Australia sedang melakukan peninjauan terhadap 66 izin ekspor militer untuk Israel yang disetujui sebelum invasi Gaza tahun lalu. Hal ini dilaporkan media Inggris Guardian pada Sabtu seperti dikutip Anadolu.
Berdasarkan sumber Kementerian Pertahanan, lisensi tersebut sedang dipertimbangkan berdasarkan kasus per kasus. Kementerian juga mempertimbangkan kesesuaiannya dengan kewajiban internasional Australia, termasuk yang berkaitan dengan hak asasi manusia menyusul genosida Israel di Gaza.
“Seiring dengan perkembangan situasi di Timur Tengah, Australia terus meneliti dengan cermat izin ekspor yang sudah ada ke Israel untuk memastikan izin tersebut selaras dengan pendekatan kami yang telah disesuaikan,” surat kabar itu mengutip pernyataan juru bicara pertahanan yang tidak disebutkan namanya.
Peninjauan tersebut dilakukan setelah adanya permohonan dari Pusat Keadilan Internasional Australia kepada Menteri Pertahanan Richard Marles pada April. Organisasi ini menyerukan pembatalan semua izin ekspor yang ada saat ini ke Tel Aviv dan ke negara-negara lain yang nantinya mungkin akan memberikan izin tersebut kepada Israel.
Pusat Keadilan Internasional Australia menyambut baik tinjauan tersebut, dengan mengatakan bahwa perkembangan tersebut adalah hasil dari tekanan berkelanjutan dari gerakan protes, dan masyarakat untuk mengurangi ekspor ke negara “nakal” tersebut.
“Selama 12 bulan terakhir, pemerintah Australia telah mendapat pemberitahuan dari ICJ, ICC, badan-badan PBB, dan banyak organisasi internasional mengenai daftar panjang pelanggaran hukum internasional yang dilakukan Israel. Kami menyerukan embargo senjata penuh, bukan impor, tidak ada ekspor, tidak ada transfer,” kata pusat tersebut dalam sebuah pernyataan yang diposting di X.
Pembela hak asasi manusia Rawan Arraf mengatakan, "Selama 12 bulan Pemerintah dengan senang hati memperkeruh keadaan dan memberikan informasi yang salah mengenai rezim ekspor senjatanya ke negara nakal tersebut."
“Tidak ada alasan untuk penundaan yang lama dalam peninjauan ekspor senjata saat ini. Peninjauan tersebut juga harus mencakup pengawasan terhadap ekspor yang berakhir di Israel,” katanya dalam sebuah postingan di X.
Canberra telah berulang kali mengatakan pihaknya tidak memasok senjata atau amunisi ke Israel sejak serangan ke Gaza, dan pihaknya terus mempertahankan pendiriannya.
Iklan
Namun, pemerintah federal mendapat kritik karena tidak transparan mengenai cakupan setiap izin.
Canberra juga mempertahankan pasokan suku cadangnya untuk rantai pasokan global pesawat tempur F-35. Israel telah menggunakan pesawat F-35 di Gaza, di mana mereka telah menewaskan lebih dari 42.600 orang sejak serangan lintas batas Hamas dan membuat daerah kantong tersebut menjadi puing-puing.
Menurut Kementerian Pertahanan, Australia bukan eksportir pertahanan utama ke Israel. Namun izin diperlukan untuk sejumlah barang, termasuk peralatan TI, perangkat lunak, radio, komponen elektronik, dan barang-barang penggunaan ganda.
Australia telah mengeluarkan sekitar 247 izin yang berkaitan dengan Israel sejak 2019, dan sekitar 66 di antaranya masih aktif, menurut para pejabat.
Partai Hijau, partai politik terbesar ketiga di Australia, telah menuntut diakhirinya semua perdagangan militer dua arah dengan Israel. Juru bicara pertahanan partai tersebut, David Shoebridge, mengatakan Australia tidak boleh melakukan apa pun untuk “mendorong Israel melanjutkan genosida.”
Namun, pemerintahan Perdana Menteri Anthony Albanese menolak gagasan untuk mengakhiri kontrak dengan perusahaan-perusahaan Israel yang memasok barang-barang untuk digunakan oleh Angkatan Pertahanan Australia dan polisi.
Pilihan Editor: KTT ASEAN: Indonesia Ajak Australia, Jepang, dan Korea Akui Kemerdekaan Palestina
ANADOLU