Teman Setia Takjil Ramadan, Buah Kelapa Indonesia Butuh Peremajaan Pohon dan Benih

1 week ago 17

TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu komoditi yang selalu naik daun setiap Ramadan adalah buah kelapa. Butiran-butiran buah ini akan banyak didapati didrop oleh distributornya ke lokasi para penjual di tepi-tepi jalan karena akan diolah menjadi minuman segar yang diburu sebagai teman setia aneka menu berbuka puasa.

Tapi, tahukah Anda kalau tidak semua jenis kelapa cocok untuk dimanfaatkan airnya, dan Indonesia kini menghadapi penurunan produktivitas buah kelapa. Berikut ini data dan fakta tentang komoditi buah kelapa di Indonesia seperti yang dipaparkan peneliti ahli utama di Pusat Riset Tanaman Perkebunan, Organisasi Riset Pertanian dan Pangan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Ismail Maskromo, dikutip dari siaran pers Kamis, 6 Maret 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ismail menggunakan data statistik perkebunan 2022-2024 dari Kementerian Pertanian untuk menunjukkan bahwa luas areal kebun kelapa kini 3.336.183 hektare atau berkurang 147.048 hektare. Melihat kenyataan tersebut, menurut Ismail, salah satu solusinya yakni program peremajaan menggantikan tanaman tua dan rusak.

Dengan luas areal 3.336.183 hektare pada 2024, dia menghitung, untuk peremajaan membutuhkan 15 persen areal per tahun yaitu 500.427 hektare. Jadi kebutuhan benih per tahunnya ialah 75.064.117 benih, dan benih menjadi penentu dalam pengembangan suatu komoditi.

“Untuk mendapatkan benih, dari hasil riset pemuliaan kelapa sampai dengan 2024, terdapat total 60 tipe varietas kelapa terdiri dari Genjah Unggul Nasional ada 4 varietas, Genjah Unggul Lokal sebanyak 14, Dalam Unggul Nasional terdapat 11, Dalam Unggul Lokal yaitu 21, dan Hibrida sebanyak 10,” kata Ismail.

Sebanyak lima kelompok tipe varietas masing-masing mempunyai karakter yang spesifik dan memiliki keunggulan yang dapat digunakan sesuai tujuannya. "Misalnya kelapa untuk minyak berbeda dengan kelapa untuk santan, air, dan sebagainya, sehingga pengembangan kelapa ini tidak semua kelapa cocok untuk semua produk."

Menurut Ismail, sumber dan jumlah benih kelapa saat ini yang sesuai dengan tipe dan varietasnya terdiri dari Genjah Unggul Nasional ada 51.360 benih, Genjah Unggul Lokal sebanyak 1.069.296 benih. Selanjutnya, Dalam Unggul Nasional terdapat 139.144 benih, Dalam Unggul Lokal yaitu 1.146.940 benih, dan Hibrida sebanyak 45.000.

“Jadi totalnya kita hanya mampu menghasilkan kurang lebih 2.451.740 benih per tahun dari kebutuhan 75 juta benih atau 3 persen yang bisa dihasilkan," kata peraih penghargaan Pemulia Terbaik pada Indonesia Breeder Award 2021 dari IPB dan PERIPI ini.

Ismail juga menjelaskan untuk Kelapa Dalam Unggul Lokal lambat berbuah tapi cepat tambah tinggi, dan buahnya jarang. Dia memaparkan, kalau Kelapa Dalam Lokal berbuah rata-rata di atas 4 tahun. Sedangkan Genjah Hijau Labuhan Batu dan Genjah Entok Kebumen relatif lebih cepat, yakni 1,5 dan 3 tahun.

Sementara, Ismail menuturkan, pohon kelapa tipe Genjah Hijau Labuhan Batu tumbuh hanya kurang lebih 30 sentimeter per tahun. Pada umur 10 tahun hanya kurang lebih 2,5 sampai 3,0 meter tinggi pohonnya. "Jenis kelapa ini bagus tetapi sayang ketersediannya (benih) terbatas,” ungkapnya.

Ke depan, tambah Ismail, pihaknya harus masuk ke perbanyakan pasar. Dia menyebut tekni somatic embryogenesis dan pengembangan tunas aksiler. “Kami berharap, dari metode ini akan diperbanyak kelapa tidak hanya satu jadi satu, tapi dari satu jadi banyak,” ucapnya.

Strategi penyediaan benih kelapa ke depan, lanjut Ismail, dengan mengidentifikasi, mengevaluasi, pendaftaran dan pelepasan varietas unggul lokal. Juga, pembangunan Kebun Induk Benih Sebar oleh pemerintah dan swasta.

”Kemudian, pembangunan Kebun Induk Benih Penjenis oleh swasta didampingi pemulia, perakitan serta pembangunan Kebun Induk Kelapa Hibrida Baru dan perbanyakan massal kelapa unggul dan eksotik, seperti kelapa kopyor dan pandan wangi,” kata dia.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |