TEMPO.CO, Jakarta - Turbulensi merupakan fenomena umum dalam penerbangan. Namun, sering kali insiden ini membuat banyak penumpang takut, bahkan bagi mereka yang sudah memiliki pengalaman terbang. Apalagi, tahun lalu banyak insiden turbulensi yang menelan korban.
Badan Cuaca Nasional Amerika Serikat menjelaskan bahwa turbulensi disebabkan oleh gerakan udara yang tiba-tiba dan tidak teratur yang menciptakan arus udara naik dan turun yang tajam dan cepat. Arus udara terjadi secara bersamaan sehingga menggerakkan pesawat secara tidak terduga.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, turbulensi tidak terlalu mengancam pesawat komersial. Sebagian cedera yang ditimbulkan turbulensi terjadi ketika penumpang tidak mengenakan sabuk pengaman.
Di antara beberapa jenis turbulensi, yang paling umum disebut turbulensi udara jernih (CAT). Menurut Badan Penerbangan Federal CAT merupakan turbulensi parah yang tiba-tiba terjadi di wilayah tanpa awan yang menyebabkan guncangan hebat pada pesawat.
Dampak Turbulensi
Sebagian besar penumpang pesawat pernah mengalami turbulensi, dari yang ringan sampai yang parah. Namun, turbulensi parah sebenarnya jarang terjadi. Jumlah penerbangan yang terpengaruh oleh turbulensi parah adalah satu dari setiap 50.000 keberangkatan.
Namun, karena pemanasan global, penumpang mungkin akan lebih banyak mengalami turbulensi di masa mendatang. Menurut data yang diambil selama 15 tahun terakhir oleh Administrasi Penerbangan Federal, jumlah total cedera penumpang serius yang terkait dengan turbulensi di AS adalah 37.
Rute Paling Sering Turbulensi
Data dari situs web prediksi turbulensi Turbli, yang telah menganalisis sekitar 10.000 rute yang menghubungkan 550 bandara terbesar, menunjukkan perjalanan paling turbulensi pada tahun 2024. Rute-rute tersebut diperingkat menurut laju disipasi pusaran, yang digambarkan sebagai ukuran intensitas turbulensi di suatu tempat.
Secara rata-rata, rute penerbangan yang paling banyak turbulensi adalah Mendoza, Argentina, dan Santiago, ibu kota Cile, dengan panjang 121,7 mil. Di peringkat kedua ada rute antara Córdoba di Spanyol dan Santiago.
Turbli juga menjabarkan penerbangan yang paling rawan turbulensi menurut benua. Di Eropa, perjalanan sejauh 185 mil antara Nice dan Jenewa berada di urutan teratas. Sementara di Amerika, penerbangan sejauh 348 mil dari Albuquerque ke Denver di Amerika Utara jadi yang teratas.
Untuk Asia, rute yang paling rentan turbulensi adalah penerbangan antara Kathmandu di Nepal dan Lhasa di Cina. Adapun di Afrika adalah penerbangan domestik Afrika Selatan dari Durban ke Johannesburg, sementara di Oseania adalah penerbangan domestik Selandia Baru dari Christchurch ke Wellington. Di Amerika Selatan, penerbangan Mendoza-Santiago, berada di urutan teratas dalam daftar penerbangan jarak pendek sejauh 932 mil atau kurang.
Untuk rute jarak jauh lebih dari 2.796 mil dengan turbulensi rata-rata tertinggi, penerbangan teratas adalah Nairobi di Kenya ke Sepang di Malaysia.
Tempat Terbaik dan Terburuk saat Turbulensi
Guncangan di pesawat akan terasa lebih besar atau lebih kecil, tergantung pada tempat duduk. Jika ingin pengalaman terbang paling mulus, pesan kursi di dekat rentang sayap di bagian tengah pesawat. Dengan berada di dekat pusat massa pesawat berarti penumpang cenderung tidak terpengaruh oleh gaya seperti angin, hambatan, dan daya angkat.
Selain itu, bagian depan pesawat mengalami efek turbulensi yang tidak terlalu kentara dibandingkan kursi di bagian belakang. Sebab, bagian tersebut lebih terpengaruh oleh angin yang menghantam ekor pesawat.