TEMPO.CO, Jakarta - Jepang yang terkenal dengan budayanya yang kaya menarik banyak kunjungan wisatawan. Mengutip informasi dari Travel Voice Japan, jumlah turis di Jepang pada 2024 mencapai 36,9 juta yang merupakan rekor tertinggi. Jumlah itu diperkirakan akan terus naik melampaui 40 juta kedatangan pada 2025.
Turis di Negeri Matahari Terbit sering diingatkan tentang adat istiadat masyarakat di negara tersebut, mulai dari melepas sepatu sebelum memasuki rumah atau kuil, sampai merendahkan suara saat di kereta. Tapi, diluar kebiasaan umum, ada sejumlah etiket yang tidak terucapkan sehingga jarang diketahui pelancong.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan penuturan para ekspatriat, banyak hal tersembunyi mengenai budaya penuh hormat di Jepang. Etiket tidak terucap itu penting untuk diketahui wisatawan agar bisa diterima dengan tangan terbuka oleh penduduk lokal.
Berikut 7 etiket yang jarang diketahui atau tidak terucapkan di Jepang.
1. Membawa kantong plastik untuk menyimpan sampah sementara
Piknik di taman sambil menikmati makanan lezat adalah salah satu cara berwisata di Jepang. Namun, pelancong harus berhati-hati ketika akan membuang sampah, karena wisatawan akan kesusahan mencari tempat sampah di mana pun meski negara itu terkenal akan kebersihannya. Oleh karena itu, kemana pun pergi, bawa selalu kantong kecil untuk menampung sampah sementara sampai menemukan tempat untuk membuangnya.
2. Jangan terlalu lama di restoran atau kafe
Di restoran atau kafe kecil yang dikelola keluarga, tidak jarang ada harapan tidak terucap agar pelanggan menghabiskan makanan lalu langsung pergi. Tinggal terlalu lama usai makan, terutama ketika tempat makan sedang ramai, membuat wisatawan dianggap tidak peduli. Bukan karena enggan melayani pengunjung, tapi penduduk lokal menghargai efisiensi serta rasa hormat tinggi terhadap waktu orang lain.
3. Tidak menusukkan sumpit tegak lurus ke dalam mie atau nasi
Etiket satu ini tampak sepele, namun perlu diketahui turis. Menaruh sumpit tegak lurus dalam semangkuk mie atau nasi biasanya dilakukan di pemakaman untuk dipersembahkan kepada orang meninggal. Untuk menghindari kaitan kebiasaan itu, maka meletakkan sumpit harus secara horizontal di atas piring atau menyimpannya saat tidak digunakan.
4. Jangan memotong antrean
Warga Jepang dikenal disiplin, salah satunya ketika mengantre, baik saat naik kereta, bus, hingga mesin penjual otomatis. Menunggu giliran bukan sekadar bentuk kesopanan, tapi budaya yang diharapkan supaya semua orang berbaris secara tertib. Jika hal ini diabaikan, turis akan merasa malu meskipun tidak sengaja menyerobot antrean.
5. Gunakan kedua tangan saat memberi dan menerima hadiah
Di Negari Sakura, memberi atau menerima hadiah terbilang cukup rumit. Tidak hanya mengenai hadiah itu sendiri, tetapi bagaimana cara memberikannya ke orang lain juga harus diperhatikan. Ketika memberi sesuatu, gunakan kedua tangan, karena hal ini dianggap sopan. Begitu pula saat menerima, pastikan dua tangan terangkat sebagai bentuk penghormatan kepada sesama.
6. Simpan uang belanjaan di wadah dekat kasir
Biasanya, saat membayar sesuatu di toko atau tempat belanja lainnya, uang ditaruh di atas meja alih-alih diserahkan langsung kepada kasir. Uang harus ditaruh di nampan yang disediakan kasir. Jepang merupakan negara yang memperhatikan kebersihan, masyarakatnya sering menghindari kontak tidak perlu.
7. Jangan berikan tip kecuali dalam keadaan tertentu
Memberikan tip di negara ini berbeda dari praktik di banyak negara lain, khususnya Barat. Di Jepang, menyerahkan tip untuk layanan seperti di bar, kafe, restoran, taksi, atau hotel, bukan hal umum dan bisa dianggap tidak sopan. Akan tetapi, ada kebiasaan memberi tip diperbolehkan dalam beberapa situasi. Menurut Travel Japan, menyerahkan tip bisa dilakukan jika menyewa pemandu atau juru bahasa pribadi yang terbiasa dengan praktik luar negeri.