TEMPO.CO, Jakarta - Dokter spesialis andrologi yang kerap menangani proses bayi tabung, Aucky Hinting menggelar pameran seni di galeri teranyarnya di Surabaya. Seluruh lukisan, patung, dan instalasi di galeri itu merupakan hasil karyanya yang terinspirasi dari proses reproduksi dan bayi tabung pada manusia.
Galeri seni yang dinamai Aucky Hinting Art House (AHAH) itu berlokasi di lantai 5 Rumah Sakit Ferina Surabaya. Pria 71 tahun itu sekaligus membuka pameran tunggalnya pada Jumat, 10 Oktober 2023.
Saat masuk ke galeri itu, pengunjung langsung disambut dengan instalasi 4x4 meter yang diberi nama IVF team at works. Yakni sebuah patung perempuan yang terlihat terlentang di bagian tengah dan tiga patung yang menyerupai tenaga medis di sekelilingnya. Ada juga satu patung terlihat melihat mikroskop.
“Karya ini menggambarkan seorang wanita yang akan diambil sel telurnya dengan dikelilingi oleh tim medis,” ucap Aucky saat menjelaskan maksud dari karyanya.
Uniknya, instalasi itu dibuat dari alat medis bekas yang sudah disterilkan seperti tabung penyimpanan sperma. Hal yang sama juga diterapkan pada instalasi di bagian langit-langitnya. Aucky menjelaskan bahwa langit-langit itu terbuat dari botol bekas, kateter, petri dish, jarum suntik, tempat jarum, hiasan botol, dan lain-lain.
dr Aucky Hinting dan lukisannya Number One is The Best pada Galeri Aucky Hinting Art House di Surabaya, Jumat 10 Oktober 2024/dok RS Ferina Surabaya
Selain instalasi, ada juga puluhan lukisan yang dipajang di sekeliling galeri itu. Seperti lukisan Number One is The Best. Lukisan pada kanvas 290x530 sentimetre itu menggambarkan proses bertemunya sperma dengan sel telur melalui proses bayi tabung.
“Pertemuan sel sperma dan sel telur adalah proses menjadi pemenang atau number one, karenanya karya ini diberi nama Number One is the Best,” kata dokter yang pernah menangani bayi tabung artis Inul Daratista itu.
Selain itu, masih banyak karya seni milik Aucky yang dipamerkan dengan model futuristik dengan lampu-lampu yang menghiasi. Sebagian karya juga terinspirasi dari Formula 1 karena hobinya menonton kompetisi balap mobil tersebut.
“Jadi beberapa lukisan ada yang terinspirasi keduanya (bayi tabung dan Formula 1),” kata dosen Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) itu.
Dia menambahkan, beberapa patung yang di galeri itu merupakan hasil kolaborasi dirinya dengan seniman Hedi Hariyanto. Kini, galeri yang digagas sejak 2015 itu telah dibuka untuk publik secara gratis hingga Minggu, 13 Oktober 2024.
Pengunjung masih bisa melihat karya-karya tersebut seminggu dua kali, pada Rabu dan Jumat. “Harapannya, ekspresi seni yang ada di karya-karya ini tidak hanya bisa dinikmati bagi pencinta seni, tapi juga sarana edukasi bagi masyrakat,” papar Aucky.
Proses Mencintai Seni
Aucky menceritakan bahwa dirinya mulai tertarik dengan seni saat menempuh studi doktoral di Belgia tahun 1986 hingga 1989. Saat itu, Aucky kerap mengunjungi berbagai galeri-galeri seni dan museum.
Selanjutnya, Aucky juga kerap mengunjungi pameran seni di berbagai daerah di Indonesia seperti Jakarta, Yogyakarta, dan Bali. “Saat itu saya mulai mengikuti orang-orang yang melukis,” ujar bapak dua anak itu.
Dia juga mengaku belum pernah melukis pada saat itu. Hingga akhirnya, Aucky pernah ingin membeli sebuah lukisan pada 2007, namun ditolak oleh senimannya.
Iklan
“Ternyata enggak dijual. Setelah itu saya berpikir ‘Mengapa tidak melukis sendiri?” tuturnya.
Perjalanan melukisnya pun dimulai saat itu. Aucky mulai membeli perlengkapan menggambar seperti spidol dan buku sketsa. Tak terasa, sudah ada 20 sketsa yang dia miliki.
Saat itu, dia langsung tunjukkan karyanya pada seorang seniman. Karyanya pun dianggap layak dan seniman itu membekali Aucky dengan set cat akrilik dan kanvas untuk berkarya.
“Ya akhirnya jadi (lukisan), lalu berkarya terus sampai sekarang. Yang penting berkarya itu ya harus dari diri sendiri,” jelasnya.
Aucky pun ingin menggagas sebuah galeri seni milik pribadi saat rumah sakit miliknya dibangun pada 2015. Salah satu lantai memang sengaja dikosongi untuk galeri tersebut.
“Memang rencana sudah lama, bahkan rumah sakit ini jadi 2017, tapi galerinya baru bisa terealisasi tahun ini,” papar Aucky.
Aucky pun menjelaskan bahwa dirinya sempat mengalami sejumlah kendala dalam membangun galeri seni. Sebab, dia harus membagi waktu dengan bekerja dan mengajar.
“Saya juga pernah jatuh waktu membuat salah satu lukisan. Karena ukurannya besar, saya harus naik tangga, enggak terasa jatuh. Untung enggak kena kepala,” ceritanya.
Selain itu, proses pembuatan karya pun juga tak kalah menantang. Sebagian lukisannya baru selesai dalam kurun waktu dua hingga tiga tahun. Penyebabnya karena ukuran dan tingkat kesulitan.
“Waktu pandemi itu banyak berkarya juga karena saya enggak praktek. Jadi sebagian lukisan banyak yang diselesaikan saat pandemi,” tuturnya.
Sebelum pameran tunggal di galerinya sendiri, Aucky sudah pernah memamerkannya di Surabaya, Jakarta, dan Yogyakarta. Sayangnya, Aucky belum berniat menjual karya-karyanya itu walau sudah banyak dilirik oleh kolektor.
Dalam waktu dekat, Aucky juga akan memamerkan hasil karyanya pada agenda ARTSUBS 2024 di Pos Bloc Surabaya pada 26 Oktober-24 November 2024.
Pilihan Editor: KBRI Athena Promosi Seni di Peringatan 75 Tahun Hubungan Indonesia-Yunani