TEMPO.CO, Jakarta - Cegukan adalah hal umum dan normal, biasanya tidak berbahaya. Dalam kebanyakan kasus, cegukan tak perlu dikhawatirkan. Namun, gejala-gejala yang menyertainya dapat memberi tahu banyak penyebab rasa tidak nyaman tersebut.
Cegukan adalah kontraksi diafragma yang tiba-tiba dan tidak disengaja otot yang memisahkan rongga dada dari perut dan berperan penting dalam pernapasan, kata dokter Shoshana Ungerleider.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Cegukan terjadi saat diafragma mengalami kejang secara tiba-tiba, yang menyebabkan udara masuk dengan cepat. Saat udara ini mengenai pita suara akan menimbulkan suara cegukan yang khas," jelasnya. Berikut penyebab cegukan.
Iritasi esofagus
Kondisi seperti esofagitis, gangguan yang menyebabkan pembengkakan dan peradangan pada esofagus, dapat memicu cegukan karena esofagus melewati diafragma dalam perjalanannya menuju lambung, kata Ungerleider. Menelan makanan tajam seperti keripik, berondong jagung, kacang-kacangan, biji-bijian, atau kulit taco yang keras adalah penyebab umum lain dari iritasi esofagus. Kesulitan menelan dan nyeri seperti terbakar di dada juga menyertai esofagitis. Jadi, jika gejala menjadi parah atau berlangsung lebih dari beberapa hari, waktunya ke dokter.
GERD
Refluks gastroesofageal atau GERD adalah penyebab umum nyeri di dada dan biasanya disertai sensasi terbakar saat berbaring atau setelah makan dan rasa asam di mulut. Namun, karena GERD terjadi ketika asam lambung berulang kali mengalir kembali ke dalam saluran yang menghubungkan mulut dan lambung, asam tersebut dapat mengiritasi diafragma dan esofagus, membuat cegukan terasa menyakitkan, kata Ungerleider.
“Anda mungkin dapat mengelola gejalanya dengan minum antasida. Tetapi jika nyeri berlanjut atau mengganggu kehidupan sehari-hari, saatnya ke dokter,” katanya.
Olahraga berat
Olahraga berat juga dapat menyebabkan penggunaan diafragma yang berlebihan atau tegang, memicu cegukan yang tidak nyaman, kata Ungerleider. Dokter keluarga di Pusat Medis Universitas Negeri Wexner, Zachary Bittinger, mengatakan jika atlet level tinggi, diafragma mungkin juga lebih kuat dan dapat mengalami kejang lebih parah, yang pada gilirannya menyebabkan cegukan yang menyakitkan. Untungnya, istirahat dan relaksasi dapat meredakan ketegangan dan gejala.
Nyeri dada atau rusuk
Cedera, peradangan, dan/atau ketegangan otot di dada atau tulang rusuk dapat membuat kejang akibat cegukan lebih terasa dan nyeri, kata Ungerleider. “Hal ini mungkin sangat umum terjadi jika Anda batuk terus-menerus. Jika batuk berlangsung lebih dari beberapa hari atau mengalami kesulitan bernapas atau nyeri dada yang memburuk saat beraktivitas, segera temui dokter,” ujarnya.
Gangguan di perut
Ungerleider mengatakan perut yang terlalu penuh atau kembung akibat makan berlebihan, gas, atau sembelit dapat meregangkan diafragma dan menyebabkan cegukan yang menyakitkan. Cegukan sering kali disertai kembung, pembengkakan, dan mual sesekali, menurut Cleveland Clinic. Jika gejala memburuk, bertahan lebih dari beberapa hari, atau disertai demam, muntah, atau darah pada kotoran, saatnya memeriksakan diri ke dokter.
Infeksi paru-paru
Dalam kasus yang lebih serius, pneumonia dan infeksi paru-paru lainnya seperti bronkitis atau kista fibrosis dapat menyebabkan peradangan pada jaringan di sekitar diafragma dan paru-paru, yang menyebabkan cegukan yang menyakitkan, kata Ungerleider. Gejala lain termasuk batuk berdahak, demam, menggigil, sesak napas, dan nyeri dada. Tergantung kasusnya, obat batuk, antibiotik, dan/atau penurun demam mungkin bisa membantu, menurut Mayo Clinic.
Gangguan saraf
"Gangguan dan kondisi neurologis tertentu seperti stroke, multiple sklerosis , atau cedera otak traumatis dapat mengganggu jalur saraf yang mengendalikan diafragma, yang menyebabkan cegukan kronis atau menyakitkan," papar Ungerleider.
Pengobatan gangguan saraf bervariasi, tergantung kondisi dan tingkat keparahannya. Jadi bicarakan dengan dokter tentang pengobatan untuk mengelola gejala.