REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Toyota Motor Corporation (TMC) menegaskan langkah strategisnya dengan memperdalam riset etanol berbasis komoditas non-pangan. Upaya ini menjadi bagian dari strategi besar pabrikan asal Jepang itu untuk memperkuat pemanfaatan bahan bakar hayati (biofuel) sebagai jalur alternatif menuju target netral karbon.
Wakil Presiden Eksekutif sekaligus Chief Technology Officer (CTO) TMC Hiroki Nakajima menilai, riset tersebut krusial karena sebagian besar produksi etanol dunia saat ini masih mengandalkan bahan pangan seperti tebu dan jagung.
Tidak ada kode iklan yang tersedia.“Secara global, pemanfaatan bahan pangan untuk memproduksi bahan bakar kendaraan kerap memunculkan perdebatan apakah itu sesuatu yang etis. Itulah mengapa penting untuk terus mengembangkan riset etanol berbasis komoditas non-pangan,” ujar Nakajima dalam Lokakarya Toyota Global di Gedung TFT, Odaiba, Tokyo, Jepang, Jumat (25/10/2025).
Salah satu tanaman yang menjadi fokus riset adalah sorgum, komoditas yang dikenal tangguh di lahan kering dan berpotensi dipanen hingga tiga kali setahun. Tanaman ini dinilai ideal untuk diolah menjadi etanol tanpa bersaing dengan kebutuhan pangan.
Selain sebagai bahan pangan dan pakan ternak, sorgum juga memiliki varietas biomassa yang cocok untuk produksi bioetanol dalam skala besar. Keunggulan ini membuatnya dipandang sebagai kandidat kuat dalam proyek pengembangan biofuel masa depan Toyota.
Nakajima menjelaskan, pihaknya tengah menjalankan penelitian holistik, baik di fasilitas internal Toyota maupun bersama sejumlah mitra otomotif global. Tujuannya, menciptakan proses produksi etanol yang lebih efisien dan berkelanjutan.
“Saat ini riset tersebut masih dalam tahap eksperimental, tapi kami optimistis bahwa etanol berbasis non-pangan dapat menjadi solusi penting untuk memperluas pemanfaatan biofuel di berbagai wilayah,” katanya menambahkan.
Riset etanol non-pangan ini menjadi bagian dari strategi Multi-Pathway Approach (MPA), pendekatan khas Toyota dalam mengejar netralitas karbon tanpa bergantung pada satu teknologi tunggal. Lewat MPA, Toyota mengembangkan beragam solusi mulai dari mobil listrik murni (BEV), hybrid (HEV), plug-in hybrid (PHEV),hidrogen fuel cell, hingga bahan bakar sintetis dan biofuel untuk mesin pembakaran dalam (ICE).
Pendekatan multi-jalur ini memungkinkan Toyota beradaptasi dengan kondisi energi dan infrastruktur setiap negara. “Artinya setiap negara dapat menyesuaikan penerapannya dengan mempertimbangkan kondisi iklim, infrastruktur, maupun kebijakan energi masing-masing,” ujar Keiji Kaita, Presiden Pusat Pengembangan Rekayasa Mesin Netral Karbon TMC.
Menurut Kaita, sebagian besar mesin berbahan bakar bensin Toyota saat ini sudah siap menggunakan campuran etanol pada berbagai tingkat, menjadikannya lebih fleksibel menghadapi regulasi bahan bakar di masa depan.
Langkah ini juga selaras dengan arah kebijakan energi sejumlah negara, termasuk Indonesia, yang tengah mempersiapkan aturan kewajiban penggunaan bensin campuran etanol 10 persen (B10) mulai 2027 mendatang.
Dengan memperkuat riset etanol non-pangan, Toyota tidak hanya berupaya menekan jejak karbon kendaraan, tetapi juga membuka peluang besar bagi kolaborasi lintas sektor antara industri otomotif dan pertanian berkelanjutan, sinergi yang bisa mempercepat transisi menuju era energi bersih.
sumber : Antara

 7 hours ago
                                9
                        7 hours ago
                                9
                    










































