TEMPO.CO, Jakarta - Situasi di Vanuatu masih mengkhawatirkan setelah gempa besar melanda negara tersebut, dan pemerintah telah meminta bantuan internasional untuk membantu meresponsnya, kata juru bicara PBB pada Kamis seperti dilansir Xinhua.
Pemerintah Vanuatu telah mengumumkan keadaan darurat selama tujuh hari setelah gempa berkekuatan 7,3 skala Richter pada Selasa. Setidaknya 14 orang dipastikan tewas, dan lebih dari 200 orang terluka. Pihak berwenang memperkirakan jumlah korban akan meningkat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Untuk melengkapi respons nasional, pemerintah telah meminta bantuan internasional, kata Stephane Dujarric, juru bicara Sekjen PBB, kepada wartawan.
Menurut pihak berwenang setempat, kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa tersebut sangat luas, termasuk rumah sakit, bangunan tempat tinggal dan umum, jalan, tempat penampungan air dan pipa gas. Desa-desa dekat Efate juga mengalami tanah longsor. Komunikasi di banyak daerah terputus.
Operasional di Bandara Internasional Port Vila di ibu kota mengalami penundaan karena kerusakan pada bangunan terminal dan jaringan jalan saat landasan pacu masih berfungsi, demikian laporan Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA). Bandara ini tetap ditutup untuk semua layanan komersial.
Akses ke pelabuhan juga terganggu oleh tanah longsor, sehingga membatasi pengangkutan perbekalan dan personel penting.
PBB dan mitra-mitranya mengerahkan sumber daya untuk merespons hal ini, kata OCHA. Negara ini mengerahkan tim tanggap, termasuk tim koordinasi dan penilaian bencana PBB, di wilayah yang terkena gempa.
Badan kemanusiaan PBB mengatakan bahwa kebutuhan mendesak mencakup pasokan medis dan perbaikan struktur medis, tim medis keliling, tim pencarian dan penyelamatan dengan alat berat untuk membersihkan, serta air minum yang aman.
Fasilitas-fasilitas rumah sakit di Vanuatu sudah sangat overkapasitas saat negara kepulauan Pasifik itu meminta bantuan internasional usai diguncang gempa bumi dahsyat.
"Saya mengunjungi rumah sakit utama Vila Central ketika saya berada di Vanuatu tahun lalu, dan beban rumah sakit itu sudah sangat overkapasitas," kata Michelle McCrystall, seorang ilmuwan iklim di Universitas Auckland, pada Kamis seperti dilansir Antara.
Gempa yang digambarkan oleh penduduk setempat sebagai guncangan vertikal berfrekuensi tinggi dan keras itu telah menyebabkan sedikitnya 14 orang tewas dan lebih dari 200 lainnya luka-luka akibat tertimpa reruntuhan bangunan. Sementara itu, peringatan dini untuk potensi tsunami sudah dicabut.
"Fasilitas rumah sakit di Vanuatu sudah mengalami kelebihan kapasitas dengan terbatasnya sumber daya dan minimnya peralatan medis yang baik, dan terpaksa harus menggunakan peralatan bekas untuk memenuhi pelayanan kesehatan di seluruh negeri," kata McCrystall.
Ia menambahkan bahwa korban tewas dan luka-luka akibat gempa ini akan semakin membebani industri kesehatan Vanuatu yang sudah kewalahan, membutuhkan lebih banyak tenaga perawat dan dokter serta peralatan kesehatan untuk menyediakan layanan yang memadai.
Penerbangan bantuan dari Selandia Baru tiba di Vanuatu pada Kamis ketika pencarian korban selamat terus berlanjut, dan ratusan korban luka-luka dirawat setelah gempa bermagnitudo 7,3 menyebabkan guncangan kuat di dekat ibu kota Vanuatu, Port Vila, sekitar 30 kilometer dari pusat gempa, pada pukul 12.47 waktu setempat, dengan kedalaman 43 km.
Ian de Terte, seorang psikolog klinis di Universitas Massey, mengatakan gempa bumi di Vanuatu merupakan hal yang tragis bagi penduduknya. Vanuatu telah mengalami beberapa kali bencana dalam satu dekade terakhir.
Prof. Behzad Fatahi dari Fakultas Teknik Sipil dan Gempa Bumi di Universitas Teknologi Sydney mengimbau penduduk di Port Vila, serta negara-negara terdekat seperti Kaledonia Baru, Fiji, dan Kepulauan Solomon, untuk tetap waspada terhadap gempa susulan.
Dia juga memperingatkan bahaya sekunder, seperti likuefaksi tanah dan tanah longsor, khususnya di tebing-tebing pantai dan daerah perbukitan di sebelah barat Port Vila. Ketidakstabilan tanah di lokasi tersebut dapat memburuk saat terjadi gempa susulan.