YOGYAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM — Pemerintah Kota Yogyakarta terpaksa mengerahkan seluruh unit pengolahan sampah (UPS) bekerja lembur untuk mengejar penumpukan sampah yang kian menggunung di depo. Kuota pembuangan sampah ke TPA Piyungan yang makin menyempit membuat depo kota nyaris overload.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta, Rajwan Taufiq, mengungkapkan hingga pekan ini sekitar 2.000 ton sampah masih tertahan di depo-depo sementara. Padahal produksi sampah harian di kota ini mencapai 260–300 ton, sedangkan kemampuan pengolahan lewat UPS hanya sekitar 190 ton per hari.
“Setiap bulan kami hanya diberi jatah buang 600 ton ke TPA Piyungan. Artinya ada gap 50–70 ton per hari yang tidak tertangani dan mengendap di depo,” ujar Rajwan, Jumat (12/9/2025).
Untuk mengejar ketertinggalan itu, Pemkot Yogyakarta memacu kinerja insinerator. Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, menginstruksikan mesin pembakar sampah milik kota dioperasikan lebih lama meski berisiko aus.
“Kami kerja lembur. Insinerator kami paksa overtime supaya penumpukan di depo cepat terurai. Dalam kondisi normal kami olah 190 ton per hari, sekarang harus 300 ton,” kata Hasto.
Hasto mengakui situasi ini berbeda dengan awal masa jabatannya, ketika sampah kota masih leluasa dibuang ke TPA Piyungan. Kini jatah itu ditekan jauh sehingga Pemkot harus mencari jalan keluar di tingkat hulu maupun hilir.
“Kami tak lagi bebas membuang ke Piyungan seperti dulu. Hari ini kami hanya bisa 600 ton per bulan, jadi mau tidak mau pengolahan di kota harus dipacu,” imbuhnya.
Rajwan menambahkan pihaknya sudah berkoordinasi dengan DLHK DIY untuk melobi tambahan kuota ke TPA Piyungan setidaknya hingga akhir 2025. Namun ia juga menyiapkan strategi lain, seperti memperkuat pemilahan sampah di tingkat warga.
“Kami mulai membagikan gerobak dan ember untuk sampah organik ke RW-RW supaya limbah dapur tidak lagi dibawa ke depo,” katanya.
Pemkot juga menargetkan penurunan drastis volume sampah di depo sebelum Oktober 2025. Selain itu, pada 2026 mendatang, kuota pembuangan ke TPA Piyungan bakal lebih ketat lagi. Sampah yang dibuang wajib sudah melalui proses pengolahan seperti RDF atau insinerator.
“Kalau tidak ada perubahan pola, tahun depan situasinya akan makin sulit. Kami harus berlari sekarang,” ujar Hasto. [*] Berbagai sumber
Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.