Erdogan: Turki Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel

2 days ago 3

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah mengumumkan bahwa Ankara telah memutuskan semua hubungan dengan Israel, Anadolu melaporkan.

"Sebagai bangsa dan pemerintah Republik Turki, kami telah memutuskan untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel, dan saat ini kami tidak memiliki hubungan dengan mereka," kata Erdogan, Rabu, 13 November 2024.

Dia menambahkan bahwa Ankara tidak akan mengambil langkah atau tindakan apa pun untuk menghidupkan kembali atau memajukan kerja sama dengan Israel di masa depan.

Erdogan membuat pernyataan tersebut kemarin saat kembali dari Arab Saudi, di mana ia menghadiri KTT Arab-Islam yang luar biasa di Riyadh.

"Kami telah mengulurkan tangan kami kepada Suriah untuk melakukan normalisasi, dan kami percaya ini akan membuka pintu bagi perdamaian dan stabilitas di wilayah Suriah," ujar Erdogan.

Ia menggarisbawahi bahwa "kesatuan wilayah Suriah tidak terancam oleh warga Suriah yang berada di berbagai negara, dan [Presiden Suriah] Al-Assad harus menyadari hal ini dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk membangun iklim baru di negaranya."

Erdogan juga mencatat bahwa "ancaman Israel terhadap negara-negara tetangganya, termasuk Suriah, bukanlah imajinasi belaka."

Berbicara mengenai perang melawan terorisme, Erdogan mengatakan: "Ada beberapa wilayah di sepanjang perbatasan kita yang dikuasai oleh teroris, dan keamanan penuh tidak dapat dicapai tanpa membersihkan wilayah tersebut dan membasmi akar-akar terorisme."

Dia menyimpulkan, "Operasi lintas batas untuk keamanan negara kami tetap menjadi agenda kami, dan kami siap untuk memulainya kapan saja jika kami merasa terancam."

Namun, Kementerian Luar Negeri Israel membantah adanya perubahan dalam hubungan diplomatiknya dengan Turki pada Rabu, hanya beberapa jam setelah Erdogan menyatakan bahwa ia telah memutuskan semua hubungan dengan Yerusalem.

Kementerian "tidak mengetahui adanya perubahan status hubungan dengan Turki," demikian pernyataan kementerian tersebut yang dikutip oleh media lokal.

Laporan-laporan menyebutkan bahwa kedutaan besar Turki di Israel berfungsi seperti biasa, sementara misi diplomatik Yerusalem di Ankara juga tetap buka.

Erdogan semakin memusuhi Israel dan semakin dekat dengan Hamas sejak serangan kelompok tersebut di Israel selatan pada 7 Oktober 2023.

Pada Mei, Erdogan menyebut Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebagai "vampir yang memakan darah," dan mendesak umat Islam untuk memerangi negara Yahudi tersebut.

"Dunia sedang menyaksikan kebiadaban ... seorang vampir yang memakan darah bernama Netanyahu, dan mereka menyaksikannya melalui siaran langsung," katanya.

Dua bulan kemudian, Erdogan mengatakan kepada Newsweek bahwa kelompok perlawanan Palestina dari Gaza "hanya mempertahankan rumah, jalan, dan tanah air mereka.

"Apa yang terjadi antara Israel dan Gaza bukanlah perang," lanjutnya, seperti dikutip JNS. "Israel telah memperlakukan Gaza sebagai penjara terbuka selama bertahun-tahun. Mereka merampas rumah, bisnis, dan lahan pertanian warga Palestina di seluruh wilayah Palestina dengan menggunakan teroris pencuri yang mereka sebut sebagai pemukim."

Selama musim panas, Kementerian Pertahanan Israel memperpanjang kontrak pasokan listrik untuk pangkalan militer dengan Dorad Energy, yang sebagian dimiliki oleh sebuah perusahaan Turki yang pimpinannya mendapat pujian dari Erdogan.

Ketua Zorlu Holding, Ahmet Nazif Zorlu, disebut-sebut memiliki hubungan dekat dengan Erdogan dan Partai AK. Di masa lalu, ia menerima banyak penghargaan dari Erdogan, dengan pemimpin Turki itu memujinya sebagai "pahlawan."

Kontrak dengan Kementerian Pertahanan Israel diperpanjang dua bulan setelah Erdogan menyatakan bahwa ia akan menghentikan semua bisnis dengan negara Yahudi tersebut, dengan alasan "tragedi kemanusiaan" di tengah-tengah perang di Gaza.

Menyusul protes publik di Turki, Zorlu Holding mengatakan bahwa mereka berniat untuk menjual sahamnya di Dorad, mengakhiri hubungan bisnisnya dengan negara Yahudi tersebut.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |