Sabarin Aja: Motivasi untuk Para Korban Bullying

3 hours ago 18

Oleh : Oleh : Ahmad Jamil, Ph.D, Pimpinan Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Kalau kamu sedang dihina, jangan buru-buru balas. Allah ngajarin kamu untuk menahan diri, untuk kemudian naik ke derajat yang lebih tinggi.

Setiap orang yang berjuang, berbuat baik, atau berprestasi pasti akan diuji, bukan hanya dengan kesulitan, tapi juga dengan kata-kata. Kadang yang paling menyakitkan bukan pukulan, tapi kalimat.

Cacian, sindiran, fitnah, atau sekadar meremehkan kita bisa membuat hati goyah. Kadang Allah menguji kita dengan hinaan, bukan untuk merendahkan, tapi untuk mengangkat derajat kita menjadi lebih baik. biar tidak begitu gitu aja.

Orang yang merendahkan kita, tidak berarti dia atau mereka, menjadi lebih tinggi seketika. Tidak. Juga ketika kita direndahkan, dihina, tidak berarti saat itu juga kita jatuh. Hanya kata-kata mereka yang terkesan merendahkan, padahal sesungguhnya tidak terjadi apa-apa. Kita berada di posisi saat ini untuk melompat lebih jauh melampaui martabat si penghina, si pencaci, si perasa lebih baik.

Karena itu tahan diri, sabar. Meski rasanya sakit sekali, membuat kita kesal, sekali lagi, tahanlah diri. Tidak perlu emosi. Diam sejenak sambil memperbanyak dzikir.

Lantas bagaimana sikap kita, apa yang mesti kita perbuat? Berikut beberapa solusi Qur’ani yang bisa kita jadikan pedoman:

1. Sabar itu bukan diam, tapi bertasbih

Ketika hati terasa panas oleh ucapan orang, Allah mengajarkan resep yang menyejukkan:

فَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا يَقُولُونَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا…

“Bersabarlah terhadap apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu sebelum matahari terbit dan sebelum terbenam…”

(QS. Ṭāhā: 130)

Ayat tersebut merupakan Bimbingan dan Konseling langsung dari Allah SWT untuk meneguhkan iman dan jiwa kita sebagai ummat baginda Rasulullah SAW, sebab beliau SAW dan para sahabat pun kerap mendapat tindakan bullying baik verbal atau tindakan perundungan melalui ucapan seperti ejekan, hinaan, ancaman, dan makian, maupun bullying non-verbal yakni perundungan melalui bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan tindakan fisik yang tidak menggunakan kata-kata.

Bullying verbal mudah dikenali melalui kata-kata, sedangkan bullying non-verbal sering kali lebih terselubung seperti tatapan sinis atau gerakan tubuh mengejek, tetapi keduanya sama-sama menyakitkan secara psikologis.

Tentu kalau hari ini selain kita bisa tempuh jalur hukum kalau hal tersebut sudah melewati batas kewajaran, melanggar norma agama, norma hukum dan norma sosial, atau bahkan mengancam jiwa serta mencemarkan nama baik, ada hal yang patut kita lakukan juga yaitu menempuh jalur spiritual, selain bersabar tentunya yaitu dengan memperbanyak tasbih, koq bisa?

Ya, bertasbih bukan sekadar mengucap “Subḥānallāh”, tapi menata ulang batin agar tenang. Allah tak menyuruh kita menahan amarah dengan murung atau melampiaskannya kepada prilaku negatif yang merugikan diri dan orang lain, tapi dengan tasbih.

Maksudnya bagaimana? Ya dengan mengubah energi luka, benci, amarah, dendam dan kecewa menjadi dzikir. Imam Ibn ‘Aṭā’illāh dalam Al-Ḥikam menulis, “Tidak ada sesuatu yang lebih menenangkan hati selain mengingat Allah, karena dzikir itu seperti air bagi hati yang kering.”

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |