TEMPO.CO, Jakarta - Gencatan senjata antara Israel dan kelompok bersenjata Hizbullah Lebanon mulai berlaku pada Rabu, 27 November 2024, setelah kedua belah pihak mencapai kesepakatan yang ditengahi oleh AS dan Prancis. Ini dianggap sebagai sebuah prestasi diplomasi yang langka di Timur Tengah yang dilanda dua perang dan beberapa konflik proksi selama lebih dari satu tahun.
Reuters melaporkan, kesepakatan ini mengakhiri konfrontasi paling mematikan antara Israel dan kelompok militan yang didukung Iran dalam beberapa tahun terakhir, namun Israel masih memerangi musuh bebuyutannya yang lain, yaitu kelompok militan Palestina, Hamas, di Jalur Gaza.
Tentara Lebanon, yang ditugaskan untuk memastikan gencatan senjata berlangsung, mengatakan bahwa mereka sedang bersiap-siap untuk mengerahkan pasukan ke selatan negara itu, sebuah wilayah yang dibombardir Israel dalam pertempurannya melawan Hizbullah, bersama dengan kota-kota di bagian timur dan benteng kelompok bersenjata itu di pinggiran selatan Beirut.
Kesepakatan tersebut, yang menjanjikan untuk mengakhiri konflik di perbatasan Israel-Lebanon yang telah menewaskan ribuan orang sejak dipicu oleh perang Gaza tahun lalu, merupakan pencapaian besar bagi AS di hari-hari terakhir pemerintahan Presiden Joe Biden.
Lalu bagaimana tanggapan para sekutu Hizbullah yang juga menjadi musuh besar Israel atas kesepakatan gencatan senjata tersebut?
Iran
Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan bahwa pihaknya "menyambut baik berita" tentang berakhirnya "agresi Israel terhadap Lebanon" setelah gencatan senjata diberlakukan dalam beberapa jam terakhir.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Esmaeil Baghaei menegaskan kembali dalam sebuah pernyataan tentang "dukungan tegas Iran terhadap pemerintah, bangsa, dan perlawanan Lebanon", mengacu pada kelompok bersenjata Hizbullah, yang didukung Iran secara militer dan finansial.
Sementara itu, ketua parlemen Iran, Mohammad Bagher Ghalibaf, juga menyambut baik gencatan senjata tersebut.
"Setelah penindasan dan pengeboman kriminal oleh rezim Zionis, malam ini rakyat merasakan kedamaian," kata Ghalibaf, dikutip Al Jazeera.
Ghalibaf memuji para pejuang Hizbullah, dengan mengatakan bahwa "mereka tidak pernah membiarkan sejengkal pun tanah mereka jatuh ke tangan musuh".
"Kami berharap perdamaian ini juga akan terwujud di Gaza. Namun, klaim dari penjahat Netanyahu bahwa fokusnya adalah pada Iran adalah omong kosong," katanya.
"Ketika perang di Lebanon dimulai, dan mereka mengorbankan [pemimpin Hizbullah Hassan] Nasrallah dan melakukan pembantaian pager, bersama dengan begitu banyak kejahatan lainnya, mereka mengira Hizbullah telah melemah. Selama perjalanan saya ke Beirut, di tengah-tengah asap, api, dan tekanan yang luar biasa terhadap orang-orang, saya melihat keberanian dan kesabaran di antara mereka. Saya melihat Hizbullah lebih hidup dari sebelumnya," anggota parlemen tersebut menambahkan.
Pejabat tersebut juga mengatakan bahwa Iran masih berencana untuk menanggapi serangan Israel pada 26 Oktober terhadap target-target militer Iran.
Houthi
Pejuang Houthi Yaman "mempercayai pilihan" Hizbullah, juru bicara kelompok bersenjata tersebut mengatakan setelah gerakan Lebanon tersebut melakukan gencatan senjata dengan Israel.
Abdul Salam Salah memuji "ketabahan Hizbullah dan rakyat Lebanon dalam menghadapi agresi brutal Israel".
Ia menambahkan bahwa "musuh Israel tidak akan tunduk dan menerima gencatan senjata jika tidak berbenturan dengan perlawanan yang solid yang tidak patah dalam menghadapi kejahatan pembunuhan yang berbahaya".
"[Hizbullah] telah unggul dalam operasi jihadnya, yang telah meningkat secara kuantitas dan kualitas hingga memaksa musuh Zionis dan sponsor Amerika untuk bergerak menuju kesepakatan gencatan senjata, dengan cara yang menjaga keamanan, kedaulatan, dan kemerdekaan Lebanon," kata Salah.
Kelompok Houthi yang didukung Iran telah melakukan serangan mereka sendiri terhadap target-target Israel, serta kapal-kapal di jalur pelayaran internasional di dekat Yaman, untuk memprotes perang Israel di Gaza.
Hamas
Seorang pejabat Hamas, Sami Abu Zuhri, mengatakan pada Rabu, 27 November 2024, bahwa kelompok tersebut "menghargai" hak Lebanon untuk mencapai kesepakatan yang melindungi rakyatnya dan berharap akan ada kesepakatan untuk mengakhiri perang di Gaza.
Gencatan senjata antara Israel dan gerakan Hizbullah Lebanon mulai berlaku pada Rabu setelah kedua belah pihak menerima kesepakatan yang ditengahi oleh Amerika Serikat dan Prancis, namun upaya internasional untuk menghentikan perang 13 bulan antara Hamas dan Israel di wilayah Palestina Gaza terhenti.
"Hamas menghargai hak Lebanon dan Hizbullah untuk mencapai kesepakatan yang melindungi rakyat Lebanon dan kami berharap kesepakatan ini akan membuka jalan untuk mencapai kesepakatan yang mengakhiri perang genosida terhadap rakyat kami di Gaza," kata Abu Zuhri kepada Reuters.