TEMPO.CO, Jakarta - Badan-badan PBB menanggapi perintah eksekutif Presiden Donald Trump yang mengakhiri keanggotaan AS di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). "WHO menyesalkan pengumuman bahwa Amerika Serikat bermaksud menarik diri dari Organisasi tersebut. Kami berharap Amerika Serikat akan mempertimbangkannya kembali," kata juru bicara WHO Tarik Jasarevic yang dilansir dari situs resmi PBB, Rabu, 22 Januari 2025.
Pernyataan Jasarevic diungkapkan beberapa jam setelah Donald Trump menandatangani perintah eksekutif di Gedung Putih, yang mengakhiri keterlibatan AS di badan PBB tersebut dalam 12 bulan. AS bergabung dengan WHO pada 1948 setelah resolusi bersama disahkan oleh kedua majelis Kongres. Resolusi tersebut mengharuskan AS memberikan pemberitahuan satu tahun sebelum meninggalkan organisasi tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Presiden Trump mengambil langkah untuk menarik diri dari WHO pada 2020 selama masa jabatan pertamanya. Keputusan Trump itu dibatalkan oleh pemerintahan Biden.
Menanggapi pertanyaan wartawan di Jenewa, Jasarevic menegaskan bahwa WHO memainkan peran penting dalam melindungi kesehatan dan keamanan masyarakat dunia, termasuk warga Amerika. WHO menangani akar penyebab penyakit, membangun sistem kesehatan yang lebih kuat, serta mendeteksi, mencegah, dan menanggapi keadaan darurat kesehatan, termasuk wabah penyakit, yang sering kali terjadi di tempat-tempat berbahaya yang tidak dapat dijangkau orang lain.
Ketika ditanya tentang dampak penarikan AS di WHO, Jasarevic mengatakan bahwa ia melihat perintah eksekutif tersebut seperti yang orang lain lihat. WHO akan melakukan analisis lebih lanjut atas perintah tersebut. Ia menegaskan bahwa AS adalah donor tunggal terbesar WHO, yang menyumbang 18 persen dari anggaran badan tersebut pada 2023.
Di Jenewa, juru bicara kantor urusan kemanusiaan PBB Jens Laerke menyoroti pentingnya badan kesehatan PBB. “Dunia hidup lebih lama, lebih sehat, mungkin sedikit lebih bahagia karena WHO,” katanya.
“WHO berada di tempat-tempat yang tidak dapat didatangi orang lain,” kata Laerke. WHO hadir di Gaza, Yaman, Afghanistan, dan Sudan. “WHO merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem kemanusiaan internasional,” katanya.
Beberapa jam setelah dilantik sebagai presiden AS ke-47, Donald Trump menarik Amerika Serikat keluar dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk kedua kalinya. Seperti dilansir USA Today, perintah eksekutif hari pertama itu memenuhi janji kampanye Trump untuk menolak lembaga-lembaga global.
Trump mengkritik WHO atas penanganannya terhadap pandemi COVID-19, bahkan ketika pemerintahannya menghadapi pengawasan karena lambat menanggapi krisis. Pada 2020, di puncak pandemi, ia memulai proses penarikan diri dari WHO.
Perintah eksekutif Trump, memungkinkannya untuk benar-benar melaksanakan keputusan itu. Perintah itu mengatakan AS menarik diri "karena kesalahan penanganan WHO terhadap pandemi COVID-19 yang muncul dari Wuhan, Cina, dan krisis kesehatan global lainnya, kegagalannya untuk mengadopsi reformasi yang sangat dibutuhkan, dan ketidakmampuannya untuk menunjukkan kemerdekaan dari pengaruh politik yang tidak pantas dari negara-negara anggota WHO."
Laporan itu juga mengutip "pembayaran yang tidak adil" yang dibebankan terhadap AS untuk mendukung organisasi tersebut.
Selama pemerintahan Biden, AS melanjutkan perannya sebagai penyandang dana terbesar lembaga tersebut, yang memiliki anggaran sebesar US$ 6,8 miliar pada tahun fiskal saat ini. Hampir seperlima dari anggaran WHO pada 2023 berasal dari AS.
AS telah menjadi bagian dari WHO sejak 1948, tahun yang sama organisasi itu didirikan. Penarikan AS dari WHO akan membuat negara itu menjadi satu-satunya kekuatan besar yang terdiri atas 194 negara itu.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan lembaga itu akan melakukan segalanya untuk bekerja sama dengan pemerintahan Trump yang akan datang untuk terus memperkuat keamanan kesehatan global, kata Tarik Jašarevi, juru bicara WHO, dalam sebuah email.
“Kemitraan antara WHO dan AS telah melindungi dan menyelamatkan jutaan nyawa di Amerika dan di seluruh dunia," kata Jašarevi, mengutip direktur jenderal.