TEMPO.CO, Jakarta - Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang terjadi sejak awal November 2024 telah mengakibatkan kerusakan besar. Dampak ini pun memaksa ribuan warga mengungsi.
Pemerintah Presiden Prabowo Subianto melalui berbagai kementerian dan badan terkait, telah mengambil langkah untuk menangani bencana ini.
Prabowo Gelar Rapat Hybrid dari Luar Negeri
Pada 12 November 2024, meskipun berada di luar negeri, Prabowo Subianto tetap memimpin rapat melalui video conference yang melibatkan berbagai pihak, termasuk Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Pratikno, Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto, dan sejumlah pejabat lainnya. Dalam rapat tersebut, Prabowo menekankan pentingnya penanganan bencana yang cepat dan tepat sasaran.
“Tujuan saya memastikan bahwa semua bantuan bisa diberikan dengan tepat waktu dan tepat sasaran secepat mungkin,” ujar Prabowo melalui akun Instagram resmi miliknya.
Ia juga mengingatkan kepada jajaran pemerintah untuk bekerja serius dan kompak dalam menghadapi dampak bencana ini.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Pratikno, menyebut bahwa Prabowo meminta agar penanganan pasca-bencana sudah disiapkan sejak awal.
"(Arahan Presiden) segera lakukan rehabilitasi, rekonstruksi, dan pemulihan ekonomi masyarakat," ungkap Pratikno.
Rencana Pembangunan Rumah Pengungsian
Salah satu langkah konkret yang sudah dipersiapkan pemerintah adalah pembangunan rumah bagi para korban bencana. Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman, Maruarar Sirait, mengungkapkan bahwa sebanyak 1.100 rumah akan dibangun untuk warga yang rumahnya hancur akibat erupsi.
“1.100 keadaan baik ya. Sudah ready, yang akan segera jalan. Sudah bisa kami perkirakan sampai di lokasi,” kata Ara, sapaan akrab Maruarar, di kantor Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB, kawasan Matraman, Jakarta Timur, Selasa, 12 November 2024.
Proses pembangunan rumah ini diperkirakan bisa dimulai dalam 8 hingga 9 hari ke depan, dengan menggunakan anggaran yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), serta sektor swasta.
Rumah yang akan dibangun dirancang menggunakan teknologi tahan gempa, seperti Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA) dan Rumah Unggul Sistem Panel Instan (RUSPIN), untuk memastikan ketahanan bangunan di daerah rawan bencana.
Ara juga menyebut pemerintah akan memverifikasi status tanah dan memastikan lokasi rumah tidak jauh dari tempat kerja dan lahan pertanian, namun tetap aman dari ancaman erupsi.
“(Untuk) anggarannya, sudah ada pola yang baku dan sudah disiapkan dari negara. Kami juga mengajak pihak pihak swasta untuk bergotong royong dalam membantu warga yang terdampak melalui program perumahan,” kata dia.
Evakuasi dan Penanganan Pengungsi
Sejak erupsi pertama pada 3 November 2024, jumlah pengungsi terus meningkat. Hingga 12 November 2024, BNPB melaporkan lebih dari 13.000 warga mengungsi, tersebar di berbagai lokasi pengungsian di Kabupaten Flores Timur dan Sikka.
Tim gabungan dari BNPB, Kementerian Sosial, TNI, Polri, dan pemerintah daerah terus bekerja sama untuk melakukan penyelamatan dan evakuasi warga yang berada dalam zona bahaya Gunung Lewotobi.
Selain pembangunan rumah, pemerintah juga memberikan bantuan logistik, kesehatan, dan layanan psikososial bagi para pengungsi. Koordinasi antar lembaga terus diperkuat untuk memastikan bahwa seluruh bantuan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat yang terdampak. Ke depan, pemerintah juga tengah merencanakan rehabilitasi infrastruktur dan pemulihan ekonomi bagi daerah yang terdampak erupsi.