TEMPO.CO, Jakarta - Top 3 dunia pada Selasa, 11 November 2024, diurutan pertama berita tentang presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump yang diduga bertelepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin meminta agar Moskow jangan meningkatkan ketegangan di perang Ukraina.
Sumber menyebut Trump dan Putin melakukan pembicaraan dalam beberapa hari terakhir. Trump selama ini telah mengkritisi skala bantuan yang dikucurkan militer Amerika Serikat dan bantuan keuangan ke Kyev. Miliarder properti itu bersumpah mengakhiri perang Ukraina, tapi tak menjelaskan bagaimana caranya.
Diurutan kedua top 3 dunia adalah berita tentang kunjungan kerja Presiden RI Prabowo Subianto ke Amerika Serikat. Dalam pertemuan dengan Presiden Joe Biden, Prabowo akan membahas upaya-upaya memperkuat kerja sama kedua negara sebagai bagian dari Kemitraan Strategis Komprehensif Indonesia-Amerika Serikat.
Sebuah sumber pada Minggu, 10 November 2024, mengungkap Presiden Amerika Serikat terpilih Donald Trump, melakukan pembicaraan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menasehati Putin agar tidak memancing naiknya ketegangan dalam perang Ukraina. Langkah itu dilakukan Trump menyusul rencana Biden yang akan mendesak Trump agar jangan mengesampingkan Kyev.
Kementerian Luar Negeri Ukraina mengatakan belum mendapat kabar perihal pembicaraan telepon antara Trump dan Putin. Kyev tidak dapat mendukung tindakan itu atau pun menolaknya.
“Kami tidak bisa mengomentari pembicaraan pribadi antara Trump dan pucuk pimpinan dunia lainnya,” kata Steven Cheung, direktur bidang komunikasi Trump, saat ditanya soal pembicaraan pertelepon Trump dan Putin, yang pertama kali diwartakan oleh Washington Post. Kantor Kedutaan Besar Rusia di Washington belum mau berkomentar juga perihal ini.
Baca selengkapnya di sini
2. Ini Isu yang akan Dibahas Prabowo Subianto dan Joe Biden
Juru Bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre dalam keterangan tertulis pada 11 November 2024, mengkonfirmasi Presiden Amerika Serikat Joe Biden akan menjamu Presiden RI Prabowo Subianto dalam pertemuan bilateral di Gedung Putih pada 12 November 2024, waktu setempat. Kunjungan kerja Prabowo ke Amerika Serikat bertepatan dengan 75 tahun hubungan diplomatik Amerika Serikat-Indonesia.
Rencananya, Presiden Biden akan merayakan 75 tahun hubungan AS-Indonesia dan memberikan penghormatan kepada mereka yang terdampak bencana tsunami pada Boxing Day pada 2004.
Sebelumnya Presiden Prabowo tiba di Pangkalan Militer Andrews, Washington DC, Amerika Serikat, pada Minggu, 10 November 2024 sekitar pukul 16.00 waktu setempat. Ia mendarat di Amerika Serikat setelah sebelumnya kunjungan kerja ke Cina dan bertemu Presiden Xi Jinping.
Kedatangan Prabowo di Washington DC disambut Penjabat Kepala Protokol Amerika Serikat Ethan Rosenzweig, Duta Besar Amerika Serikat Amerika Serikat untuk Indonesia Kamala Shirin Lakhdhir, dan KUAI KBRI Washington DC Ida Bagus Made Bimantara. Dilansir dari website Sekretariat Kabinet, dari bandara, Prabowo dan rombongan langsung menuju hotel tempatnya bermalam selama di Washington DC.
Baca selengkapnya di sini
3. Mengapa Israel Hanya Bisa Dikalahkan dengan Boikot? Ini Alasannya
Selama bertahun-tahun, eksistensi Israel sebagai kekuatan regional bergantung pada kompleks industri militer yang didukung oleh struktur imperialisme, terutama Amerika Serikat dan sekutunya. Namun, ketika Israel telah berkembang dengan kedok kekuatan militer yang tak terkalahkan, kelemahannya yang sebenarnya adalah ketergantungan ekonomi. Demikian dikemukakan Al Mayadeen dalam sebuah artikel analisis.
Aparat keamanan Israel yang seharusnya ditegakkan melalui normalisasi kekerasan dan penindasan otonomi, kini menghadapi erosi dari dalam. Pengikisan ini bukan dari roket atau perlawanan saja, tetapi dari kekuatan global berupa divestasi, boikot, dan sanksi-penolakan sistematis untuk mempertahankan rezim yang tumbuh subur di atas penaklukan pihak lain.
Israel selalu digambarkan sebagai kekuatan militer dunia. Dibingkai sebagai negara keamanan, ekonominya berfungsi di panggung global, sangat bergantung pada teknologi, investasi, dan perlindungan politik yang disediakan oleh sekutu Barat. Namun, seiring dengan semakin dalamnya krisis yang dialami Barat dan tatanan imperialismenya menghadapi perlawanan yang semakin besar, arsitektur yang menopang ekonomi Israel mulai terurai. Penguraian ini mengungkapkan sebuah kebenaran sederhana: kekuatan militer, dengan segala dampak langsungnya, tidak akan bertahan tanpa fondasi ekonomi yang kuat.
Baca selengkapnya di sini
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini