TEMPO.CO, Jakarta - Serangan udara Israel pada Minggu malam, 13 Oktober 2024 di Rumah Sakit Syuhada Al Aqsa, Deir el-Balah, Gaza Tengah menewaskan setidaknya empat orang dan melukai lebih dari 70 orang lainnya. Kompleks rumah sakit ini padahal menjadi tempat perlindungan bagi warga Palestina yang terpaksa mengungsi akibat serangan militer Israel.
Dalam serangan tersebut, bom-bom Israel menyebabkan ledakan yang membakar sekitar 30 tenda-tenda pengungsi. Beberapa korban yang terluka parah dipindahkan ke Kompleks Medis Nasser di Gaza Selatan, sementara sebagian besar korban dengan luka bakar 60 hingga 80 persen diyakini tidak akan selamat.
“Ini seperti pertunjukan horor di sini. Sejujurnya, terkadang saya merasa ini bukan kehidupan nyata, bahwa ini bisa terus berlanjut, dan tingkat penderitaan seperti ini dibiarkan terjadi di dunia ini,” kata dokter bedah Mohammad Tahir mengutip Al Jazeera.
Para korban dan saksi mata menggambarkan malam tersebut sebagai salah satu kejadian paling brutal dalam sejarah serangan Israel di Jalur Gaza. Ledakan-ledakan menghantam kamp pengungsi dan api dengan cepat melahap tenda-tenda di sekitar Rumah Sakit Al-Aqsa.
Dalam salah satu video terlihat serangkaian lebih dari 20 ledakan kecil terdengar di tengah api. Selain itu, ada juga dua ledakan kecil yang menyebabkan percikan api beterbangan.
Om Ahmad Radi, seorang korban selamat, mengisahkan bagaimana Israel mengebom tenda pengungsi. Dia menceritakan saat para pengungsi terbangun, asap, dan api telah membakar ke segala arah.
“Mobil pemadam kebakaran tidak bisa sampai di sini. Ada begitu banyak mayat yang terbakar dan hangus di mana-mana. Jumlah api dan ledakan sangat besar. Kami menyaksikan salah satu malam yang paling mengerikan dan brutal,” kata Om.
Pengeboman Israel ke tenda pengungsi menyebabkan api menyebar dengan cepat karena bahan nilon dan kain yang mudah terbakar yang digunakan di tenda-tenda tersebut. Video terbakarnya tenda pengungsi itu pun beredar di media sosial.
Dalam video terekam satu momen memilukan yang memperlihatkan Shaban Ahmed Al-Dalou, seorang pemuda Palestina berusia 20 tahun tewas terbakar hidup-hidup dalam tenda. Shaaban terlihat melambaikan tangannya meminta pertolongan saat tubuhnya dilalap api.
Orang-orang disekitar nampak bergegas memadamkan api untuk menyelamatkan para pengungsi. Nahas, upaya penyelamatan terhalang oleh intensitas api dan kurangnya peralatan untuk memadamkan kobaran yang besar.
Iklan
"Saya tidak dapat menggambarkan perasaan itu. Saya melihat saudara laki-laki saya terbakar di depan saya dan ibu saya juga terbakar," kata adik laki-laki Dalou, Mohammed al-Dalou, 17 tahun.
Dia menceritakan segera berlari keluar dari tenda ketika mendengar ledakan. "Saya mendengar suara pengeboman, saya melihat keluar dan melihat asap hitam pekat di samping tenda kami," kata Mohammed al-Dalou kepada Reuters.
Israel Akui Serang Tenda Pengungsian di RS Al Aqsa
Militer Israel mengakui telah mengebom tenda-tenda yang menampung para pengungsi di Rumah Sakit Syuhada Al Aqsa. Israel mengklaim serangan itu menargetkan pusat komando dan kendali Hamas di Rumah Sakit tersebut, namun Tel Aviv tak memberikan bukti atas klaimnya itu.
"Pusat komando dan kendali, yang tertanam di dalam kompleks yang sebelumnya berfungsi sebagai rumah sakit 'Shuhadah Al Aqsa', digunakan oleh para anggota Hamas untuk merencanakan dan melaksanakan serangan teroris terhadap pasukan IDF dan Israel," demikian keterangan militer Israel dalam sebuah pernyataan.
Ini bukan kali pertama Rumah Sakit Syuhada Al Aqsa menjadi target serangan Israel. Dalam beberapa bulan terakhir, pasukan Israel telah berulang kali menyerang tempat penampungan dan lokasi tenda yang ramai ini. Lebih dari 42 ribu warga Palestina dilaporkan tewas akibat serangan Israel sejak perang pecah pada 7 Oktober 2023.
AL JAZEERA | REUTERS | ANADOLU | yemenshabab.net | m.antaranews.com
Pilihan editor: Retno Marsudi dan Qatar Sepakati Kerja Sama Beasiswa untuk Mahasiswa Afganistan
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini