Pemerintah Siapkan 10 Ribu Hektare untuk Hilirisasi Kelapa di Maluku Utara

11 hours ago 8

REPUBLIKA.CO.ID, HALMAHERA UTARA -- Pemerintah menyiapkan lahan seluas 10 ribu hektare di Provinsi Maluku Utara (Malut) untuk memperkuat hilirisasi kelapa nasional. Program tersebut bagian dari strategi memperluas nilai tambah komoditas perkebunan dan meningkatkan kesejahteraan petani di daerah penghasil utama.

Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan pengembangan lahan itu dimulai pada 2026. Lahan tersebar di sejumlah kabupaten di Malut, yang selama ini dikenal sebagai salah satu sentra kelapa terbesar di Indonesia timur. Dukungan negara mencakup penyediaan bibit unggul, sarana produksi, serta kemitraan dengan industri pengolahan.

Tidak ada kode iklan yang tersedia.

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyatakan penguatan hilirisasi harus diikuti dengan peningkatan harga beli di tingkat petani agar nilai tambah tidak hanya dinikmati pelaku industri. Ia menegaskan, hilirisasi harus berpihak kepada petani sebagai produsen utama.

“Sekarang harga kelapa butir di petani hanya dua sampai tiga ribu rupiah. Kita minta pelaku industri menaikkan harga beli supaya petani untung. Jangan sampai nilai tambah berhenti di pabrik. Kalau harga kelapa dinaikkan sedikit, saya bantu 10 ribu hektare untuk seluruh Maluku Utara,” ujar Amran saat meninjau pabrik pengolahan kelapa PT NICO, pada akhir pekan lalu, dikutip Selasa (28/10/2025).

Program hilirisasi kelapa menjadi implementasi arahan Presiden Prabowo Subianto agar sektor pertanian tidak berhenti di produksi bahan mentah. Pemerintah ingin setiap daerah penghasil memiliki fasilitas pengolahan yang mampu meningkatkan nilai jual dan daya saing produk di pasar global.

Amran menegaskan, arah kebijakan tersebut membuka jalan agar petani turut merasakan manfaat langsung dari ekspor produk olahan. Ia mencontohkan, Maluku Utara kini mampu menembus pasar China melalui ekspor coconut milk, minyak kelapa murni (VCO), dan arang tempurung yang dihasilkan pabrik lokal seperti PT NICO.

“Yang membanggakan, ekspor ini dari Maluku Utara. Ini tonggak sejarah, kita tidak lagi kirim bahan mentah, tapi produk jadi dari daerah,” kata Amran.

Kementan mencatat, nilai ekonomi kelapa dapat melonjak hingga seribu persen bila diolah menjadi produk turunan. Harga kelapa butir di tingkat petani yang hanya sekitar tiga ribu rupiah dapat berubah menjadi 40 sampai 50 ribu rupiah setelah diproses menjadi coconut milk atau coconut water.

Selain membuka pasar ekspor, hilirisasi juga memperkuat ekonomi lokal. Keberadaan pabrik pengolahan seperti PT NICO dan PT Dewa Coco telah menyerap ribuan tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan petani di sekitar wilayah operasional.

Data Kementerian Pertanian menunjukkan, luas lahan kelapa di Maluku Utara mencapai 158.953 hektare dengan potensi produksi lebih dari satu miliar butir per tahun. Sekitar 76 persen hasil tersebut telah terserap oleh industri pengolahan. 

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |