TEMPO.CO, Jakarta -Seorang aktivis asal Israel, Eitan Bronstein Aparicio, mengungkap keyakinannya soal keruntuhan rezim Zionis Israel suatu saat nanti. Lahir di Argentina pada 1960-an, Aparicio merupakan anak dari keluarga Yahudi yang bermigrasi ke Israel saat ia berusia 5 tahun.
Dilansir dari Anadolu, Aparicio bercerita bahwa dirinya menolak untuk bertugas sebagai tentara cadangan di Lebanon dan Tepi Barat usai menyelesaikan wajib militernya di tentara Israel. Kemudian, dia pindah bersama keluarganya ke Brussels, Belgia sejak lima tahun lalu setelah memutuskan tidak ingin lagi hidup di bawah kendali rezim Zionis.
Di Brussels, Aparicio bergerak di bawah naungan Aliansi Yahudi Anti-Zionis di Belgia. Dia juga berpartisipasi dalam demonstrasi yang diselenggarakan oleh personel Uni Eropa untuk memprotes peringatan satu tahun serangan Israel terhadap Jalur Gaza.
Di depan gedung Komisi Uni Eropa, Aparicio mengatakan negaranya telah berubah menjadi negara genosida.
"Tidak mungkin untuk mencapai perdamaian dan keadilan bagi semua orang di Palestina dan Israel kecuali kita mengatasi Zionisme," kata Aparicio, dikutip dari Anadolu, Ahad, 20 Oktober 2024.
"Saya melihat masa depan bahwa Israel akan runtuh suatu hari nanti."
Aparicio menilai Israel menyerupai rezim kolonial atau apartheid lainnya saat ia membandingkannya dengan apartheid Afrika Selatan, yang didirikan pada hari yang sama dengan Israel dan akhirnya jatuh di bawah tekanan internasional, boikot, dan sanksi.
Ketika rezim apartheid runtuh, sambung Aparicio, sebagian besar orang Israel, yang memiliki pola pikir kolonial, tidak ingin hidup setara dengan orang Palestina.
Tekanan Internasional
Aparicio menegaskan bahwa kunci untuk mencapai menggulingkan rezim Zionis Israel memerlukan tekanan internasional. Dia menekankan perlunya sanksi dan embargo senjata dari semua negara, badan PBB, dan negara-negara Uni Eropa.
Lebih lanjut, Aparicio mencontohkan pembatasan kerja sama ekonomi Turki dengan Israel. Dia memuji Presiden Turki Erdogan yang memboikot sekaligus menutup perdagangan dengan Israel. Menurut dia sanksi berupa pembatasan kerja sama ekonomi itu berimbas pada pasar Israel.
"Sanksi penting di mana-mana, di setiap level. Karena hanya tekanan yang dapat menghentikan Israel," ujarnya.
Sikap Barat
Aparicio mengatakan negara-negara Barat memiliki tanggung jawab historis karena genosida Yahudi, terutama yang dilakukan oleh Nazi Jerman. Menurut dia, dunia Barat harus melawan rezim Zionis yang bercorak rasis terhadap Palestina.
Iklan
"Pelajarannya adalah bahwa kita tidak boleh lagi memiliki rezim rasis, rezim pembunuh seperti rezim Nazi," tuturnya.
Selanjutnya, Aparicio juga menyinggung Uni Eropa yang menjadi mitra dagang terbesar Israel. Dia membandingkan sanksi yang dijatuhkan pada Rusia setelah serangan terhadap Ukraina dengan apa yang dilakukan Israel di Gaza, dengan mencatat bahwa skala korban dan kerusakan di Gaza tidak ada bandingannya.
Dia mengatakan Uni Eropa justru tetap bungkam terhadap Israel. "Saya yakin ini adalah bagian dari rasisme. Sama seperti di Israel, di Uni Eropa, nyawa orang Palestina jauh kurang penting dibandingkan nyawa orang Israel, Yahudi, dan orang kulit putih Eropa," ucapnya.
Kejahatan Genosida Israel
Aparicio menyoroti serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Dia menilai serangan itu merupakan kekalahan besar bagi Israel.
Aparicio mengatakan peristiwa itu berhubungan dengan kekalahan Israel dan munculnya kecenderungan sayap kanan dan fasis dalam masyarakat Israel. Menurut dia, kombinasi dua faktor ini membuat orang Israel, tentara Israel, dan pemerintah Israel hanya membalas dendam terhadap rakyat Palestina, bukan hanya terhadap Hamas.
"Balas dendam besar telah berubah menjadi pembantaian besar, genosida," kata Aparicio.
Aparicio mengatakan bahwa Israel hanya menilai kematian di Palestina sebagai angka semata. "Mereka tidak pernah melihat orang-orang yang dibom, bayi-bayi yang sekarat gemetar, mayat-mayat dalam kantong plastik—gambar-gambar mengerikan yang kita semua lihat," ujarnya.
Tak sampai di situ, Aparicio mengungkap ketidaksetujuannya terhadap kebijakan pemerintah Israel. Dia tak tidak mau jika kejahatan genosida yang dilakukan rezim Zionis itu menodai nama bangsa Yahudi.
"Orang-orang di seluruh dunia memahami bahwa ini dilakukan atas nama orang-orang Yahudi. Ini mengerikan, dan kami sangat khawatir tentang hal itu," tuturnya.
Pilihan Editor: Dokumen Rahasia Intel AS Bocor, Israel Disebut Berencana Serang Iran
ANADOLU