TEMPO.CO, Jakarta - Akhir-akhir ini beberapa akun di media sosial membagikan keseruan percakapan menggunakan chatbot AI (Artificial Intelligence). Berinteraksi dengan AI sangat menyenangkan, bahkan hampir bisa menyamai interaksi dengan manusia. Hingga kemudian banyak yang mengikuti tren tersebut dan mendapatkan pengalaman yang sama.
Bagaimana respons AI ketika mendapatkan pertanyaan putus cinta, anak dengan orang tua, bahkan dengan teman sekalipun mampu dijawab dengan jawaban menyerupai manusia. Hal tersebut sangat menakjubkan sekaligus mengerikan. Sebagai peringatan, penggunaan AI harus diikuti dengan kemampuan mencerna informasi yang baik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ada beberapa hal yang tidak bisa diselesaikan dengan AI dan juga tidak boleh dibagikan kepada mesin teknologi ini. Dilansir dari PC World, OpenAI seperti ChatGPT menggunakan data yang Anda berikan untuk meningkatkan model dan respons mereka. Sehingga data yang kita bagikan akan digunakan dan dimanfaatkan mereka untuk kepentingan kecerdasan buatan yang tentu sangat berbahaya jika dibagikan.
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut beberapa hal yang tidak boleh dibagikan ke chatbot AI:
1. Data Penting Perusahaan
Dalam mengolah data perusahaan, sering kali karyawan akan menggunakan Open AI seperti ChatGPT untuk menyelesaikan pekerjaan. Namun, beberapa kasus perusahaan besar pernah mengalami kebocoran data setelah karyawannya menggunakan ChatGPT. Data perusahaan sejatinya akan disimpan oleh AI dan digunakan untuk kepentingan yang tidak legal.
Dilansir dari Make Useof, data perusahaan yang paling rentan disalahgunakan adalah data keuangan. Data keuangan bisa mencakup informasi nomor rekening yang bisa saja dikuras tanpa sepengetahuan pemilik rekening. Meskipun karyawan mengklaim untuk menganonimkan data percakapan, pihak ketiga mungkin masih dapat mengaksesnya.
2. Kondisi Mental
Ketika sedang menghadapi kondisi mental yang tidak baik, beberapa orang akan memilih untuk membagikan perasaan mereka di chatbot untuk mendapatkan respons. Perlu diketahui bahwa respon dari chatbot AI bukan berasal dari saran para ahli. AI mengakumulasi informasi yang tersebar untuk menciptakan kesimpulan--yang seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan psikis.
Bahkan, jika AI menyarankan untuk mengonsumsi obat-obatan tertentu, tentu saja hal tersebut berbahaya karena tidak terverifikasi oleh tenaga kesehatan yang nyata. Selain itu, kemungkinan terjauh ketika berbagi kondisi kesehatan mental anda dengan chatbot AI menimbulkan masalah privasi yang signifikan.
3. Kata Sandi
Password media sosial atau rekening bank Anda jangan sampai dibagikan di chatbot. Membagikan kata sandi secara bebas di situs daring dan menyimpan data di server sama saja mengungkapkan kata sandi kepada mereka membahayakan privasi Anda. Apalagi jika kata sandi tersebut milik perusahaan, sama saja dengan menjual aset perusahaan tersebut kepada OpenAI.
4. Karya Intelektual
OpenAI bisa juga digunakan untuk membantu mempercepat proses editing suatu naskah atau karya tulis. ChatGPT bisa saja menirunya dan digunakan untuk membuat karya yang serupa untuk orang lain, padahal setiap karya memiliki hak untuk kekayaan intelektual dan tidak bisa sembarangan diplagiasi. Waspadai kerentanan timbulnya ancaman plagiasi jika karya yang ditulis tidak ingin dibagikan kepada orang lain secara gratis.
5. Rincian Data Pribadi
Data pribadi yang disalahgunakan dapat digunakan untuk pencurian identitas atau pencarian Anda di dunia nyata. Demikian pula, berbagi informasi secara berlebihan pada platform yang terintegrasi dengan AI, seperti chatbot OpenAI ini dapat secara tidak sengaja mengungkapkan lebih banyak tentang diri anda daripada yang dapat disadari.
TECH.CO