CANTIKA.COM, Jakarta - Dari album patah hati Lily Allen hingga meme viral, perempuan Gen Z sedang mendefinisikan ulang makna jomlo sebagai bentuk perlindungan diri. Media sosial pun tak berhenti membahasnya.
Fenomena ini disebut-sebut berawal dari album terbaru Lily Allen, West End Girl, yang memotret perpisahannya dengan aktor David Harbour. Nada "tanpa penyesalan" dalam lagu-lagunya melahirkan istilah “Lily Allen winter” sebuah musim simbolis yang berfokus pada diri sendiri, pertemanan, dan kebebasan dari hubungan yang terasa performatif.
Dalam unggahan influencer Joseph, banyak perempuan Gen Z mengaku tak lagi memamerkan pasangan di media sosial. Ada yang ingin menjaga privasi, ada yang bercanda bahwa menghapus foto pasca putus itu “terlalu merepotkan”.
Seorang pengguna bahkan menulis: “Punya pacar sekarang cuma terasa seperti konsep samar tentang laki-laki, politis, abstrak, dan langsung bikin hilang aura.”
Dari komentar-komentar itu, muncul satu tren yang makin sering dibicarakan efek pacar video yang membandingkan hidup sebelum dan sesudah menjalin hubungan kini berubah menjadi pertanyaan satir:
“Tunggu, apakah punya pacar itu sendiri… memalukan?”
Meski meme ini datang dari Barat, Gen Z di Asia ikut meramaikan. Di Instagram, tutorial “cara soft launching pasangan” ditonton jutaan kali.
Konsepnya sederhana, mulai dari foto makan malam tanpa menampilkan wajah, bayangan tangan yang buram, dan siluet seseorang di kejauhan
Sesedikit mungkin yang bisa terlihat sekadar memberi petunjuk kalau seseorang mungkin sedang tidak lajang. “Memposting pasangan itu nggak salah, tapi menjadikannya seluruh identitas? Itu yang memalukan,” ujar influencer 25 tahun, Himika Ghoshal.
Ia menambahkan bahwa perempuan lajang usia pertengahan 20-an kini justru tampak lebih bahagia. “Mereka sadar hidup tidak hanya tentang hubungan romantis.”
Menurut Himika, tren soft launching relationship adalah cara Gen Z menegosiasikan ulang relasi kuasa dan patriarki: “Ini akan melahirkan generasi perempuan yang tidak menyesal, tidak berusaha menyenangkan siapa pun, dan hidup untuk kebahagiaan mereka sendiri bukan demi standar masyarakat.”
Bagi Gen Z, hubungan bukan lagi pencapaian yang harus diumumkan ke dunia. Justru sebaliknya: sesuatu yang harus dilindungi.
Psikiater Dr. Darshan Yallappa Jotibannad menjelaskan mereka tumbuh menyaksikan hubungan orang lain diglamorkan, lalu berantakan secara publik. Media sosial, lanjutnya, telah mengubah ekspresi kasih sayang menjadi pertunjukan: foto yang harus estetik, caption yang harus manis, dan likes sebagai ukuran validasi.
“Menolak semua itu melalui soft launching, bahkan menyebut PDA atau public display affection sebagai ‘memalukan’ menjadi bentuk pemberontakan halus terhadap keintiman yang dikontrol algoritma," ucap Jotibannad.
Pilihan Editor: Rekomendasi Lokasi Kencan Gen Z di Blok M, Estetis dan Ramah di Kantong
HINDUSTAN TIMES
Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi Terkini Gaya Hidup Cewek Y dan Z di Instagram dan TikTok Cantika.


















































