TEMPO.CO, JYogyaakarta - PT. Kereta Api Indonesia (KAI) Daop 6 Yogyakarta berjibaku lebih dini untuk memperlancar arus penumpang kereta yang melonjak tajam saat libur Nataru. Tak hanya penumpang yang melonjak dibanding liburan biasa yang jadi tantangan karena Yogyakarta kota tujuan wisata utama. Namun juga antisipasi ancaman bencana banjir dan longsor di puncak musim hujan yang sewaktu-waktu bisa mengganggu perjalanan kereta.
Seperti peristiwa awal Desember 2024 ini. Sejumlah perjalanan kereta yang melewati Yogyakarta mengalami keterlambatan akibat banjir dan longsor yang terjadi Sabtu petang 30 November 2024 di Jalur Pogajih – Kesamben di wilayah Daop 8 Surabaya. Saat itu evakuasi longsor baru bisa selesai Minggu dini hari 1 Desember dan jalur kereta baru bisa dilewati meski dengan kecepatan terbatas.
"Saat perjalanan kereta terdampak bencana tak terduga seperti longsor, kami semaksimal mungkin mengupayakan jalur kembali normal dulu, keselamatan pengguna harus tetap prioritas," ungkap Manager Humas Daop 6 Yogyakarta, Krisbiyantoro, Selasa 10 Desember 2024.
Tantangan utama perjalanan kereta api
Menurut Kris, gangguan bencana hidrometeorologi seperti curah hujan ekstrim, banjir, tanah longsor, genangan, pohon tumbang, dan lainnya selama ini menjadi tantangan bagi perjalanan kereta. Beberapa bulan sebelum puncak musim hujan, Daop 6 Yogyakarta sudah melakukan sejumlah antisipasi untuk menjaga keselamatan dan kelancaran perjalanan kereta.
Tidak hanya tim pekerja lapangan yang disiapkan namun level manajemen juga diterjunkan langsung untuk pengawasan. Pengecekan sarana dan prasarana, mulai dari cek lintas antar stasiun dengan jalan kaki dan menggunakan kereta pemeriksaan khusus, selain pemeriksaan rutin harian oleh unit terkait.
"Pengecekan terutama pada drainase-drainase di sepanjang jalur kereta, apakah bekerja ketika intensitas hujan tinggi, jangan sampai drainase itu tak bekerja baik. Kami juga sudah lakukan penguatan talud atau dinding penahan tanah untuk mencegah terjadinya longsor dan tanah amblas akibat arus air yang deras," ujar Kris, menambahkan untuk mengantisipasi potensi pohon tumbang di titik-titik yang dilewati kereta, sudah melakukan penopingan pohon-pohon besar melibatkan warga.
Daop 6 Yogyakarta juga memetakan daerah-daerah pantauan khusus seperti banjir, longsor, dan pohon tumbang sehingga memudahkan dalam menentukan langkah mitigasi. Di antaranya yaitu KM 75+1/9 antara Stasiun Goprak-Sumberlawang yang merupakan daerah pantauan khusus amblesan atau tanah labil. Kemudian KM 93+5/8 antara Stasiun Salem-Kalioso yang merupakan daerah pantauan khusus banjir.
Terakhir adalah KM 77+9/78+5 antara Stasiun Goprak-Sumberlawang yang merupakan daerah pantauan khusus longsor. Selain itu, mitigasi risiko bencana juga dilakukan dengan dengan menambah penangkal petir di tiang listrik aliran atas atau LAA, tower telekomunikasi, dan persinyalan di sepanjang jalur.
Dalam menghadapi potensi bencana hidrometeorologi Daop 6 Yogyakarta melibatkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG untuk mengetahui prakiraan cuaca terkini. Apalagi saat musim hujan sangat penting untuk menjaga prasarana vital seperti wesel, salah satu komponen yang menjadi kunci kelancaran perjalanan kereta api.
Wesel memegang peran penting dalam proses pemindahan sarana kereta api ke jalur-jalur untuk kebutuhan pengaturan perjalanan. Perawatan intensif wesel dengan penggantian rel ataupun bantalan. "Faktor usia wesel yang mulai memasuki usia senja harus diperhatikan karena akan berdampak pada performanya," kata Kris.
Daop 6 telah mengganti wesel bantalan kayu dengan wesel bantalan beton serta wesel R.42 menjadi Wesel R.54 pada tahun 2024. Wesel baru yang sudah terpasang sebanyak 20 unit dan penggantian rel dengan jenis baru yaitu R.54 dilakukan sepanjang 5.000 meter.
Wesel dengan rel tipe R.54 dipilih karena memiliki ukuran yang lebih besar dan kokoh sehingga mampu menahan beban yang lebih berat. Wesel dengan bantalan beton dinilai akan lebih awet dibandingkan dengan wesel bantalan kayu yang mudah lapuk. Total bantalan beton yang diganti sepanjan 2024 sudah sebanyak 3.424 batang.
