Kader Cap Jempol Darah Menjelang HUT PDIP ke-52, Aksi Serupa Pertama kali Dilakukan Pada 1996

4 hours ago 5

TEMPO.CO, Jakarta - Memperingati hari ulang tahun atau HUT ke-52 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), para kader hingga simpatisan di sejumlah daerah melakukan aksi pembubuhan cap jempol darah pada Jumat, 10 Januari 2025. Penelusuran Tempo, aksi ini setidak digelar oleh Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDIP Kota Surabaya dan DPC PDIP Solo.

Selain di Surabaya dan Solo, aksi serupa sebenarnya juga marak dilakukan pada kader dan simpatisan PDIP di daerah-daerah lain pada hari-hari sebelumnya. Aksi cap jempol berdarah itu antara lain ditujukan untuk membela partai banteng, hingga mendukung Megawati Soekarnoputri kembali jadi Ketua Umum (Ketum) menjelang kongres PDIP ke-6 pada April mendatang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Adapun di Surabaya, berdasarkan pantauan media di lapangan, kegiatan cap jempol darah diselenggarakan setelah apel kesetiaan di kantor DPC PDI-P Kota Surabaya, Jalan Setail, Wonokromo. Ratusan kader dan simpatisan tampak memenuhi lokasi agenda tersebut pada Jumat pagi. Aksi ini disebut sebagai bentuk dukungan penuh kepada Megawati jadi Ketum lagi.

“Kita sudah sepakat, berikrar, dan berjanji bahwa tahun 2025 dalam Kongres PDI Perjuangan ke-6 akan tetap mencalonkan dan mengukuhkan Ibu Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan,” kata Sekretaris DPD PDI-P Kota Surabaya Baktiono kepada awak media.

Di Solo, aksi cap jempol darah juga digelar untuk mendukung Megawati terus menduduki posisi Ketum. Agenda ini dilangsungkan di halaman DPC PDIP Kota Solo, Jalan Hasanudin Nomor 26, Purwosari, Laweyan, Solo. Ketua Panitia HUT ke-52 DPC PDIP Solo, Ety Isworo mengatakan ini digelar sebagai bukti loyalitas DPC PDIP Solo kepada Megawati.

“Artinya kita siap membela Bu Mega. Pejah gesang ndherek Bu Mega (hidup mati ikut Bu Mega),” tegas Ety.

Selain dilaksanakan saat HUT ke-52 PDIP, aksi cap jempol darah sebelumya juga telah digelar oleh kader-kader PDIP di sejumlah daerah. Antara lain di Tangerang Selatan pada Ahad, 5 Januari 2025 lalu. Adalah Pengurus PDI Perjuangan Kota Tangerang Selatan bersama Satgas Cakrabuana dan jajaran PAC. Mereka melakukan aksi ini juga sebagai tanda kesetiaan Megawati.

“Ini kesadaran bergerak kami banteng-banteng Tangsel melakukan cap jempol darah kesetiaan terhadap Ibu Megawati Soekarnoputri dan siap melawan siapapun yang akan cawe-cawe mengawut-awut PDI Perjuangan,” kata Ketua DPC PDIP Tangsel, Wanto Sugito dalam keterangan tertulis.

Pada pengujung tahun lalu, tepatnya Senin, 30 Desember 2024, kader dan simpatisan PDIP di Depok juga telah menggelar kegiatan serupa. Sekretaris DPC PDIP Kota Depok, Ikravany Hilman mengatakan unjuk rasa lewat “aksi berdarah” ini berkaitan dengan pembelaan terhadap Megawati.

“Unjuk Rasa ini berupa penandatanganan dan cap jempol darah ya, hadir sekitar seratusan kader dan simpatisan PDI Perjuangan,” tutur Ikra, Senin.

Di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), aksi cap jempol darah oleh kader dan simpatisan PDIP bahkan sudah ditaja pada Senin, 23 Desember 2024. Saat itu aksi tersebut dilangsungkan sebagai respons terhadap situasi politik nasional yang dinilai adanya upaya dari eksternal yang mengancam stabilitas partai berlambang banteng itu.

“Langkah ini kami lakukan sebagai pernyataan konsisten mendukung Ibu Hj. Megawati Soekarnoputri memimpin partai ini. Kami videokan dan akan kirimkan cap jempol darah ini ke DPP,” ujar Sekretaris DPC PDIP Sumbawa, Gitta Liesbano.

Sejarah cap jempol darah PDIP

Aksi cap jempol darah oleh PDIP pertama kali dilakukan pada 1996 untuk mendukung Megawati jadi Ketua Umum. Aksi ini dicetuskan oleh mendiang Luwih Supomo untuk membantu PDIP saat berjuang melawan rezim Orde Baru Presiden Soeharto. Kala itu Ada 42 ribu orang yang berpartisipasi dalam aksi berjuluk Promeg alias Pro Megawati tersebut.

Aksi serupa kembali digelar pada 1999. PDIP melakukan aksi “berdarah” itu untuk mendukung Megawati maju Pilpres. Terkumpul 96 ribu partisipan dalam aksi. Kemudian pada 2004, saat Megawati maju sebagai Capres, para pendukungnya yang tergabung dalam Tim Aksi Promeg ’96 ramai-ramai melakukan aksi sejenis di sekretariat PDIP di Jalan Darmokali 5, Surabaya.

Pada 2005, sekitar 50-an partisipan bergabung dalam Komite Pendukung Megawati atau KPM membubuhkan aksi cap jempol darah. Aksi dilakukan sebagai bentuk dukungan kepada Megawati sebagai satu-satunya calon Ketua Umum periode 2005-2010 dalam Kongres PDIP di Bali, 28 Maret – 3 April 2005. Ketua KPM Rio Kris Tjiptaning mengatakan simbol darah menandakan keberanian wong cilik untuk mendukung Megawati.

“Megawati merupakan aset nasional bangsa, kami memberikan dukungan bukan semata sebagai partisipan PDIP,” kata Rio di depan Kantor DPP PDIP Lenteng Agung Jakarta, Selasa, 1 Maret 2005.

Pada 2011, warga PDIP juga kembali menggelar aksi cap jempol darah. Aksi dilakukan para kader Jawa Barat. Digelar sebagai reaksi penolakan rencana pemanggilan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri oleh KPK terkait kasus suap Deputi Gubernur Senior BI. Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Barat Rudy Harsa Tanaya mengatakan aksi cap jempol darah sebagai bentuk loyalitas mati.

“(Cap jempol darah) ini loyalitas mati, kita bukan bicara struktur, tapi hubungan personal yang sudah lama,” kata Rudy Harsa Tanaya di Bandung, Senin, 21 Februari 2011.

Ricky Juliansyah berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |