REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah (Jateng), Bergas Catursasi Penanggungan, mengungkapkan, banjir yang melanda Kota Semarang selama dua pekan terakhir masih terkategori sedang. Dia menyebut, berdasarkan perkiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), puncak musim penghujan diperkirakan berlangsung pada Januari-Februari 2026.
"Sebetulnya ini (kategori) sedang ya, belum yang kelas berat," kata Bergas ketika ditanya perihal kategorisasi banjir yang melanda Kota Semarang selama dua pekan terakhir, Senin (3/11/2025).
Tidak ada kode iklan yang tersedia.Hal itu disampaikan Bergas ketika diwawancara awak media seusai mendampingi Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto meninjau penanganan banjir di Kota Semarang. Menurut Bergas, meski belum memasuki puncaknya, hujan intensitas tinggi yang mengguyur Kota Semarang dan akhirnya memicu banjir terjadi salah satunya karena musim peralihan.
"Kalau dari informasi BMKG, puncaknya (musim penghujan) itu kan di Januari-Februari. Di masa ini, terjadi masa kemarau ke musim penghujan, ada masa transisi. Di masa transisi ini pasti hujannya di Jakarta, anginnya kencang," ucapnya.
Bergas menjelaskan, dalam penanganan banjir di Kota Semarang, BPBD bersama para instansi dan lembaga terkait, mengoptimalkan pengoperasian pompa sedot. "Mobile pump yang dikerahkan itu, baik yang punya Pusdataru, BBWS, maupun dari tempat kami BPBD, kurang lebih sekitar 30 pompa. Kemudian yang existing, termasuk rumah-rumah pompa, seperti Kali Tenggang itu ada enam, di Sringin ada lima, di Trimulyo ada dua," katanya.
Selain itu, terdapat pula sejumlah pompa perbantuan yang dikirimkan untuk penanganan banjir di Kota Semarang, seperti dari Solo, Pemalang, Kudus, dan Jepara. Bergas mengungkapkan, kapasitas sedotan pompa-pompa tersebut beragam, mulai dari 150 hingga 500 liter per detik.
Menurut Bergas, sejumlah pompa juga dikerahkan untuk melakukan penyedotan di kolam retensi Terboyo. "Misalnya, target utama dari kegiatan Balai Besar (Pelaksanaan) Jalan Nasional bagaimana kolam retensi ini berfungsi. Nah ini kan harus diturunkan (ketinggian airnya). Jadi pada saat rob, ditutup, kita pompa. Pada saat tidak terjadi rob, itu dibuka, sekaligus kita pompa," ucapnya.
"Jadi bagaimana pompa ini (difungsikan) untuk mempercepat penurunan kolam retensi," tambah Bergas.
Persoalan pompa

7 hours ago
14

















































