Pemerkosa sekaligus Pembunuh Dokter di India Divonis Hukuman Seumur Hidup

3 hours ago 6

TEMPO.CO, Jakarta -Pemerkosa dan pembunuh seorang dokter di Kalkuta, India, dijatuhi hukuman penjara seumur hidup pada Senin 20 Januari 2025. Putusan ini dijatuhkan atas kejahatan mengerikan yang memicu protes nasional dan pemogokan tenaga medis di rumah sakit yang meluas tahun lalu.

Sanjoy Roy, 33 tahun, satu-satunya terdakwa dalam kasus tersebut dan pernah menjadi relawan sipil di rumah sakit, ditangkap sehari setelah jenazah korban ditemukan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Keluarga korban yang tewas dalam usia 31 tahun itu menangis dan "terkejut" atas hukuman tersebut. Mereka berharap pembunuhnya akan digantung, karena kasus ini menyoroti masalah kronis kekerasan terhadap perempuan di negara berpenduduk terpadat di dunia itu.

Ibu dan ayah korban, yang duduk dekat Roy di pengadilan pada Senin, mengatakan mereka ingin Roy dieksekusi.

“Kami terkejut dengan putusan tersebut,” kata ayah korban, air mata mengalir di wajahnya.

"Kami akan melanjutkan perjuangan kami, dan tidak akan membiarkan penyelidikan berhenti... Apa pun yang terjadi, kami akan memperjuangkan keadilan."

Namun, Hakim Anirban Das mengatakan kasus tersebut tidak pantas dijatuhi hukuman mati karena ini bukan "kasus yang paling langka". Ia memerintahkan Sanjoy Roy harus menghabiskan hidupnya di balik jeruji besi.

Penemuan mayat dokter yang berlumuran darah di sebuah rumah sakit pemerintah di kota timur Kolkata pada Agustus 2024 memicu kemarahan tenaga medis dan publik.

Pembunuhan tersebut memicu tuntutan para dokter di rumah sakit pemerintah untuk memberikan keamanan tambahan. Sementara ribuan warga di Kalkuta dan tempat lain di India bergabung dalam protes para dokter sebagai bentuk solidaritas.

Mahkamah Agung India tahun lalu memerintahkan satuan tugas nasional untuk mengkaji cara meningkatkan keamanan bagi petugas layanan kesehatan, dengan mengatakan bahwa kebrutalan pembunuhan tersebut telah "mengejutkan hati nurani bangsa".

Kejahatan Keji

Sifat mengerikan dari serangan tersebut dapat dibandingkan dengan pemerkosaan dan pembunuhan beramai-ramai pada 2012 terhadap seorang wanita muda di bus Delhi, yang juga memicu protes nasional selama berminggu-minggu.

India menerapkan hukuman mati, meski praktiknya jarang dilakukan. Eksekusi terakhir di India dilakukan pada Maret 2020 - terhadap empat pria yang dihukum karena serangan bus di Delhi pada 2012.

Persidangan Roy, yang mengaku tidak bersalah, dilakukan dengan cepat melalui sistem hukum India yang biasanya lambat.

Sebelum dijatuhi hukuman, Roy pada Senin kembali menegaskan bahwa dia tidak bersalah dan bahwa dia telah "dijebak".

Pengacara Roy, Kabita Sarkar, mengatakan Roy “tidak stabil secara mental” dan mereka akan mengajukan banding.

Polisi menghentikan beberapa prosesi untuk mencapai pengadilan, namun ribuan orang berkumpul di dekatnya dan banyak yang meneriakkan: "Gantung dia, gantung dia."

Rimjhim Sinha, 34 tahun, yang membantu mengorganisir berbagai demonstrasi massal yang menuntut keadilan dan perlindungan yang lebih baik bagi perempuan sebelum persidangan, mengatakan “sangat kecewa” dengan hukuman tersebut.

“Ini adalah kejahatan yang kejam, sebuah kasus kebobrokan yang ekstrim,” kata Sinha, yang merupakan bagian dari gerakan “Reclaim the Night”.

"Sudah saatnya India membendung gelombang pemerkosaan dan pembunuhan yang terus meningkat".

Aniket Mahato, seorang petugas medis dan juru bicara para dokter junior yang melakukan mogok kerja selama berminggu-minggu tahun lalu menuntut keamanan yang lebih baik bagi petugas kesehatan, mengatakan bahwa ia merasa "keadilan tidak diberikan".

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |