TEMPO.CO, Bandung - Seniman asal Jakarta, Francy Vidriani, 50 tahun, menggelar pameran tunggal berjudul NFT Party - The City Girls. Bertempat di Galeri Orbital Dago Bandung, pameran karya gambar digital Non-Fungible Token (NFT) itu berlangsung sejak 27 Januari hingga 9 Maret 2025. “Saya lihat NFT ini media baru yang menarik buat dieksplorasi,” katanya saat ditemui Tempo, Senin 27 Januari 2025.
Pilihan Editor: Mitos Buaya dan Kritik Lingkungan pada Karya Rizka Azizah
Pameran Tunggal Hadirkan 50-an Gambar Digital
Setahun terakhir Francy Vidriani membuat gambar-gambar digital itu hingga berjumlah seribuan gambar dari sebelumnya melukis dan menggambar secara konvensional. Sebagian di antara karya NFT, sebanyak 50-an gambar, kini dihadirkannya di ruang galeri untuk pertama kali. Setiap gambarnya yang tidak berjudul itu ditalikan dengan sebuah tema tentang identitas seperti pada kekaryaan sebelumnya. “Sekarang identitas itu berubah bentuknya dari ikonik yang ditentukan oleh kekuasaan menjadi kebebasan individu ,” ujar seniman lulusan Desain Komunikasi Visual Universitas Trisakti pada 1998 itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Identitas yang anonim serta memakai alias atau nama lain menurutnya bisa untuk membebaskan ekspresi tanpa sensor. Pun kebebasan memaknai identitas diri tanpa terkait misalnya dengan gender, ras, agama.
Pada setiap gambarnya, Francy menghadirkan figur atau sosok perempuan dewasa muda yang wajahnya berbentuk lonjong. Posenya seringkali kaku dengan kedua tangan di samping mengapit tubuh. Sosok yang seperti avatar itu kemudian didandani dengan berbagai macam atribut yang beraneka jenis mulai dari gaya dan warna rambut, kacamata berbagai model, rona bibir, alis, juga bola mata, serta pakaian.
Karya-karya Francy Vidriani dalam pameran tunggalnya bertajuk NFT Party-The City Girls yang mengangkat tema identitas lewat sosok perempuan, di Galeri Orbital Dago Bandung, 27 Januari hingga 9 Maret 2025. Tempo/Anwar Siswadi
Harga Karya NFT Dipengaruhi Perbedaan Komponen
Gaya dan kostum dari sebagian sosok itu ada yang tidak asing karena seperti orang terkenal dari kalangan model, penyanyi, dan bintang film. Menurut Francy, perbedaan komponen seperti aneka gaya rambut, warna, dan bentuknya serta aksesoris lain bisa berpengaruh pada harga karya NFT. Dia mengaku tertarik untuk menjual karyanya di ranah digital berteknologi Blockchain karena arah masa depannya dinilai menjanjikan.
Baginya NFT memiliki keunikan yang berbeda dengan cryptocurrency seperti Bitcoin atau Ethereum yang sifatnya fungibel atau satu unit dapat dipertukarkan dengan unit lain. Sementara NFT tidak bisa dipertukarkan dengan token lainnya atau dibeli pecahannya. “Keunikan ini identik dengan memiliki karya seni yang satu-satunya atau koleksi langka,” kata Francy.
Setiap NFT memiliki informasi atau kode khusus dan mengandung metadata yang bisa mencakup detail seperti siapa pembuat karyanya, tanggal pembuatan, properti unik atau karakteristik, dan riwayat kepemilikan. Rencananya menurut pemilik dan pengelola Galeri Orbital Dago Bandung, Rifky Effendy, agenda diskusi nantinya akan membahas soal karya seni NFT bersama para seniman lain.