Daop 6 menargetkan peningkatan sebanyak 13 wesel di wilayah seperti Yogyakarta, Solo, Klaten, Delanggu, Prambanan, Sumberlawang, dan Jenar dilakukan sebelum memasuki masa Angkutan Natal dan Tahun Baru 2024/2025 yang jatuh 19 Desember 2024 hingga 5 Januari 2025.
Khusus penggantian bantalan kayu pada jembatan baja dilakukan dengan bantalan sintetis yang lebih ramah lingkungan, tahan lama, dan efisien. Selain itu lebih kuat, tahan terhadap cuaca ekstrem, dan tidak memerlukan penebangan pohon untuk diproduksi. "Tahun 2024 ini kami sudah mengganti 2.601 bantalan kayu di jalan dengan bantalan sintetis. Kami memasang bantalan sintetis tersebut di sebanyak 48 jembatan," kata dia.
Bantalan sintetis ini telah melewati serangkaian pengujian untuk memastikan memenuhi standar teknis yang ditetapkan. Pengujian mencakup uji kekuatan lentur dan modulus young, uji ketahanan beban lentur, ketahanan tekan longitudinal, kuat geser, dan uji tegangan tembus arus bolak balik. Bantalan sintetis juga diuji ketahanan api, fatik dan terhadap cuaca. Selain bagian rel, perbaikan juga dilakukan pada bagian penyangganya.
"Di titik potensi rawan bencana kami sudah siapkan AMUS (alat material untuk siaga), sehingga kapan saja diperlukan siap digunakan," kata Kris yang merinci total AMUS tersedia ada di 17 resort kantor Unit Jalan Rel dan Jembatan.
Ramp check standar pelayanan mininum
Upaya lain Daop 6 Yogyakarta melancarkan layanan periode libur Nataru terakhir dengan menyelenggarakan ramp check Standard Pelayanan Minimum atau SPM, dengan melibatkan tim ahli Balai Teknik Perkeretaapian (BTP) Kelas I Semarang Kementerian Perhubungan. "Libur Nataru menjadi periode dengan intensitas perjalanan paling tinggi, ramp check kereta sebelum dan selama selama periode tersebut wajib digencarkan," kata dia.
Pengecekan ramp check dilakukan terhadap fasilitas-fasilitas yang berada di 16 stasiun seperti Stasiun Yogyakarta, Lempuyangan, Solobalapan, Klaten, Purwosari, dan lainnya serta di 19 kereta api seperti Taksaka, Sancaka, Lodaya, Manahan, dan lainnya.
Di stasiun, tim ramp check melakukan pemeriksaan pada fasilitas keselamatan dan keamanan, kesehatan, informasi, serta penunjang lainnya. Di atas kereta api, pemeriksaan dilakukan terhadap fasilitas keselamatan seperti alat pemadam api ringan (APAR), rem darurat, jalur evakuasi, alat pemecah kaca, serta kamera pengintai. Kemudian pemeriksaan fasilitas kesehatan seperti fasilitas pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K), kursi roda, hingga tandu.
Tak ketinggalan fasilitas penunjang lainnya seperti ruang tunggu, toilet, dan musala juga diperiksa. Termasuk fasilitas informasi seperti jadwal kereta api, denah stasiun, dan peta jaringan kereta. "Nomor akses penting seperti telepon kondektur dan petugas keamanan juga diperiksa," kata dia.
Menghadapi libur Nataru ini, Daop 6 Yogyakarta menyiapkan petugas perawatan prasarana yang siap siaga 24 jam untuk mengawal perjalanan kereta, terutama untuk daerah dengan kebutuhan operasional tinggi. Sebanyak 26 tenaga tambahan meliputi Penjaga Jalan Lintas (PJL) 11 orang dan 15 Petugas Pemeriksa Jalur (PPJ) di wilayah Daop 6. Termasuk menambahkan personil siaga yang ditempatkan di lokasi prioritas seperti perlintasan tidak terjaga dengan volume lalu lintas tinggi.
Lonjakan penumpang libur Nataru tahun ini, kata Kris, ditunjukkan dengan pergerakan pemesanan tiket yang terjadi. Berdasarkan data Senin, 9 Desember 2024, okupansi penumpang kereta jarak jauh Daop 6 (keberangkatan awal) dan kereta lokal Daop 6 sebanyak 30 persen.
Adapun total tiket kereta jarak jauh dan lokal Daop 6 yang telah terjual di masa Nataru sebanyak 113.234 tiket, sedangkan total kapasitas yang disediakan sebanyak 377.226 tempat duduk. "Jumlah tersebut masih akan terus berubah dinamis dan bertambah, karena penjualan masih berlangsung," kata Kris.
Kris mengimbau masyarakat yang ingin bepergian di masa Nataru menggunakan kereta dapat merencanakan liburan dengan matang dan segera memesan tiket.