TEMPO.CO, Jakarta - Istilah coquette kerap kali menjadi pembahasan viral di dunia maya. Tak sedikit warganet yang menyebut coquette dalam unggahan di berbagai kanal media sosial pribadi hingga ketika berkomunikasi melalui chat.
Sejumlah orang menganggap coquette sebagai sesuatu yang unik dan menggemaskan, sebagian lain memandang istilah tersebut dengan konotasi negatif. Lantas, apa itu coquette?
Arti Coquette
Menurut kamus Cambridge, coquette merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut seorang perempuan yang suka mencari perhatian. Namun, perhatian yang dimaksud dalam arti negatif, karena perempuan tersebut berperilaku seolah-olah dirinya tertarik secara seksual pada orang lain dengan melakukan cara menyenangkan, tetapi tidak serius untuk menjalin hubungan.
Coquette disejajarkan dengan istilah flirt atau tease yang berarti penggoda. Selain itu, slang anak muda dalam bahasa Inggris tersebut juga mempunyai makna yang hampir sama dengan vamp, di mana mengarah pada perempuan genit atau nakal.
Melansir Who What Wear, istilah coquette muncul dalam buku The Art of Seduction karya Robert Greene. Dalam bukunya, Greene menguraikan coquette sebagai karakter yang hadir dalam cerita cinta. Dia juga menyebutkan hubungan antara Napoleon Bonaparte dan Josephine de Beauharnais sebagai contoh, yang penuh drama dan narsisme.
Namun, dalam hal fashion, tiga kreator dari kalangan generasi Z (gen Z) memaknai coquette sebagai tampilan gaya yang menekankan pada elemen-elemen centil dan bernilai estetika, seperti pita dan warna-warna pastel. Mereka menyepakati bahwa istilah coquette berorientasi pada tampilan yang lembut, bunga-bunga, dan penuh renda, seperti busana yang kerap dikenakan penyanyi Lana Del Rey.
“(Coquette adalah) gaya girly dengan campuran keanggunan Inggris Kuno yang sensual,” kata seorang konten kreator bernama Devin Apollon kepada Who What Wear.
Sejarah Coquette
Mengacu pada laman The Pearl Expert, coquette merupakan gaya fashion hiperfeminitas yang terinspirasi dari era Victoria pada 1950-an dan mode Rococo. Tujuan dari tampilan gaya coquette adalah untuk memberdayakan para perempuan kuat agar mengenali sisi feminin, kelembutan, dan kepolosan dirinya sendiri.
Penggunaan gaya coquette disebut untuk menghilangkan kesalahpahaman bahwa perempuan yang hebat harus menampilkan karakter yang maskulin. Coquette dianggap sebagai pendobrak mode tomboi, setelan jas, dan pakaian unisex yang sering kali digunakan kaum hawa untuk menunjukkan bahwa dirinya kuat.
Selain itu, coquette disebut kebalikan dari mode busana pasca-Revolusi Prancis yang memaksa kesederhanaan tampilan perempuan. Gaya coquette dinilai mampu menonjolkan keindahan dan detail yang rumit melalui hiasan yang ceria dan siluet yang romantis, sehingga kontras dengan tren pakaian minimalis selama dua abad terakhir.
Ciri Penampilan Coquette
Berikut elemen fashion yang digunakan untuk menggambarkan karakter khas “coquette”:
- Palet warna: nuansa pastel (merah muda, merah muda salmon, dan terakota tembut); warna-warna kusam dan netral (ungu kusam, kelabu kecokelatan, dan putih gading); serta putih.
- Jenis kain: renda, sutra, katun, tweed, tulle, satin, dan sifon.
- Model atasan: rabanne, lorelai, couture, dan kardigan.
- Model bawahan: rok mini blumarine, rok milla the loveshackfancy, celana palazzo kanvas pinggang tinggi, rok berenda, dan celana sutra renda.
- Gaun gaya coquette: the peach skin french puff, the zimmermann, the high tide embroidered mini in ivory, the alberta ferretti short dresses, dan self-portrait checked boucle minidress.
- Outer: jaket kancing pendek dari bahan tweed, jaket tweed pendek Alessandra Rich, dan mantel busur Lirika Matoshi.
- Sepatu: sepatu balet, sepatu dengan pita mencolok, dan sepatu Mary-Janes.
- Tas: tas dengan elemen rumbai, pita, hati, dan mutiara.
- Aksesoris coquette: pita dan mutiara.