Prilly Latuconsina Ungkap Makna Fashion dalam Film, Lebih dari Sekadar Pakaian

2 hours ago 7

CANTIKA.COM, Jakarta - Bagi aktris dan proudser, Prilly Latuconsina, fashion dalam film bukan sekadar soal pakaian yang enak dipandang kamera. Ia adalah bahasa diam cara karakter berbicara tentang dirinya bahkan sebelum dialog pertama terucap. Dari pengalamannya sebagai aktris hingga kini berada di balik layar sebagai produser dan filmmaker, Prilly melihat betapa krusialnya kostum dalam membangun identitas karakter secara utuh.

Prilly mengenang masa awal kariernya di dunia sinetron sekitar 2014, ketika ruang eksplorasi karakter terasa lebih longgar. Saat itu, ia terlibat langsung dalam membentuk persona tokoh yang ia perankan. Karakternya digambarkan unik, dan sedikit “aneh” dibanding lingkungan sekitarnya. 

Ketika semua karakter lain memakai sepatu sekolah hitam, Prilly justru mengusulkan sepatu biru elektrik. “Itu memang aku yang minta ke fashion stylist. Aku merasa sepatu itu cocok sama karakterku,” ujarnya dalam talkshow Jakarta Modest Summit bertajuk The Influence of Film on Fashion: From Screen to Street, Rabu, 11 Desember 2025. 

Usulan itu pun disetujui oleh sutradara. Meski tak dimaksudkan untuk menciptakan tren besar, pilihan tersebut menjadi detail kecil yang memperkuat karakter sebuah keputusan personal yang lahir dari pemahaman terhadap peran.

Namun, dunia film menawarkan pendekatan yang jauh berbeda. Setelah terjun sebagai produser, Prilly baru benar-benar memahami bahwa proses pemilihan kostum ternyata panjang, teknis, dan sangat mendalam. Ia bahkan terkejut ketika baru saja menjalani fitting untuk sebuah proyek film dan dihadapkan pada ratusan hingga ribuan opsi busana.

“Untuk satu karakter saja, kita bisa memilih sampai 100 look berbeda. Dan setiap pilihan harus punya alasan,” ungkapnya.

Setiap potong pakaian bukan dipilih secara acak. Mengapa karakter ini memakai celana gombrong tapi selalu memadukannya dengan kemeja fitted. Mengapa sepatu tertentu yang dipilih. Semua harus berangkat dari psikologi karakter. Kostum menjadi perpanjangan dari kepribadian, kebiasaan, hingga konflik batin tokoh tersebut.

Prilly menjelaskan bahwa banyak faktor memengaruhi keputusan akhir kostum, termasuk kebutuhan adegan. Jika karakter memiliki banyak adegan aksi atau bergerak aktif, tentu tidak masuk akal mengenakan busana yang terlalu ribet. Begitu pula dengan karakter yang memiliki insecurity terhadap bentuk tubuh, pilihan busana cenderung lebih longgar, tertutup, dan “aman”. Sebaliknya, karakter yang sporty bisa ditampilkan dengan potongan sleeveless atau busana yang menonjolkan fisik.

Semua itu bukan soal estetika semata, melainkan soal kejujuran karakter. “Apa yang kita pakai itu identitas diri,” kata Prilly. Karena itu, ia menekankan pentingnya memastikan bahwa fashion item yang dikenakan benar-benar merepresentasikan siapa karakter tersebut, bukan sekadar terlihat bagus di layar.

Fashion dalam film, bagi Prilly, berfungsi untuk mengupas lapisan demi lapisan karakter. Ia membantu penonton memahami kepribadian, latar belakang, hingga kondisi psikologis tokoh bahkan tanpa perlu dijelaskan lewat dialog. Warna, siluet, tekstur, hingga cara berpakaian menjadi petunjuk halus yang memperkaya cerita.

Pengalaman ini membuat Prilly semakin yakin bahwa fashion adalah elemen naratif yang tak terpisahkan dari film. Bukan hanya pendukung visual, tetapi fondasi penting dalam membangun karakter yang hidup, relevan, dan terasa nyata.

Pilihan Editor: Prilly Latuconsina Potong Rambut jadi Bob, Dipuji Ugal-ugalan oleh Pacar

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi Terkini Gaya Hidup Cewek Y dan Z di Instagram dan TikTok Cantika.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |