Perjalanan Karir Presiden Yoon Suk Yeol: dari Jaksa Cemerlang hingga Ditangkap Penyidik

5 hours ago 6

TEMPO.CO, Jakarta - Yoon Suk Yeol menjadi presiden petahana Korea Selatan pertama yang ditangkap pada Rabu, 15 Januari 2025. Penangkapannya mengakhiri kebuntuan selama sepekan dengan pihak berwenang yang menyelidikinya atas dugaan pemberontakan.

Dilansir dari Reuters, Yoon Suk Yeol adalah seorang penyintas politik tangguh yang semakin terisolasi di pertengahan masa jabatan lima tahunnya. Pria berusia 64 tahun ini telah diganggu oleh skandal pribadi, oposisi yang keras kepala, dan keretakan dalam partainya sendiri selama menjabat sebagai presiden Korea Selatan/

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ancaman hukuman yang bisa diterimanya sangat kontras dengan karier gemilangnya di dunia politik sebagai jaksa agung. Jabatannya sebagai jaksa agung membuat namanya melambung hingga ia berhasil menang dalam pemilihan presiden 2022.

Sejak terpilih menjadi presiden dengan selisih suara yang tipis dari pesaingnya, Yoon Suk Yeol menjadi kesal karena terus menerus diganggu oleh oposisi. Ujungnya adalah saat dia memberlakukan darurat militer pada 3 Desember 2024, sebuah langkah yang mengejutkan warga Korea Selatan. Ia diskors dari tugasnya sebagai presiden setelah dimakzulkan oleh parlemen pada 14 Desember 2024 karena upayanya memberlakukan darurat militer.

Nasib politik Yoon ada di tangan Mahkamah Konstitusi. Ia juga menghadapi sejumlah penyelidikan kriminal atas tuduhan pemberontakan, satu-satunya tuduhan yang tidak kebal terhadap presiden Korea Selatan, termasuk satu tuduhan yang dipimpin oleh Komisi Antikorupsi di Korea Selatan atau CIO.

Anak Keluarga Kaya

Yoon Suk Yeol lahir dari keluarga kaya di Seoul. Ia adalah murid yang berprestasi di sekolah. Ia masuk ke Universitas Nasional Seoul untuk belajar hukum, tetapi kegemarannya berpesta membuatnya berulang kali gagal dalam ujian pengacara sebelum lulus pada percobaan kesembilan.

Ia menjadi terkenal pada 2016 ketika bertugas sebagai kepala yang menyelidiki Presiden Park Geun-hye atas tuduhan korupsi. Saat itu dia ditanya apakah dia ingin membalas dendam dan dia menjawab bahwa jaksa bukanlah gangster.

Tiga tahun sebelumnya, Park memberhentikan Yoon, lalu memecatnya dari tim yang menyelidiki kasus besar terhadap badan mata-mata negara. Tindakan itu secara luas dianggap sebagai hukuman karena menantang wewenangnya.

Karena keberhasilannya memenjarakan Park dan ia kembali bertugas sebagai kepala Kantor Kejaksaan Distrik Pusat Seoul, menjadi langkah awal Yoon Suk Yeol di bidang politik. 

Dua tahun kemudian, ia menjadi jaksa agung Korea Selatan, memimpin penyelidikan korupsi terhadap sekutu dekat presiden berikutnya, Moon Jae-in. Hal itu membuatnya menjadi kesayangan kaum konservatif yang frustrasi dengan kebijakan liberal Moon, sehingga Yoon menjadi kandidat presiden pada tahun 2022.

Percaya dengan Dukun 

Namun, masa jabatannya sebagai presiden mengalami awal yang sulit. Ia terus maju dengan rencana pemindahan kantor kepresidenan dari kompleks Gedung Biru ke lokasi baru. Hal itu memicu pertanyaan apakah disebabkan oleh kepercayaan feng shui sehingga kompleks kepresidenan lama itu dikutuk. Yoon membantah adanya keterlibatan dirinya atau istrinya dengan seorang dukun.

Ketika Yoon menolak memecat pejabat tinggi setelah kerumunan Halloween 2022 menewaskan 159 orang, ia dituduh melindungi orang-orang yang selalu menuruti perintahnya. Salah satunya adalah Menteri Keamanan Lee Sang-min, sesama lulusan SMA tempat Yoon bersekolah.

Alumni lain dari Sekolah Menengah Atas Choongam di Seoul adalah Kim Yong-hyun, orang yang mempelopori pemindahan kantor kepresidenan. Ia menjadi kepala dinas keamanan presiden, dan kemudian diangkat menjadi menteri pertahanan pada bulan September.

Kim adalah salah satu dari dua orang yang merekomendasikan Yoon untuk mengumumkan darurat militer, kata seorang pejabat militer senior. Orang lainnya adalah Menteri Keamanan Lee Sang-min.

Diguncang Skandal Tas Mewah Istri 

Jabatannya sebagai presiden diguncang oleh skandal suap tas mewah yang melibatkan istrinya, Kim Keon-hee pada tahun lalu. Kim dituduh menerima tas tangan Christian Dior yang mahal sebagai hadiah.

Yoon meminta maaf. Skandal itu disebut sebagai penyebab kekalahan telak partainya dalam pemilihan parlemen pada bulan April. Namun, ia terus menolak seruan untuk melakukan penyelidikan atas skandal tersebut dan tuduhan manipulasi harga saham yang melibatkan istri dan ibunya. Kantor kejaksaan yang menyelidiki tuduhan tersebut memutuskan untuk tidak mengajukan tuntutan terhadap ibu negara.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |