Pecahkan Rekor Tertinggi, Jepang Dikunjungi 36,8 Juta Wisatawan pada 2024

5 hours ago 6

TEMPO.CO, Jakarta - Jumlah pengunjung wisatawan mancanegara Jepang memecahkan rekor tertinggi pada 2024. Berdasarkan data dari Organisasi Pariwisata Nasional Jepang (JNTO) negeri matahari terbit ini mencatat lebih dari 36,8 juta wisatawan datang ke Jepang. Angka ini melampaui rekor yang sudah dipecahkan sebelumnya pada 2019 dengan hampir 32 juta turis. Jumlah kunjungan tersebut mencakup untuk liburan dan bisnis.

Wisatawan yang banyak datang Jepang pada 2024 berasal dari Korea Selatan sebesar 8,82 juta kunjungan, disusul China 6,98 juta yang naik tiga kali lipat dibanding tahun lalu. Kemudian Taiwan sebanyak 6,04 juta kunjungan. Bulan Desember, Jepang menyambut 3,49 juta wisatawan dan merupakan bulan dengan kunjungan paling banyak sepanjang 2024. Momen tersebut bertepatan dengan libur sekolah serta libur Natal dan Tahun Baru.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dengan besarnya kedatangan turis ke Jepang pada tahun 2024 menumbuhkan kembali sektor pariwisata yang sebelumnya terhambat pandemi korona. Melonjaknya kunjungan turis turut memberikan dorongan baik terhadap perekonomian Jepang. Sebab, sector ini menjadi penyumbang terbesar kedua setelah bidang otomotif.

Pada 2024, pengeluaran pelancong sekitar 8,1 triliun yen (Rp 849 triliun) meningkat 53 persen dari tahun sebelumnya sebesar 5,31 triliun yen. Manajer umum konsultan industri perjalanan Honichi Lab, Teppei Kawanishi mengatakan kenaikan jumlah pengunjung memberikan dampak positif. "Fakta bahwa tidak hanya jumlah pengunjung yang meningkat, tetapi juga jumlah uang yang mereka belanjakan merupakan hal yang positif," katanya dikutip dari Reuters, Jumat 17 Januari 2025.

Kenaikan jumlah wisatawan yang datang ke Jepang dikarenakan pemerintah mulai membuka objek wisata Gunung Fuji, kuil-kuil, dan rumah makan sushi. Selain itu, faktor lain yang dikaitkan dengan banyaknya pengunjung ke Jepang karena nilai tukar yen melemah selama tiga tahun terakhir. Ini membuat barang dan makanan lebih terjangkau dan wisatawan tertarik pergi ke Jepang. Tidak hanya itu, jumlah pengunjung akan kembali meningkat sebab Jepang menjadi tuan rumah World Expo pada 2025.

Pemerintah Jepang memiliki target ambisius dengan menarik 60 juta wisatawan dan meningkatkan pemasukannya hingga 15 triliun pada 2030. Namun, mereka dihadapkan pada kunjungan wisatawan yang menumpuk di beberapa lokasi. Pihak berwenang berencana menyebar pelancong secara lebih merata di seluruh wilayah Jepang. Banyaknya wisatawan yang ramai di satu objek wisata menjadi masalah bagi masyarakat setempat

Penumpukan wisatawan biasanya terjadi di tempat-tempat terkenal seperti kota kuno Kyoto. Kota ini dikenal dengan adanya para geisha dan kuil Buddha yang ramai dikunjungi wisatawan. Masyarakat setempat mengeluhkan adanya pengunjung tidak ramah, mengganggu geisha, menyebabkan kemacetan, dan membuang sampah sembarangan. Untuk memperbaiki keadaan, pemerintah akan menaikkan pajak akomodasi di Kyoto.

Selain Kyoto, kepadatan wisatawan juga terjadi di Gunung Fuji. Untuk mengurangi dampak pariwisata, pihak berwenang memberlakukan biaya masuk dan membatasi jumlah pendaki per harinya. Di Ginzan Onsen, untuk memangkas jumlah wisatawan yang berlebih, diterapkan sistem masuk hanya untuk pengunjung yang menginap di hotel lokal setelah pukul 20.00 waktu setempat.

Overtourism di beberapa kota di Jepang menjadi masalahan yang harus dihadapi masyarakat dan pemerintah setempat. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa melonjaknya jumlah wisatawan ke Jepang menambah perekonomian negara tersebut. Presiden dan CEO Luxurique, Naomi Mano mengatakan bahwa kelebihan turis diakibatkan oleh wisatawan yang terpusat di kota tertentu. Ia berpendapat bahwa pemerintah Jepang harus mengambil langkah untuk mempromosikan tempat lain di Jepang.

"Membuatnya lebih mudah diakses, menyediakan lebih banyak informasi, dan memungkinkan pemesanan kegiatan di wilayah pedesaan lainnya," ucapnya dikutip dari Channel News Asia, Jumat 17 Januari 2025.

NIA NUR FADILLAH | CHANNEL NEWS ASIA | REUTERS | JNTO

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |