Contoh Paradigma Fakta Sosial, Pengertian, Jenis, Sejarah, dan Teorinya

1 month ago 32

TEMPO.CO, Jakarta - Paradigma fakta sosial merupakan salah satu istilah yang muncul dalam teori sosiologi. Istilah itu merujuk pada kerangka berpikir yang menjelaskan tentang cara pandang terhadap keadaan nyata di dalam masyarakat.

Melansir ejournal.iaingawi.ac.id, paradigma fakta sosial dianggap sebagai sesuatu yang berbeda dengan ide, tetapi justru berangkat dari realitas yang menjadi objek penelitian dan penyelidikan dalam studi sosiologi. Lantas, apa saja contoh paradigma fakta sosial? 

Pengertian Paradigma Fakta Sosial

Mengutip journal.appisi.or.id, paradigma fakta sosial adalah pemahaman terkait bagaimana konflik dan keseimbangan terjadi di masyarakat, peran dan tugas di tengah masyarakat, bagaimana mempertahankan struktur sosial, serta sebagainya. Pada intinya, paradigma fakta sosial berfokus pada struktur dan pranata sosial. 

Kemudian, berdasarkan Modul Pelatihan Guru Mata Pelajaran Sosiologi SMA Kelompok Kompetensi B (2016), paradigma fakta sosial dapat didefinisikan sebagai pokok persoalan yang harus menjadi pusat perhatian penyelidikan sosiologi yang berupa fakta-fakta sosial. Fakta-fakta sosial itu sendiri terdiri atas kelompok, kesatuan masyarakat tertentu, posisi, sistem sosial, nilai-nilai, keluarga, pemerintahan, dan sebagainya. 

Jenis Paradigma Fakta Sosial

Menurut Durkheim (2014) melalui digillibadmin.unismuh.ac.id, paradigma fakta sosial dibagi menjadi dua jenis, yaitu: 

Bentuk Material

Dalam bentuk material, paradigma fakta sosial merupakan sesuatu yang dapat disimak, dipahami, dan diobservasi. Fakta sosial yang berbentuk material tersebut menjadi bagian dari dunia nyata, seperti adanya pemulung dan masyarakat. 

Bentuk Nonmaterial

Sementara paradigma fakta sosial dalam bentuk nonmaterial, yaitu sesuatu yang dianggap nyata. Salah satu jenis paradigma fakta sosial tersebut merujuk pada fenomena yang bersifat intersubjektif, yang hanya bisa muncul dari kesadaran manusia, seperti altruisme, egoisme, dan opini. 

Contoh Paradigma Fakta Sosial

Adapun contoh dari paradigma fakta sosial sebagai berikut:

-   Pengguna jalan yang menaati rambu-rambu lalu lintas.

-   Para siswa disiplin mengikuti upacara bendera setiap hari Senin sebagai wujud nasionalisme dan patriotisme.

-   Keberadaan pengamen cilik di jalanan.

-   Jalan-jalan rusak di pelosok daerah.

-   Popularitas budaya luar negeri di Indonesia. 

Sejarah Paradigma Fakta Sosial

Merujuk pada pustaka.ut.ac.id, paradigma fakta sosial diperkenalkan pertama kali oleh Emile Durkheim melalui karyanya yang berjudul The Rules of Sociological Method (1985) dan Suicide (1897). Berkaca pada karyanya tersebut, dia mengemukakan suatu cara yang dapat menjelaskan kenyataan perubahan sosial secara ilmiah yang bertumpu pada fakta yang bersifat empiris. 

Pandangannya itu sebagai upaya untuk menyelamatkan sosiologi dari pengaruh filsafat dan psikologi. Dalam buku keduanya, dia memberikan ilustrasi bahwa masalah bunuh diri adalah fakta yang terjadi di Prancis akibat merosotnya perekonomian negara, sehingga menimbulkan ledakan pengangguran. 

Menurut Durkheim, perubahan atau gejala sosial seperti itu adalah riil atau nyata. Namun, makna riil yang dia maksud mencakup sesuatu yang tidak hanya dapat diproses oleh indra, tetapi juga hal bersifat nonfisik. Dengan demikian, paradigma fakta sosial adalah sesuatu yang konkret apa adanya dan juga datang dari kesadaran manusia. 

Teori Paradigma Fakta Sosial

Menurut George Ritzer melalui pustaka.ut.ac.id, terdapat dua teori paling populer terkait paradigma fakta sosial, meliputi: 

Teori Fungsionalisme Struktural

Teori fungsionalisme struktural menekankan pada keteraturan serta menentang konflik dan perubahan dalam masyarakat. Konsep utamanya adalah fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi manifes, dan keseimbangan. Selain itu, teori tersebut menyatakan bahwa apabila muncul ketidakserasian, maka penganutnya wajib menormalisasikan. 

Teori Konflik

Pada teori konflik, wewenang dan posisi merupakan hal mendasar dari fakta sosial. Dengan demikian, adanya ketidakadilan dalam pembagian kekuasaan dan wewenang menjadi sasaran studi. Konflik tersebut muncul karena adanya perbedaan keinginan antara penguasa dengan pihak lain yang menginginkan perubahan.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |