JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan bahwa kunci pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa mendatang terletak pada sektor manufaktur. Menurutnya, Indonesia harus melakukan transformasi ekonomi secara serius bila ingin keluar dari jebakan pertumbuhan 5 persen dan melompat menuju 8 persen.
“Kalau kita mau naik kelas, tidak ada jalan lain selain memperkuat industri manufaktur. Negara-negara seperti Tiongkok, Korea Selatan, hingga Jerman berhasil mencapai pertumbuhan tinggi karena konsisten menjaga basis manufakturnya,” ujar Purbaya dalam forum Prasasti Luncheon Talk di Jakarta, Jumat (10/10/2025).
Ia menekankan bahwa meski sektor pertanian tetap penting, arah transformasi menuju manufaktur berteknologi tinggi harus menjadi fokus utama pemerintah. Transformasi ini, kata dia, merupakan fase penting sebelum ekonomi bisa berkembang lebih jauh ke sektor jasa bernilai tambah tinggi.
Purbaya menyebut pemerintah telah menyiapkan langkah-langkah strategis untuk mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi, salah satunya melalui pembentukan Tim Akselerasi Percepatan Ekonomi. Tim ini bertugas mengurai berbagai hambatan investasi (bottleneck) yang selama ini memperlambat pergerakan modal dan industri.
“Saya sudah punya pengalaman menghadapi 193 kasus hambatan investasi dengan nilai hampir Rp900 triliun. Dengan pendekatan yang sama, saya optimistis kita bisa memperbaiki iklim investasi secara signifikan,” tuturnya.
Menurut mantan Ketua Dewan Komisioner LPS itu, sinergi antara pemerintah dan sektor swasta menjadi faktor penting. Pemerintah, kata dia, bertugas menciptakan iklim usaha yang kondusif dan mempercepat realisasi anggaran, sementara dunia usaha menjadi motor utama pertumbuhan.
“Kalau dua mesin pertumbuhan ini bisa berjalan seimbang, target pertumbuhan ekonomi 6 sampai 6,5 persen dalam setahun ke depan bukan hal yang mustahil,” imbuhnya.
Pemerintah juga telah meluncurkan paket stimulus ekonomi 8+4+5 yang berisi delapan program akselerasi pembangunan tahun 2025, empat program lanjutan tahun 2026, dan lima program prioritas untuk penyerapan tenaga kerja.
Namun, kalangan pengusaha mengingatkan agar stimulus tersebut tidak habis hanya untuk mendorong konsumsi. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani menilai dana stimulus juga harus diarahkan untuk mendorong investasi swasta dan memperkuat sektor produksi.
“Biaya berbisnis di Indonesia masih tergolong tinggi dibandingkan negara tetangga. Mulai dari logistik, energi, hingga biaya kepatuhan birokrasi. Kalau itu tidak dibenahi, investasi sulit tumbuh optimal,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Executive Director Prasasti Center for Policy Studies Nila Marita menyampaikan pentingnya dialog yang berbasis data dalam penyusunan kebijakan publik. Menurutnya, keterlibatan akademisi, pelaku usaha, dan masyarakat sipil sangat penting agar arah transformasi ekonomi berjalan efektif dan berkelanjutan.
Sementara itu, Board of Advisors Prasasti, Burhanuddin Abdullah, menilai forum seperti Prasasti Luncheon Talk menjadi ruang penting untuk mengulas capaian dan arah kebijakan pemerintah menjelang satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
“Dalam waktu satu tahun, pemerintah sudah melakukan berbagai reformasi di bidang pangan, energi, fiskal, dan stabilitas makro. Semua ini berlangsung di tengah tekanan global yang tidak mudah. Tapi arah transformasi menuju manufaktur sudah berada di jalur yang benar,” katanya. [*] Disarikan dari sumber berita media daring
Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.