ketika neuron (sel saraf) yang awalnya sehat di otak mulai berhenti berfungsi, kehilangan koneksi dengan sel otak lain, dan akhirnya mati. Walaupun setiap orang mengalami kehilangan sejumlah neuron seiring bertambahnya usia, penderita demensia mengalami penurunan yang jauh lebih signifikan. Tanda dan gejala demensia dapat berbeda-beda tergantung pada jenisnya, antara lain meliputi:

- Mengalami kehilangan ingatan, penilaian buruk, dan kebingungan

- Kesulitan berbicara, memahami dan mengungkapkan pikiran, atau membaca dan menulis

- Berkeliaran dan tersesat di lingkungan yang familiar

- Kesulitan menangani uang secara bertanggung jawab dan membayar tagihan

- Pertanyaan berulang

- Menggunakan kata-kata yang tidak biasa untuk merujuk pada objek yang familiar

- Membutuhkan waktu lebih lama untuk menyelesaikan tugas normal sehari-hari

- Kehilangan minat pada aktivitas atau acara normal sehari-hari

- Berhalusinasi atau mengalami delusi atau paranoia

- Bertindak impulsif

- Tidak peduli dengan perasaan orang lain

- Kehilangan keseimbangan dan masalah pergerakan 

Pengobatan Demensia

Dikutip dari Alzheimers.org.uk, saat ini, belum ada obat yang dapat menyembuhkan demensia. Namun, berbagai perawatan, termasuk penggunaan obat-obatan, dapat membantu mengelola gejala yang dialami oleh penderita. Selain itu, beberapa orang mungkin merasakan manfaat dari perawatan non-obat. Terapi alternatif juga dapat memberikan dampak positif bagi penderita demensia, dengan fokus pada penanganan kondisi terkait, seperti masalah tidur atau gejala agitasi. 

Pencegahan Demensia

Menurut National Health Service, hingga kini belum ada cara pasti untuk mencegah semua jenis demensia, karena para ahli masih terus meneliti bagaimana kondisi ini berkembang. Meskipun demikian, penelitian menunjukkan bahwa menerapkan gaya hidup sehat dapat mengurangi risiko terkena demensia di usia lanjut.

Pola hidup sehat juga efektif dalam mencegah penyakit kardiovaskular, seperti stroke dan serangan jantung, yang merupakan faktor risiko utama untuk Alzheimer dan demensia vaskular yang merupakan dua jenis demensia yang paling umum dijumpai.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |