Volodymyr Zelensky Minta Tentara Asing Dikerahkan untuk Lawan Rusia

1 month ago 30

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bersedia menyelesaikan perang Ukraina lewat jalur diplomatik. Namun dia juga mengemukakan gagasan tentang pengerahan tentara asing ke Ukraina hingga negara itu resmi bergabung dengan aliansi militer NATO.

Zelensky menyampaikan pernyataan itu pada konferensi pers bersama ketua oposisi Jerman Friedrich Merz pada Senin, 9 Desember 2024. Itu merupakan pernyataan terbaru yang mengisyaratkan naiknya keterbukaan Kyiv terhadap negosiasi perang. Di sisi lain, Donald Trump bersiap untuk kembali ke Gedung Putih pada 20 Januari 2025 usai memenangkan Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS).

Presiden terpilih AS itu mengatakan dia ingin mengakhiri perang dengan cepat. Pada Minggu, 7 Desember 2024, dia juga menyerukan gencatan senjata dan negosiasi segera untuk mengakhiri kegilaan tersebut, setelah dia bertemu dengan Zelensky dan Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk berunding di Paris.

"Ukraina menginginkan perang ini berakhir lebih dari siapa pun. Tidak diragukan lagi, resolusi diplomatik akan menyelamatkan lebih banyak nyawa. Kami memang menginginkannya," kata Zelensky kepada wartawan di Kyiv pada Senin, 9 Desember 2024, dikutip dari Reuters.

Juru bicara Zelensky, Serhiy Nikiforov, kemudian mengatakan Kyiv sedang mempersiapkan pertemuan pada Desember ini dengan mitra-mitra utama Eropa yang bersama-sama dengan AS dinilai mampu memastikan penguatan maksimum Ukraina. Tujuannya untuk mengembangkan posisi bersama yang akan tetap kuat baik dalam negosiasi maupun di medan perang.

Zelensky mengatakan ia telah membahas "pembekuan" garis pertahanan dalam perang tersebut ketika ia bertemu dengan Macron dan Trump. Rusia menguasai hampir satu perlima wilayah Ukraina setelah melancarkan invasi pada 2022 yang memicu konflik terbesar di Eropa sejak Perang Dunia Kedua. Zelensky mengatakan dia memberi tahu kedua pemimpin tersebut kalau dia tidak percaya Putin benar-benar ingin mengakhiri perang dan presiden Rusia harus dipaksa berdamai.

"Anda hanya dapat menggunakan kekuatan jika Ukraina kuat. Ukraina yang kuat sebelum diplomasi apa pun berarti (Ukraina) yang kuat di medan perang," ujarnya. Dia juga menyiratkan bahwa Kyiv membutuhkan bantuan untuk menjadi lebih kuat.

Dia mendapat dorongan retorika dari Merz, calon terdepan dalam pemilihan umum untuk menjadi kanselir Jerman berikutnya, yang menggunakan kunjungannya untuk menyamakan kebijakan Berlin saat ini dengan membuat Ukraina bertempur dengan "satu tangan terikat di belakang punggungnya". 

Tentara Asing

Zelensky juga kembali ke gagasan yang dilontarkan pada Februari oleh Macron, yang melontarkan kemungkinan negara-negara Eropa mengirim tentara ke Ukraina. Tidak ada konsensus tentang masalah tersebut di antara para pemimpin Eropa.

"Kami dapat berpikir dan bekerja pada posisi Emmanuel. Ia menyarankan agar sebagian pasukan suatu negara hadir di wilayah Ukraina, yang akan menjamin keamanan kami - sementara Ukraina belum menjadi anggota NATO," tutur Zelenskiy. "Tetapi kami harus memiliki pemahaman yang jelas tentang kapan Ukraina akan menjadi anggota Uni Eropa dan kapan Ukraina akan menjadi anggota NATO."

Kyiv, yang telah melakukan upaya bersama untuk memperoleh undangan bergabung dengan NATO, telah bersikeras selama perang Ukraina meletup mereka membutuhkan jaminan keamanan untuk mencegah Rusia melancarkan invasi lain setelah permusuhan saat ini dihentikan.

 "Jika ada jeda sementara Ukraina tidak bergabung dengan NATO, dan bahkan jika kami diundang, dan kami tidak akan bergabung dengan NATO, dan akan ada jeda, lalu siapa yang menjamin keamanan bagi kami?" ucap Zelensky dalam konferensi pers.

Rusia telah menuntut agar Ukraina menghentikan ambisinya di NATO dan melihat keanggotaan Kyiv dalam aliansi tersebut sebagai ancaman keamanan yang tidak dapat diterima. Presiden Ukraina itu mengatakan kepada wartawan ia berharap dapat menghubungi Presiden AS Joe Biden yang akan lengser dalam beberapa hari mendatang untuk membahas keanggotaan NATO.

"Ia adalah presiden saat ini dan banyak hal bergantung pada pendapatnya. Dan tidak ada gunanya membahas dengan Presiden Trump sesuatu yang bukan urusannya saat ini-sementara ia belum berada di Gedung Putih," kata Zelensky.

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |