TEMPO.CO, Jakarta - Penganiayaan fisik adalah tindakan kejahatan yang memberikan dampak menyakitkan secara fisik dan psikologis. Dampak psikologis yang ditimbulkan dapat sangat merusak sebab berlangsung lama hingga mempengaruhi kualitas hidup individu korban.
Sebelumnya, seorang karyawati toko roti di Cakung, Jakarta Timur, berinisial DAD (19), diduga menjadi korban penganiayaan oleh George Sugama Halim (GHS), yang merupakan anak pemilik toko tersebut. Hasil penelusuran mengungkap bahwa penganiayaan terhadap DAD bukanlah kejadian pertama. Insiden ini diduga dipicu oleh kemarahan pelaku setelah korban menuntut hak gaji yang belum diterima.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pangkal penganiayaan terjadi saat anak bos toko roti menolak permintaan pelaku untuk mengantarkan roti ke kamar GHS. Adapun kasus ini sebenarnya telah dilaporkan ke pihak kepolisian sejak Oktober 2024 lalu, namun belum mendapatkan penanganan serius.
Setelah video kekerasan tersebut tersebar luas di media sosial pada Ahad, 15 Desember 2024, pihak kepolisian baru mulai mengusut kasus ini secara menyeluruh.
Dampak psikologis
Korban penganiayaan fisik rentan mengalami gangguan kesehatan mental berupa trauma yang mendalam. Trauma ini dapat memicu berbagai gangguan psikologis, seperti gangguan kecemasan, depresi, dan post-traumatic stress disorder (PTSD). Selain itu, korban juga sering mengalami penurunan rasa percaya diri, perasaan tidak berdaya, dan isolasi sosial.
Pada kebanyakan kasus, dampak psikologis ini dapat membuat korban mengembangkan perilaku agresif atau, sebaliknya, serta menjadi sangat tertutup dan menarik diri dari lingkungan sosial mereka.
Dilansir dari Antara, dampak psikologis terhadap korban penganiayaan fisik dapat sangat merusak dan berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Berikut beberapa dampak yang umum terjadi:
1. Trauma dan gangguan PTSD
Korban penganiayaan dalam banyak kasus dapat mengalami kecemasan, mimpi buruk, dan mengulang memori kejadian penganiayaan, yang dapat mengganggu kehidupan sehari-hari mereka.
2. Depresi
Berkitunya, munculnya rasa rendah diri, perasaan tidak berharga, dan kesulitan dalam menjalani aktivitas biasa dapat muncul, hal ini seringkali membuat korban merasa terisolasi.
3. Gangguan kecemasan
Ketakutan berlebihan terhadap situasi yang mirip dengan pengalaman penganiayaan, atau terhadap orang lain, hal ini dapat menyebabkan gangguan kecemasan yang serius.
4. Masalah hubungan sosial
Korban penganiayaan mungkin mengalami kesulitan dalam membangun atau mempertahankan hubungan interpersonal karena kurangnya kepercayaan pada orang lain atau perasaan malu akibat penganiayaan.
5. Perasaan cemas dan takut berkelanjutan
Merasa terancam, merasa bahwa mereka tidak memiliki kendali atas hidup mereka, dan merasa takut akan keselamatan mereka sendiri.
Penanganan dan Dukungan
Dengan demikian, penanganan yang tepat terhadap korban penganiayaan fisik sangat penting untuk meminimalkan dampak psikologis yang ditimbulkan. Pendekatan konseling dan terapi psikologis dapat membantu korban dalam proses pemulihan.
Selain itu, dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar punya peran vital untuk membantu korban mengatasi trauma dan membangun kembali kepercayaan diri mereka.
Terpenting, masyarakat perlu meningkatkan kesadaran akan bahaya penganiayaan fisik dan pentingnya menciptakan lingkungan yang aman bagi semua individu, termasuk anak-anak.