Tradisi Pembuatan Saus Kedelai Fermentasi Korea Resmi Diakui sebagai Budaya Takbenda UNESCO

1 month ago 20

TEMPO.CO, Jakarta - Tradisi pembuatan jang, saus fermentasi kedelai khas Korea, resmi masuk dalam daftar Warisan Budaya Takbenda UNESCO. Kabar tersebut diumumkan Komite Antarpemerintah UNESCO untuk Perlindungan Warisan Budaya Takbenda pada 3 Desember dalam pertemuan di Asuncion, Paraguay.

Jang merupakan entri kedua dari kuliner tradisional negara tersebut dalam daftar Warisan Budaya Takbenda UNESCO setelah kimjang, atau budaya membuat dan berbagi kimchi. Penetapan ini menjadi pengakuan UNESCO atas tradisi dan keterampilan unik dalam membuat jang, serta semangat kekeluargaan dan kebersamaan yang terbentuk dalam proses tersebut.

"Dengan menambahkan kecintaan dan minat masyarakat terhadap kuliner tradisional Korea, kami akan melakukan yang terbaik untuk memastikan bahwa budaya pembuatan jang Korea diwariskan dan dikembangkan menjadi warisan budaya tak benda yang diakui dan dinikmati secara luas di seluruh dunia," demikian komentar Korea Heritage Service, seperti dilansir dari Korea.net.

Sejarah Jang

Jang telah menjadi tradisi makanan Korea yang telah lama ada dan diwariskan dari generasi ke generasi. Sebagai tradisi, pembuatan jang tidak hanya mencakup saus itu sendiri tetapi juga seluruh proses, dari persiapan bahan hingga produk akhir.

Pembuatan jang dimulai sejak periode Tiga Kerajaan (57 SM-668 M). Dilansir dari Korea Times, selama Dinasti Joseon (1391-1910), praktik ini sangat dihargai sehingga kerajaan mendirikan gudang-gudang khusus untuk menyimpan jang. Gudnag-gudang ini dikelola langsung oleh dayang-dayang istana.

Cara Membuat Jang

Tradisi kuliner ini mencakup beberapa jenis, seperti "doenjang" (pasta kedelai), "ganjang" (kecap), dan "gochujang" (pasta cabai merah). Hal yang membedakan jang Korea dari produk kedelai fermentasi serupa di Asia adalah metodologinya yang unik. Misalnya, doenjang dan ganjang dibuat dari meju (blok kedelai fermentasi) yang sama dan menambahkan jang baru ke sisa kecap dari tahun-tahun sebelumnya.

Untuk membuat meju, kacang kedelai direndam semalaman lalu direbus dengan air garam. Kemudian, kedelai ditumbuk dengan lesung atau digiling dengan batu. Terakhir, kedelai yang sudah ditumbuk dibentuk menjadi bentuk kubus atau persegi tebal mirip bata. Bata ini kemudian dikeringkan di tempat yang sejuk dan gelap selama beberapa waktu hingga mengeras.

Setelah mengeras, meju diikat dengan jerami padi ke atap atau balok rumah. Perlu diketahui bahwa setiap daerah di Korea memiliki tradisi yang berbeda dalam cara menggantung atau mengeringkan meju.

Terakhir, meju disimpan agar menua di jangdok (juga dikenal sebagai onggi) yang mirip dengan gentong, dengan air garam. Bahan-bahan lain, seperti arang atau cabai, sering ditambahkan untuk sifat antibakterinya. Setelah difermentasi, meju disaring dan direbus menjadi kecap asin Korea, sementara potongan meju yang sudah tua ditumbuk menjadi doenjang.

Warisan Kuliner Korea

UNESCO mengakui budaya jang sebagai pilar dasar warisan kuliner Korea, bersama dengan kimchi. Budaya ini ada di setiap rumah tangga, yang mencerminkan sejarah dan tradisi keluarga dari generasi ke generasi.

Sebelum diakui UNESCO, budaya pembuatan jang ditetapkan sebagai warisan takbenda nasional pada 2018. Badan evaluasi komite meninjau dan merekomendasikan pencantuman tradisi ini sebagai warisan budaya takbenda pada 5 November lalu.

Korea Selatan kini memiliki 23 item dalam daftar bergengsi tersebut, termasuk Jongmyo Jeryeak, atau musik untuk ritual leluhur kerajaan yang dimainkan di Kuil Jongmyo, dan pansori atau pertunjukan alat musik perkusi dan tarian berusia 5.000 tahun ganggangsullae.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |