Ekosida Israel di Gaza, 2.000 Lokasi Pertanian Hancur

1 month ago 69

TEMPO.CO, Jakarta - Selain genosida, penyerbuan Israel di Gaza juga mengakibatkan ekosida. Perang ini tidak hanya menargetkan warga sipil, tetapi juga meninggalkan banyak infrastruktur wilayah tersebut dalam keadaan porak poranda. Termasuk kehancuran pada bangunan rumah, sekolah, dan seluruh lingkungan.

Istilah ekosida didefinisikan oleh European Law Institute sebagai "devastasi dan penghancuran lingkungan yang merugikan kehidupan". Dikutip dari Al Jazeera, konsep ini diperkenalkan pada 1970-an selama Perang Vietnam oleh profesor biologi Walter W. Galston, yang memprotes penggunaan herbisida beracun, Agent Orange, oleh militer Amerika Serikat untuk menghancurkan pertumbuhan tanaman tempat Viet Cong bersembunyi.

Fakta-fakta Ekosida di Gaza

1. 2.000 Lokasi Pertanian Hancur

Analisis oleh Arsitektur Forensik, sebuah kelompok penelitian yang berpusat di Goldsmiths, Universitas London, mengidentifikasi lebih dari 2.000 lokasi pertanian sengaja Gaza dihancurkan.

Gaza sendiri memiliki lahan pertanian seluas 170 kilometer persegi, yang mencakup sekitar 47 persen dari total luas wilayahnya. Infrastruktur pertanian seperti rumah kaca juga dihancurkan sejak Oktober 2023. Adapun antara Oktober 2023 dan Maret 2024, hampir sepertiga rumah kaca di Gaza hancur.

Kondisi ini paling parah terjadi di wilayah utara Gaza, di mana 90 persen rumah kaca hancur pada tahap awal invasi darat. Semantara itu, setidaknya 40 persen rumah kaca di area sekitar kota selatan Khan Younis hancur sejak Januari 2024.

2. Mencemari Tanah dan Air

Dikutip dari Al Jazeera, amunisi Israel telah memberikan dampak serius terhadap iklim dan ekosistem di Gaza. Dimana, serangan Israel telah mencemari tanah dan air tanah dengan amunisi seperti fosfor putih. Pada 2021, 97 persen air Gaza tidak layak untuk dikonsumsi manusia setelah lebih dari satu dekade blokade Israel. Tindakan Israel yang memblokir bantuan, juga membuat pabrik desalinasi dan pengolahan air limbah tidak berfungsi. Bahkan, hingga November 2023, 130.000 meter kubik (34,3 juta galon) limbah dibuang ke Laut Mediterania setiap hari, menurut Dewan Pengungsi Norwegia. 

3. Jejak Bahan Kimia

Dikutip dari Anadolu, pakar lingkungan Palestina Abeer al-Butmeh dan rekan-rekannya dari jaringan LSM Lingkungan Palestina - Friends of Earth Palestine (PENGON-FoE Palestine) menemukan jejak bahan Kimia di daerah yang menjadi sasaran rudal dan bom Israel. Lahan tersebut didapati menjadi tidak subur dan membutuhkan rehabilitasi intensif. Mereka juga mendapati kualitas udara di sebagian besar kawasan menurun karena partikel dan timbal. Sementara itu, jumlah hewan dan burung liar pun berkurang. Para nelayan juga melaporkan penurunan jumlah ikan tertentu.

4. Kerusakan Signifikan pada Lingkungan

Dikutip dari Antara, serangan Israel di Gaza telah menyebabkan kerusakan signifikan pada lingkungan akibat penggunaan amunisi. Per Juni 2024, biaya lingkungan untuk membangun kembali Gaza diperkirakan mencapai 60 juta metrik ton emisi karbon, menurut studi yang dilaporkan oleh Euronews dan diterbitkan di Social Science Research Network.

Emisi dari 120 hari pertama konflik telah melampaui emisi tahunan dari 26 negara dan wilayah, dengan Israel menyumbang 90 persen dari total tersebut. Penilaian PBB menemukan bahwa armada lebih dari seratus truk akan memerlukan waktu 15 tahun untuk menghapus hampir 40 juta metrik ton puing-puing dari Gaza, dengan biaya operasi antara 500 juta dolar Amerika Serikat (sekitar Rp7,8 triliun) dan 600 juta dolar Amerika Serikat (sekitar Rp9,36 triliun).

ANTARA | ALJAZEERA | FORENSICARCHITECTURE.ORG | ANADOLU

Pilihan Editor: Begini Menteri Israel Ben-Gvir Larang Azan di Israel dan Daerah Pendudukan 

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |