4 Alasan Donald Trump Menang Telak di Pilpres AS

1 week ago 5

TEMPO.CO, Jakarta - Donald Trump dari Partai Republik mengantongi 295 suara elektoral dalam pemilihan presiden Amerika Serikat atau pilpres AS. Ia menang telak dibandingkan pesaingnya dari Partai Demokrat, Kamala Harris.

Pria berusia 78 tahun itu mencatat lonjakan suara dibandingkan pemilu sebelumnya saat ia dikalahkan oleh Joe Biden. Padalah saat ini Donald Trump terseret sejumlah kasus di antaranya pernah dihukum karena tindak pidana, dua kali dimakzulkan saat menjabat, dan mendapat peringatan dari mantan kepala stafnya bahwa ia seorang fasis.

Empat isu yang diduga menjadi pendongkrak suara Donald Trump adalah xenophobia atau ketidaksukaan terhadap orang asing, kemarahan atas perang dan migrasi. Jajak pendapat menunjukkan bahwa kekhawatiran utama pemilih juga adalah ekonomi dan inflasi yang melonjak di bawah Presiden Joe Biden.

Pandangan Amerika tentang migrasi berubah drastis, tidak hanya pemilih Republik tetapi bahkan Demokrat dan independen bergerak. Di bawah pemerintahan Biden, migrasi melonjak di sepanjang perbatasan selatan AS.

Saat kampanye, Trump menggambarkan migran sebagai ancaman. Dia juga mengusulkan penerapan Undang-Undang Musuh Asing yang telah ada berabad-abad, yang memperoleh dukungan dari 57 persen pemilih atas deportasi imigran, menurut jajak pendapat New York Times/Siena College. Lebih dari 50 persen juga mendukung tembok dibangun di sepanjang perbatasan Meksiko, salah satu lokasi utama migrasi, yang belum pernah terjadi sebelumnya selama masa jabatan Presiden Biden.

Selama masa jabatannya sebelumnya sebagai presiden, Trump telah memperkenalkan kebijakan memisahkan anak-anak migran dari orang tua mereka dalam upaya untuk menghalangi imigrasi keluarga. Ia bahkan memberlakukan keadaan darurat kesehatan masyarakat untuk menutup perbatasan. 

Saat Biden berkuasa di 2020, orang-orang mempertaruhkan nyawa untuk masuk ke AS. Masuknya imigran ilegal ke Amerika melonjak ke rekor tertinggi yaitu lebih dari 300.000 orang pada Desember. Hal ini mendorong Trump turun tangan dan menggalang dukungan terhadap isu tersebut.

Ekonomi AS Memburuk, Biaya Hidup dan Pengangguran Tinggi 

Inflasi juga menjadi perhatian utama dalam pemilihan ini. Pemerintahan Biden berusaha keras untuk menenangkan warga yang dirundung oleh melonjaknya biaya hidup, pengangguran, dan kemerosotan ekonomi secara umum. Kondisi tersebut terjadi di tengah pandemi Covid dan perang Rusia-Ukraina, keduanya merupakan peristiwa yang tidak terduga. 

Sebaliknya, saat Trump menjabat pada 2016, pasar saham berkembang pesat dan tingkat pengangguran yang rendah secara historis.

Yang mungkin juga mengurangi dukungan untuk Demokrat adalah bantuan besar Amerika untuk Ukraina dan Israel di saat warganya sendiri berjuang untuk mendapatkan tempat tinggal, makanan, dan layanan kesehatan. Lebih jauh, di negara bagian yang memiliki minoritas keturunan Arab, dukungan tak tergoyahkan pemerintahan Biden kepada Israel, sementara ribuan orang tewas dan jutaan orang mengungsi di Gaza, mungkin salah sasaran. Margin Trump di Dearborn, Michigan, yang mayoritas keturunan Arab, menunjukkan kebencian di antara minoritas terhadap Demokrat.

Negara-negara bagian pedesaan, yang masih belum jelas arah politiknya, tahun ini untuk memberikan mandat yang lebih tegas kepada Partai Republik. Bagian tersebut biasanya diabaikan atau dinilai negatif oleh Partai Demokrat.

Daerah Baldwin di Georgia, dengan sebagian besar pemilih Afrika-Amerika, memilih seorang Republikan setelah tahun 2004. Nevada dan Arizona, dengan populasi Hispanik yang cukup besar juga memilih mantan presiden tersebut. Kedua metrik tersebut menunjukkan bahwa Trump mungkin berhasil merambah komunitas minoritas. 

"Jajak pendapat menunjukkan Trump memenangkan banyak suara dari kaum pria Latin di negara-negara medan pertempuran utama, meningkatkan perolehan suaranya di kelompok itu di Pennsylvania dari 27 perseb menjadi 42 persen. Secara nasional, dukungan Trump di kalangan pria Latin melonjak dari 36 persen menjadi 54 persen," menurut majalah TIME dilansir dari NDTV

Menurut jajak pendapat NBC News , Trump memperoleh dukungan luar biasa dari 1 dari 3 pemilih berkulit berwarna, kemungkinan besar merupakan kinerja terbaik calon presiden Republik mana pun sejak George W. Bush dalam upaya pemilihannya kembali pada tahun 2004. Dalam pidato kemenangannya pada hari Rabu, Trump berjanji untuk mengawali "zaman keemasan Amerika".

Biden Minta Rakyat AS Legowo Terima Hasil Pilpres

Dilansir dari Reuters, Presiden AS Joe Biden meminta warga Amerika legowo menerima hasil pilpres AS. Ia berusaha menghibur sesama Demokrat yang khawatir dengan kembalinya mantan presiden tersebut secara mengejutkan. "Kemunduran tidak dapat dihindari. Menyerah tidak dapat dimaafkan," kata Biden di Taman Mawar Gedung Putih saat ia berbicara kepada staf yang kecewa dengan kekalahan Wakil Presiden Kamala Harris. "Kekalahan tidak berarti kita kalah."

Biden mengatakan pemilu hari Selasa, 5 November 2024, telah membuktikan integritas sistem pemilu AS dan menjanjikan transfer kekuasaan secara tertib. Biden dan juga mengemukakan klaim penipuan yang tidak berdasar selama kampanye tahun ini.

"Sesuatu yang saya harap dapat kita lakukan, tidak peduli siapa yang Anda pilih, adalah memandang satu sama lain bukan sebagai musuh, tetapi sebagai sesama warga Amerika, meredakan ketegangan," kata Biden, Kamis, 7 November 2024. "Saya juga berharap kita dapat menyelesaikan masalah tentang integritas sistem pemilihan Amerika. Sistem ini jujur, adil, dan transparan. Dan sistem ini dapat dipercaya, menang atau kalah."

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |