CekFakta #290 Pisau Bermata Dua Bluesky, Platform Baru Pesaing X

4 weeks ago 29

Halo, pembaca nawala Cek Fakta Tempo!

Ketika Elon Musk mengambil alih Twitter (yang sekarang bernama X) pada 2022, banyak pengguna yang menaruh harapan akan adanya perubahan positif. Namun kontroversi malah makin menjadi, sehingga warganet ramai-ramai menyatakan pindah ke platform media sosial lain. Perhatian user lalu tertuju ke Bluesky, yang menawarkan kebebasan berekspresi dan “nggak toksik”. Apakah platform baru ini solusi yang tepat untuk mengurangi penyebaran hoaks dan propaganda?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.

Pisau Bermata Dua Bluesky, Platform Baru Pesaing X

Usai diakuisisi Elon Musk, pengguna X mulai berbondong-bondong meninggalkan platform itu sejak akhir 2022. Apalagi berbagai regulasi janggal dan mencederai kebebasan berekspresi mulai diterapkan di platform yang dulu bernama Twitter itu. Regulasi itu seperti pengurangan moderasi konten dan pengenaan biaya untuk mendapatkan lencana biru.

Puncaknya terjadi ketika Musk memanipulasi algoritma X untuk meningkatkan visibilitas unggahannya sendiri selama masa kampanye Pilpres Amerika Serikat. 

Belakangan, sejumlah platform baru muncul sebagai harapan bagi mereka yang kecewa dengan X. Fenomena ini memicu perpindahan besar-besaran ke media sosial seperti Bluesky. Sebelumnya banyak pengguna bermigrasi ke Threads, platform besutan Meta. 

Threads. shutetrstock.com

Dibangun di atas AT Protocol yang terdesentralisasi, pengguna Bluesky dijanjikan kendali yang lebih besar atas identitas, komunitas, dan konten mereka secara online. Desain ini dapat mengubah pola moderasi konten dan penyebaran misinformasi karena menjauhkan kendali konten yang biasanya terpusat. 

Menurut TechRadar, Bluesky menawarkan struktur terdesentralisasi dengan pendekatan yang lebih mengutamakan pengguna dibandingkan dengan struktur Twitter. Bluesky berfokus pada pengalaman yang dapat disesuaikan dan memiliki adaptabilitas sumber terbuka.

Namun, desentralisasi juga bisa jadi pedang bermata dua. Konsep terdesentralisasi Bluesky dapat menjadi tantangan baru dalam melawan disinformasi. Sebab, dengan menghilangkan kekuatan gatekeeping dari algoritma terpusat, Bluesky mendorong pengguna untuk menavigasi pengalaman berselancar secara mandiri melalui alat moderasi yang disesuaikan. Tingkat transparansi inilah yang membedakan Bluesky dengan platform media sosial lain.

Di sisi lain, tanpa pihak pusat yang menegakkan aturan, moderasi tanggung jawab untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan konten yang keliru atau berbahaya jadi beralih ke individu dan komunitas. Hal ini berpotensi memunculkan inkonsistensi, karena komunitas–dengan isi kepala yang berbeda-beda–bisa jadi mengadopsi standar moderasi yang sangat bervariasi. 

Problem serupa pernah terjadi pada Threads. Di awal peluncurannya, banyak pihak menggadang-gadang platform baru ini akan merebut hati warganet Twitter. Nyatanya, Threads dinilai belum berhasil mencuri minat publik walau didukung basis pengguna Meta. Ada kekhawatiran soal penggunaan data pribadi seperti yang tercantum dalam terms of use Threads,

Threads tampak berupaya mengumpulkan banyak informasi pribadi tentang penggunanya. Lokasi, informasi kesehatan, informasi keuangan, kebiasaan menjelajah, kontak, riwayat pencarian, sampai informasi pembelian. Ada banyak kemungkinan penggunaan apa saja dengan informasi sebanyak itu, yang belum tentu menguntungkan penggunanya.

Tentu menarik membayangkan bagaimana media sosial tanpa iklan, seperti yang dijanjikan oleh Bluesky. Jika ditilik dari sisi pendanaan, Bluesky disokong oleh investor kripto yang condong ke arah libertarian. Perusahaan ini mendeklarasikan tidak akan menggunakan iklan sebagai model bisnis dan akan mempertimbangkan layanan berbayar sebagai sumber pendapatan alternatif. 

“Namun, keberlanjutan model ini masih perlu pembuktian,” ujar Profesor Media Digital dari Queensland University of Technology, Jean Burgess, seperti yang dilansir dari The Conversation.

Masalah lain adalah ruang gema alias echo chamber, yakni ketika pengguna media sosial hanya terpapar informasi yang sejalan dengan keyakinan mereka. Fenomena inilah yang memperparah penyebaran disinformasi karena algoritma didesain demikian. Perlu pembuktian pula apakah Bluesky yang terdesentralisasi dapat menghindari jebakan ruang gema ini jika platform tersebut beroperasi tanpa ada moderasi seperti media sosial yang terpusat.

Anda sendiri, apakah tertarik bersosialisasi di Bluesky?

Ada Apa Pekan Ini?

Dalam sepekan terakhir, klaim yang beredar di media sosial memiliki beragam isu, tapi hoaks menggunakan deepfake untuk promosi judi online dan hoaks kesehatan mendominasi. Buka tautannya ke kanal Cek Fakta Tempo untuk membaca hasil periksa fakta berikut:

Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini. Ingin mengecek fakta dari informasi atau klaim yang anda terima? Hubungi Tipline kami.

Ikuti kami di media sosial:

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |