TEMPO.CO, Jakarta - Seorang pejabat Hamas, Sami Abu Zuhri, mengatakan pada Rabu, 27 November 2024, bahwa kelompok tersebut "menghargai" hak Lebanon untuk mencapai kesepakatan yang melindungi rakyatnya dan berharap akan ada kesepakatan untuk mengakhiri perang di Gaza.
Gencatan senjata antara Israel dan gerakan Hizbullah Lebanon mulai berlaku pada Rabu setelah kedua belah pihak menerima kesepakatan yang ditengahi oleh Amerika Serikat dan Prancis, namun upaya internasional untuk menghentikan perang 13 bulan antara Hamas dan Israel di wilayah Palestina Gaza terhenti.
"Hamas menghargai hak Lebanon dan Hizbullah untuk mencapai kesepakatan yang melindungi rakyat Lebanon dan kami berharap kesepakatan ini akan membuka jalan untuk mencapai kesepakatan yang mengakhiri perang genosida terhadap rakyat kami di Gaza," kata Abu Zuhri kepada Reuters.
Kemudian pada Rabu, kelompok ini mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka terbuka untuk upaya-upaya untuk mengamankan kesepakatan di Gaza, dan menegaskan kembali kondisi-kondisi yang ada saat ini.
"Kami berkomitmen untuk bekerja sama dengan setiap upaya untuk mencapai gencatan senjata di Gaza dan kami tertarik untuk mengakhiri agresi terhadap rakyat kami," kata Hamas.
Ia menambahkan bahwa kesepakatan harus mengakhiri perang, menarik pasukan Israel keluar dari Gaza, mengembalikan warga Gaza yang mengungsi ke rumah-rumah mereka, dan mencapai kesepakatan pertukaran sandera dengan tawanan.
Tanpa kesepakatan serupa di Gaza, banyak warga mengatakan bahwa mereka merasa ditinggalkan. Dalam kekerasan terbaru, serangan militer Israel di Jalur Gaza menewaskan 15 orang pada Rabu, beberapa di antaranya di sebuah sekolah yang menampung para pengungsi, kata petugas medis di sana.
Upaya berbulan-bulan untuk menegosiasikan gencatan senjata telah menghasilkan sedikit kemajuan dan negosiasi sekarang ditangguhkan. Menurut Qatar sebagai mediator, mereka telah mengatakan kepada kedua pihak yang bertikai bahwa mereka akan menangguhkan upayanya sampai kedua belah pihak siap untuk membuat konsesi.
Abu Zuhri menyalahkan kegagalan untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata yang akan mengakhiri perang Gaza kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang telah berulang kali menuduh Hamas menggagalkan upaya tersebut.
"Hamas menunjukkan fleksibilitas yang tinggi untuk mencapai kesepakatan dan masih berkomitmen pada posisi tersebut dan tertarik untuk mencapai kesepakatan yang mengakhiri perang di Gaza," kata Abu Zuhri.
"Masalahnya selalu ada pada Netanyahu yang selalu menghindar dari mencapai kesepakatan," tambahnya.
Hamas menginginkan sebuah kesepakatan yang mengakhiri perang di Gaza dan pembebasan sandera Israel dan asing serta warga Palestina yang dipenjara oleh Israel, sementara Netanyahu mengatakan bahwa perang hanya dapat berakhir setelah Hamas diberantas.
Di Tepi Barat yang diduduki Israel, pejabat senior Otoritas Palestina Hussein Al-Sheikh menyambut baik kesepakatan di Lebanon.
"Kami menyambut baik keputusan gencatan senjata di Lebanon, dan kami menyerukan kepada masyarakat internasional untuk menekan Israel agar menghentikan perang kriminalnya di Jalur Gaza dan Tepi Barat, serta menghentikan semua tindakan eskalasinya terhadap rakyat Palestina," kata Sheikh, yang merupakan orang kepercayaan Presiden Mahmoud Abbas, yang diposting di X.
Presiden AS Joe Biden, Selasa, mengatakan bahwa pemerintahannya mendorong gencatan senjata di Gaza.