REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cadangan minyak dan gas bumi memegang peran vital sebagai tulang punggung pertumbuhan ekonomi Turki. Secara historis, negara ini menghadapi kerentanan signifikan akibat ketergantungan impor energi yang sangat tinggi, mencapai lebih dari 90% kebutuhan minyak dan gasnya dipenuhi dari luar negeri.
Pengeluaran untuk impor energi saja bisa mencapai lebih dari 40 miliar Dollar AS (Rp667,42 triliun) setiap tahun, menciptakan tekanan besar pada defisit neraca perdagangan dan stabilitas mata uang lira Turki. Oleh karena itu, penemuan cadangan domestik baru-baru ini bukan sekadar berita baik, melainkan "game changer" strategis bagi ketahanan ekonomi nasional.
Pentingnya cadangan energi ini terlihat dari upaya keras pemerintah untuk mencapai kemandirian energi atau swasembada. Pemerintah negeri kelanjutan Turki Utsmani itu memandang bahwa stabilitas sektor energi adalah prasyarat fundamental untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan memodernisasi perekonomiannya.
Dengan mengurangi ketergantungan impor, Turki dapat lebih efektif mengelola inflasi, menstabilkan harga energi domestik, dan mengurangi kerentanan terhadap gejolak harga minyak global yang volatil.
Meskipun peranannya sangat penting dalam menopang perekonomian secara keseluruhan, kontribusi produksi minyak dan gas domestik terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) negara yang pernah menjadi pusat peradaban dunia itu masih relatif kecil jika dibandingkan dengan negara produsen besar lainnya.
Data historis menunjukkan bahwa pendapatan minyak domestik menyumbang sekitar 0,14% hingga 0,15% dari PDB dalam beberapa tahun terakhir, meskipun penemuan baru diperkirakan akan meningkatkan angka ini.
Namun, dampak ekonomi dari penemuan ini lebih terasa melalui pengurangan biaya impor yang substansial. Pemerintah negara yang kini dipimpin Erdogan itu memperkirakan bahwa peningkatan produksi minyak di Gunung Gabar saja telah berkontribusi terhadap pengurangan defisit perdagangan sekitar 2 miliar Dollar AS (Rp33,37 triliun) per tahun. Ini menunjukkan bahwa nilai strategis cadangan domestik jauh melampaui persentase PDB saat ini, karena secara langsung memperkuat posisi finansial negara.
Menteri Energi dan Sumber Daya Alam Turki, Alparslan Bayraktar, menyatakan bahwa Turki menargetkan 300 operasi pengeboran pada tahun 2026, yang didominasi pengeboran di darat. Prestasi produksi minyak dan gas negara ini telah mencapai titik tertinggi dalam sejarah. Produksi minyak harian kini menyentuh 180.000 barel, jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar sekitar 7 juta kendaraan setiap harinya, sebagaimana diberitakan The Peninsula pada Ahad (9/10/2025).
Terkait target pendapatan, Turki berencana mengalokasikan dana besar untuk pengembangan sektor energi. Sebagai bagian dari Program Investasi 2025, negara ini menganggarkan 259 miliar lira Turki (sekitar 7,11 miliar Dollar AS/Rp118,63 triliun) untuk proyek energi secara keseluruhan, dengan sebagian besar dana diarahkan untuk eksplorasi dan produksi minyak serta gas. Target ini mencerminkan komitmen pemerintah untuk mengoptimalkan potensi sumber daya baru demi keuntungan ekonomi yang maksimal.

2 hours ago
9













































