REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perjalanan untuk menempuh pendidikan sering kali membuat seseorang harus melintasi batas negara. Seperti Jeronimo da Cruz Neno Leus, pemuda dari negara tetangga, Timor-Leste yang menjadikan UMJ sebagai tempat melanjutkan studinya.
Sebagai lulusan Program Studi Magister Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (MAP FISIP) UMJ, Jeronimo bertekad memberikan kontribusi bagi pembangunan di tanah kelahirannya. Di sela-sela waktu menunggu prosesi wisudanya, Tim Reporter Kantor Sekretariat Universitas (KSU) UMJ berkesempatan mewawancarai Jeronimo tentang berbagai aspek yang dihadapinya selama menempuh studi di UMJ.
Alasan Memilih UMJ
Jeronimo menjelaskan, keputusannya melanjutkan studi di UMJ berawal dari keinginan mendalami ilmu administrasi publik yang aplikatif dan relevan dengan kondisi negaranya.
“Meskipun saya belum memiliki pengalaman kerja formal, saya memiliki motivasi yang sangat kuat untuk mempelajari tata kelola pemerintahan yang baik, agar nantinya dapat berkontribusi bagi pembangunan Timor-Leste,” ungkapnya dikutip Ahad (23/11/2025).
Selain itu, ia menegaskan, UMJ dipilih karena reputasinya yang kuat di bidang ilmu sosial dan politik serta jaringan alumninya yang luas.
“Lokasinya di ibu kota Indonesia juga menjadi nilai tambah, karena saya yakin akan belajar banyak dari dinamika pemerintahan dan administrasi di pusat negara,” tambahnya.
Menurut dia, Prodi Magister Ilmu Administrasi Publik UMJ menawarkan kurikulum yang menekankan pada aspek pembangunan, kebijakan publik, dan manajemen sektor publik yang sangat sesuai dengan kebutuhan pembangunan di Timor-Leste.
“Kedekatan geografis serta budaya antara Timor-Leste dan Indonesia juga menjadi pertimbangan, selain tentunya reputasi UMJ sebagai salah satu perguruan tinggi terkemuka,” imbuhnya.
Kehangatan dan Toleransi di UMJ
Salah satu pengalaman unik dan paling berkesan bagi Jeronimo adalah saat pertama kali datang ke kampus UMJ untuk ujian tesis, setelah hampir dua tahun kuliah daring.
"Kesan pertama saya saat datang ke kampus UMJ adalah rasa syukur dan kagum. Kampusnya hijau, rindang, dan nyaman untuk belajar. Staf dan satpam di gerbang sangat ramah," kenangnya.
Sebagai mahasiswa asing dan beragama Katolik, Jeronimo mengalami culture shock yang sangat positif. Awalnya, ia agak khawatir dengan lingkungan kampus yang berada di bawah naungan organisasi Islam Muhammadiyah.
“Ternyata, kekhawatiran itu sama sekali tidak beralasan. Seluruh dosen dan staf sangat menghormati latar belakang agama saya. Tidak ada pemaksaan atau diskriminasi sama sekali," tegasnya.
Ia justru merasa diterima dengan hangat dan kagum dengan kerendahan hati seluruh civitas academica, yang bahkan menunjukkan ketertarikan untuk mengetahui lebih banyak tentang budaya di Timor-Leste.
Tantangan Selama Kuliah di UMJ
Meskipun ia merasakan kehangatan dan toleransi selama di UMJ, Jeronimo tak menampik kalau dirinya memiliki beberapa tantangan, baik secara akademik, bahasa, maupun adaptasi.
Secara akademik, menurutnya perkuliahan daring menuntut kedisiplinan tinggi dalam manajemen waktu. Selain itu, perbedaan gaya belajar dan harapan dosen terkadang membutuhkan penyesuaian.
“Menyusun tesis adalah tantangan terbesar, terutama dalam memilih metodologi dan menganalisis data,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menuturkan meskipun bahasa Indonesia dan bahasa Tetun (bahasa resmi Timor-Leste) memiliki kemiripan, tetapi kosakata akademik dan teknis dalam administrasi publik cukup menantang.
“Terkadang saya butuh waktu ekstra untuk memahami materi bacaan dan intruksi yang kompleks,” ungkapnya.
Ia menambahkan tantangan adaptasi juga terasa karena interaksi sosial yang terbatas selama kuliah online. Ia sedikit merasakan cemas ketika akan ujian tesis karena hal tersebut merupakan pertama kalinya hadir di kampus.
Meskipun menghadapi beberapa tantangan, Jeronimo tidak menyerah. Ia mengatasi tantangan tersebut dengan membuat jadwal belajar ketat, aktif dalam diskusi, dan tidak ragu menghubungi dosen untuk klarifikasi.
"Saya banyak membaca jurnal dan buku teks dalam bahasa Indonesia untuk memperkaya kosakata teknis. Saya juga memanfaatkan teman-teman diskusi dari Indonesia," jelasnya.
Menjelang ujian tesis, ia memutuskan datang lebih awal ke Jakarta untuk beradaptasi, sebuah langkah yang sangat membantu dalam menghadapi ujian secara langsung di kampus.
Harapan Setelah Menjadi Lulusan UMJ
Selepas lulus dari UMJ, Jeronimo berharap dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh untuk membangun negaranya.
“Saya bercita-cita untuk bekerja di instansi pemerintah atau organisasi internasional yang fokus pada pembangunan, di mana saya dapat terlibat dalam perumusan dan evaluasi kebijakan publik yang efektif, efisien, dan berkeadilan,” ujarnya penuh harap.
Lebih dari itu, ia juga ingin menjadi jembatan yang memperkuat hubungan baik antara Indonesia dan Timor Leste, khususnya dalam pertukaran ilmu pengetahuan.
Tidak lupa ia pun memberikan pesan dan kesannya selama kuliah di UMJ. Dengan suasana kampus yang inklusif dan penuh kekeluargaan membuatnya merasa seperti di rumah sendiri. Ia mengapresiasi para dosen yang tidak hanya pintar, tetapi juga baik dan bersahabat.
“Mereka sangat memahami kondisi kami sebagai mahasiswa, termasuk mahasiswa asing, dan selalu siap membimbing dengan sabar,” ungkapnya.
Selain itu, ia juga sangat berterima kasih kepada UMJ atas kesempatan dan pengalaman yang tak ternilai. “Tetaplah menjadi kampus yang melahirkan pemimpin-pemimpin yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki hati yang tulus untuk melayani masyarakat,” tutupnya.

4 hours ago
11













































