COP30 Resmi Raih Kesepakatan Setelah Perundingan Sengit, Bahan Bakar Fosil tak Disebut

3 hours ago 9

REPUBLIKA.CO.ID, BELEM -- Tuan rumah Pertemuan Perubahan Iklim PBB (COP30) berhasil mendorong kesepakatan untuk meningkatkan pendanaan bagi negara-negara miskin dalam menghadapi pemanasan global. Akan tetapi, kesepakatan itu memutuskan tidak menyebutkan bahan bakar fosil menjadi penyebab perubahan iklim.

Brasil berharap kesepakatan ini menunjukkan persatuan global untuk mengatasi dampak perubahan iklim, walaupun Amerika Serikat (AS) yang merupakan penghasil emisi terbesar sepanjang sejarah menolak mengirimkan delegasi ke COP30.

Sekretaris Eksekutif Kantor PBB untuk Koordinasi Kerja Perubahan Iklim (UNFCCC) Simon Stiell memuji para delegasi yang bersedia menyatukan visi iklim mereka. Meski ia mengakui masih banyak negara yang tidak puas dengan hasil kesepakatan.

"Saya tidak mengatakan kita telah memenangkan perjuangan melawan perubahan iklim, tapi tidak diragukan lagi kita masih dalam pertarungan dan kita akan melawan balik," kata Stiell dalam pernyataannya, Ahad (22/11/2025).

Kesepakatan dicapai setelah negosiasi berlangsung selama dua pekan di Belem, Brasil. Negosiasi-negosiasi yang berjalan sengit menunjukkan dalamnya perbedaan pendapat dalam upaya mengatasi pemanasan global.

Presiden COP30 Andre Correa do Lago mengakui perundingan berjalan sulit. "Kami tahu beberapa di antara kalian memiliki ambisi yang lebih besar pada sejumlah isu yang dibahas," katanya.

Beberapa negara menolak pertemuan diakhiri tanpa rencana yang lebih jelas mengenai pemangkasan emisi gas rumah kaca atau pengurangan penggunaan bahan bakar fosil. Negara-negara tetangga Brasil yakni Kolombia, Panama, dan Uruguay menyampaikan sejumlah keberatan sebelum Correa do Lago menangguhkan pleno untuk konsultasi prosedural.

Setelah satu jam, Correa do Lago memulai kembali pleno. Ia mengatakan keputusan yang telah disahkan tetap berlaku.

Negosiator Kolombia mencatat bahan bakar fosil merupakan kontributor pemanasan global. Ia menegaskan negaranya tidak bisa menerima kesepakatan yang mengabaikan sains.

“Konsensus yang dipaksakan di bawah penyangkalan perubahan iklim adalah kesepakatan yang gagal,” kata negosiator Kolombia.

Negosiator Rusia Sergei Kononuchenko memberikan kritik keras terhadap negara-negara yang keberatan dengan kesepakatan akhir. "(Negara-negara itu) bertingkah seperti anak-anak yang ingin mendapatkan semua permen," katanya melalui penerjemah.

Negara-negara Amerika Latin mengatakan mereka sangat tersinggung dengan pernyataan tersebut. Para negosiator negara-negara itu mengatakan mereka hanya membela kepentingan negara masing-masing.

Tiga negara Amerika Latin yang keberatan tidak menolak kesepakatan akhir COP30. Tapi teks teknis kesepakatan itu dianggap bermasalah.

Ketiga negara tersebut bersama dengan Uni Eropa menuntut agar kesepakatan tersebut mencakup bahasa tentang transisi dari bahan bakar fosil. Sementara koalisi negara-negara termasuk eksportir minyak terbesar Saudi Arabia mengatakan penyebutan bahan bakar fosil tidak boleh dimasukkan. Setelah negosiasi semalaman, pada Sabtu (21/11/2025) pagi Uni Eropa setuju untuk tidak menghalangi kesepakatan akhir, tetapi mengatakan mereka tidak setuju dengan kesimpulannya.

“Kita harus mendukung (kesepakatan) ini karena setidaknya arahnya sudah benar,” kata Komisaris Iklim Uni Eropa, Wopke Hoekstra, sebelum kesepakatan ditandatangani.

sumber : Reuters

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |